PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: remaja
Tampilkan postingan dengan label remaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label remaja. Tampilkan semua postingan

03/04/2021

Remaja Smart Itu... Remaja yang Tidak Suka Bergaya Hidup Konsumtif

 

REMAJA SMART ITU...

REMAJA YANG TIDAK SUKA BERGAYA HIDUP KONSUMTIF

Oleh: Nanang M. Safa’

 


Hidup ini banyak godaan. Termasuk di dalamnya godaan bergaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif senada dengan gaya hidup materialistis, dan hedonistis.

Gaya hidup materialistis adalah gaya hidup seseorang yang memandang kebahagian atau pencapaian hanya dari sisi materi semata (https://www.alodokter.com/penyebab-anak-materialistis-dan-cara-mencegahnya). Kesuksesan hidup hanyalah diukur dengan banyaknya materi yang dimiliki. Orang materialistis kerap membeli barang, merasa iri akan kesuksesan orang lain, terus-terusan menginginkan barang baru, kadang sampai memicu rasa serakah (https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/sifat-materialistis-dipicu-rasa-insecure).

Sedangkan hedonisme diartikan sebagai sebuah cara pandang yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kesenangan sebanyak mungkin. Kesenangan tersebut bisa didapatkan melalui berbagai cara, seperti menikmati hiburan, memiliki harta, dan sebagainya. (https://www.cermati.com/artikel/mengenal-hedonisme-gaya-hidup-konsumtif-yang-bisa-bikin-keuangan-merana). Seorang hedonis adalah orang yang suka foya-foya, pesta-pesta, dan hura-hura.

Remaja yang mengikuti pola hidup konsumtif berarti dia kurang bisa menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran, antara kebutuhan dan keinginan. Pada akhirnya dia tidak menyadari bahwa telah terjadi “besar pasak daripada tiang”. Ibarat sebuah bangunan pasti akan ambruk. Dililit hutang sana-sini, dikejar tagihan sana-sini. Sungguh hidup yang dramatis dan penuh kesengsaraan.

Hidup ini memang harus dimanage dengan baik. Termasuk harus bisa menyeimbangkan antara pendapatan dan pengeluaran, antara kebutuhan dan keinginan. Hidup ini memang harus berhemat. Hidup hemat bukan berarti pelit. Hidup hemat adalah hidup yang dijalani sesuai porsi yang seharusnya. Bukan semau-maunya tanpa memikirkan akibatnya. Sedangkan hidup pelit adalah hidup yang selalu penuh hitung-hitungan untung rugi. Hingga kadang untuk kebutuhan hidupnya sendiripun dia akan merasa enggan untuk membelanjakan uangnya. Apalagi untuk membantu orang lain.

Remaja yang bergaya hidup konsumtif barangkali saja ingin kelihatan wah, jaga image, demi gengsi, ingin dikagumi, atau bisa juga karena hobi. Apapun yang mendorong seorang remaja mengikuti gaya hidup konsumtif tetap saja tidak baik.

Seorang remaja yang mengikuti pola hidup konsumtif sama artinya dia tidak bisa mengukur kemampuan dirinya. Dan ini tentu bukan cerminan remaja smart yang sesungguhnya.

Remaja smart akan berfikir berulang kali ketika akan membelanjakan uangnya. Jika memang belum dianggap perlu untuk membeli sesuatu, dia akan mengambil jalan bijak untuk menabungnya. Menabung untuk keperluan lain jauh lebih penting daripada menuruti nafsu konsumtifnya. Namun demikian, bukan berarti dia menjadi remaja yang pelit, tidak memiliki rasa empati terhadap penderitaan orang lain, atau malah menyiksa diri menjadi bahan hinaan teman-teman sebanyanya karena penampilannya yang dekil, lusuh dan tidak berkharisma.

Dengan hidup hemat, remaja smart justru bisa beradaptasi di tengah-tengah komunitasnya. Dia tidak bergaya sok wah dengan penampilannya yang glamor padahal itu semua hanyalah kamuflase dan kepalsuan, indah di bungkusnya tapi rapuh di dalamnya.

Dengan gaya hidup sederhananya, remaja smart justru akan mendulang simpati dari teman-teman remajanya. Sederhana namun tetap elegan. Itulah yang akan membuat teman-teman remajanya menghargainya sebagai remaja smart yang sesungguhnya.

Ayo! Tunjukkan jati dirimu sebagai remaja smart dengan menghindari gaya hidup konsumtif, materialistis, dan hedonistis.

 

 

01/04/2021

Remaja Smart Itu... Remaja yang Tidak Munafik

REMAJA SMART ITU...

REMAJA YANG TIDAK MUNAFIK

Oleh: Nanang M. Safa’

 


Munafik adalah suka mendua hati. Lain di mulut lain di hati. Musang berbulu domba. Atau entah apa lagi sebutannya. Agama apapun tidak pernah menolerir kemunafikan. Sifat munafik adalah salah satu sifat syaitan yang sangat membahayakan. Orang munafik sangat sulit dideteksi keberadaannya. Orang munafik bisa saja bersikap manis di depan kita, bahkan lebih manis dari orang kebanyakan. Orang munafik bisa bersikap dan berperilaku layaknya teman baik atau bahkan seakan lebih dari saudara. Berkawan dengan orang munafiq sama dengan menyimpan bara api yang sewaktu-waktu bisa membakar dirimu hingga luluh lantak. Keberadaan orang munafik hanya bisa dideteksi oleh orang yang memiliki ketajaman mata batin tingkat tinggi.

Dalam Islam sendiri, seseorang bisa dikategorikan sebagai orang munafik atau bukan, bisa dikenali dari ciri-cirinya. Setidaknya ada tiga ciri khusus yang bisa dijadikan alat deteksi keberadaan orang munafik, yaitu suka berbohong, suka mengingkari janji, dan suka berhianat.

Marilah sedikit kita cerna lebih dalam tentang ketiga ciri khusus tersebut.

Pertama, suka berbohong. Kebohongan adalah suatu hal yang mungkin dianggap biasa bagi sebagian orang. Apalagi di era digital sekarang ini, kebohongan bisa jadi menjadi suatu keniscayaan. Kebohongan dilakukan dalam keadaan sadar dan memiliki tujuan. Intinya seseorang melakukan kebohongan karena merasa mendapatkan keuntungan dari kebohongan yang dilakukan. Coba amati betapa berita hoax telah menjadi santapan sehari-hari, baik dalam kehidupan nyata maupun di dunia maya.

Apakah kebohongan itu mutlak dilarang?

Ada yang menyatakan berbohong untuk kebaikan itu diperbolehkan, minimal bisa ditoleransi. Berbohong untuk kebaikan? Ya, misalnya ketika kamu tahu ada orang yang belum jelas melakukan kejahatan sedang dikejar-kejar massa untuk dihakimi, maka kamu boleh berbohong dengan membelokkan arah agar massa tersebut tidak bisa menemukan orang yang dikejarnya sehingga orang tersebut selamat dari penghakiman massa. Kebohongan yang kamu lakukan dalam contoh ini bisa saja dibenarkan.

Namun itu bersifat kasuistik. Biar bagaimanapun kebohongan tetap saja kebohongan. Kebohongan adalah bagian dari kemunafikan. Maka sebagai remaja smart sebisa mungkin kamu harus menghindari kebohongan. Katakan yang benar itu benar biarpun terasa pahit untuk diucapkan. Kejujuran tetaplah menjadi hal yang harus dijunjung tinggi.

Kedua, suka mengingkari janji. Janji adalah hutang. “Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya (QS. Al Isra’: 34). Maka tak ada alasan untuk tidak menepati janji. Jika memang kamu merasa berat untuk menepati janji, maka sebaiknya kamu tidak usah mengucap janji. Jalani saja apa yang kamu jalani sekarang, tak perlu berjanji untuk nanti atau esok hari. Namun jika memang terpaksa harus mengucap janji, ucapkanlah dengan keyakinan penuh bahwa kamu akan bisa menepatinya. Dalam hal ini tentu kamu harus melakukan ikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk bisa menepatinya. Islam mengajarkan ketika seseorang berjanji maka sertailah dengan ucapan “Insya Allah” (QS. Al Kahfi: 24).

Ketiga, suka berhianat. Seseorang yang suka menghianati kepercayaan yang telah diberikan kepadanya adalah orang yang telah mencapai puncak kemunafikan. Penghianatan adalah hal paling menyakitkan bagi orang yang dihianati. Banyak ungkapan yang pasti sudah kamu baca atau kamu dengar tentang ungkapan kekecewaan dan hujatan dari seseorang yang sudah dihianati.

Pernahkah kamu dihianati orang yang paling kamu percayai? Bagaimana perasaanmu? Sakit hati tentu. Lalu rasa sakit hatimu itu akan membuatmu menghujat atau bahkan mengutuk orang yang telah menghianatimu tersebut. Dan itu sangatlah manusiawi.

Akibat dari penghianatan ini adalah hilangnya kepercayaan kepada orang yang telah menghianatimu. Atau jika kamu termasuk sedikit orang yang punya hati malaikat, kamu akan mencoba membangun kembali kepercayaan yang sudah menjadi puing-puing akibat penghianatan itu.

Dari uraian di atas jelas sudah bahwa remaja smart tentu tidak akan gegabah melakukan ketiga hal yang menjadi penanda sifat munafik tersebut. Remaja smart akan tetap menjunjung tinggi kejujuran. Remaja smart akan berusaha menepati janji. Dan remaja smart akan berusaha menjaga kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.

 

 

28/03/2021

Remaja Smart Itu... Remaja yang Tidak Pernah Bosan Menuntut Ilmu

REMAJA SMART ITU...

REMAJA YANG TIDAK PERNAH BOSAN

MENUNTUT ILMU

Oleh: Nanang M. Safa'

 


Kamu tentu sudah sangat akrab dengan ungkapan “ilmu itu adalah cahaya” (https://kuninganmass.com/ilmu-adalah-cahaya/). Atau “seandainya tanpa ilmu maka manusia akan seperti binatang” (https://www.nu.or.id/post/read/70283/pembeda-manusia-dari-binatang). Atau “ilmu akan menghidupkan jiwa” (https://today.line.me/id/v2/article/D75jD8). Atau ungkapan yang lain lagi.

Ilmu adalah syarat mutlak untuk bisa meraih dunia. Orang yang berilmu juga akan ditempatkan pada posisi yang lebih terhormat.

Ilmu bisa didapat dari mana saja. Tidak hanya terbatas di bangku sekolah formal. Dari membaca kamu bisa mendapatkan ilmu. Dari mendengarkan, kamu bisa mendapatkan ilmu. Dari diskusi, kamu juga bisa mendapatkan ilmu. Bahkan dari merenung, kamu bisa mendapatkan ilmu. Ilmu tidak akan pernah habis digali. Semakin kamu mempelajari suatu ilmu maka justru kamu akan merasa semakin banyak ilmu yang belum kamu kuasai.

Cobalah kamu telusuri lagi di buku atau di internet apa saja keistimewaan ilmu dibanding dengan harta atau yang lainnya? Ali bin Abi Thalib (seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang alim dan digelari sebagai “pintunya ilmu”) pernah menjelaskan tentang kelebihan ilmu dibanding harta. (https://fis.uii.ac.id/blog/2007/01/12/keutamaan-ilmu-atas-harta/)

Setidaknya ada tiga hal keutamaan ilmu dibanding harta. Ilmu itu tidak akan pernah habis, bahkan bisa bertambah ketika diberikan. Sedangkan harta pasti akan berkurang ketika diberikan. Ilustrasi dari pernyataan ini adalah ketika kamu menguasai satu ilmu lalu ilmu itu kamu ajarkan kepada temanmu, maka ilmumu itu tidak akan berkurang sedikitpun, malah justru akan semakin bertambah dan semakin mahir kamu menguasainya. Beda dengan harta. Ketika kamu memiliki uang Rp. 100.000,- lalu uangmu itu kamu berikan kepada temanmu, tentu sekarang uangmu tinggal Rp. 50.000,- Itulah harta.

Ilmu itu bisa menjaga orang yang memilikinya. Sedangkan harta justru harus kamu jaga ekstra ketat agar tidak diambil orang-orang iri dan serakah yang sedang menunggu kesempatan. Ketika kamu memiliki ilmu bela diri yang mumpuni misalnya, maka penjahatpun harus berfikir seribu kali ketika akan megganggumu. Maka jelaslah bahwa ilmu akan dapat menjaga orang yang memilikinya. Sedangkan harta, akan membuatmu repot, harus menjaganya setiap saat agar harta yang kamu miliki itu benar-benar aman.

Ilmu itu hanya bisa didapatkan dengan cara diberikan oleh pemiliknya. Ilmu tidak bisa dirampas atau dicuri dari pemiliknya. Sedangkan harta bisa saja hilang kapan saja baik dengan cara diambil paksa maupun hilang tanpa sengaja.

Syetanpun “secara jujur” mengakui bahwa menyesatkan satu orang berilmu (alim) jauh lebih berat dan lebih sulit dibandingkan menyesatkan seribu orang ahli ibadah (‘abid).

Amalan orang yang tak dilandasi ilmu jauh lebih membahayakan dibanding orang pandai ilmu tapi tidak mau mengamalkannya. Bukan berarti orang pandai itu bebas dari dosa karena tidak mengamalkan kebaikan, namun hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya ilmu itu menjadi landasan pokok tentang amalan dan ibadah. Dengan kata lain, ibadah yang tidak dilandasi ilmu maka hanya akan menghasilkan kesia-siaan.

Mengingat begitu pentingnya ilmu, maka bagi remaja smart tiada kata bosan untuk menuntut ilmu. Bahkan jika perlu “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri seberang sekalipun”. Sebab kewajiban menuntut ilmu itu memang dimulai dari lahir sampai nanti datangnya ajal. Artinya, jangan pernah bosan menuntut ilmu kapanpun dan di manapun kamu berada. Inilah cerminan remaja smart pencinta ilmu yang sebenarnya.