PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Literasi Harga Mati

29/09/2021

Literasi Harga Mati

 

LITERASI HARGA MATI

Oleh: Nanang M. Safa

 

Membaca tema yang disodorkan pada Lomba Blog Sumpah Pemuda yang dimotori oleh Guru Bloger Indonesia bekerjasama dengan penerbit Andi Yogyakarta sungguh membuat ciut nyali. Tema tersebut adalah: “Sudah layakkah saya menjadi guru penggerak Indonesia?” Tema tersebut benar-benar menohok saya yang hanya seorang guru yang berada jauh di pinggiran pedesaan di Kabupaten Trenggalek. Sudah layakkah saya disebut sebagai seorang guru penggerak apalagi untuk Indonesia?

Namun demikian sebagai seorang guru yang memiliki prinsip “lakukanlah hal baik selagi ada kesempatan” saya tetap berusaha untuk mengikuti lomba tersebut. Langkah pertama tentu saja saya harus memastikan dulu tentang apakah yang dimaksud dengan guru penggerak. Langkah praktisnya tentu saya browsing di internet. Ketika saya ketikkan kata “guru penggerak” di search angine google ternyata yang muncul paling atas adalah https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/. Di sana dipaparkan tentang program guru penggerak dengan taglin “Guru Bergerak Indonesia Maju”. Program ini adalah program yang digulirkan Kemendikbudristek untuk menggunggah guru-guru di Indonesia agar lebih banyak berkiprah untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

 

Dari sini, saya mendapatkan sedikit pengetahuan tentang apa itu guru penggerak Indonesia. Selanjutnya saya harus bermuhasabah terhadap diri saya, apakah saya telah memiliki cukup modal untuk menjadi guru penggerak Indonesia. Bagi saya, modal utama bagi seorang guru untuk menjadi guru penggerak tiada lain adalah literasi. Dan literasi adalah dunia yang selama ini saya tekuni. Inilah alasannya mengapa saya memberanikan diri mengikuti lomba yang bikin ciut nyali ini.

Dalam dunia literasi yang berkaitan erat dengan dunia kepenulisan, di kota saya (Trenggalek) masih sangat sulit mencari guru yang eksis di dunia kepenulisan. Mayoritas guru, menulis hanyalah untuk kepentingan naik jabatan atau untuk mendulang angka kredit. Dan itupun jika ada penyaringan ketat tentang plagiasi, barangkali sekian persennya akan terdeteksi dari hasil plagiasi. –maaf, ini baru dugaan saja, belum ada penelitian ilmiah tentang hal ini– Saya mengenal beberapa guru penulis di Trenggalek yang memang sangat rajin menulis. Di Dinas Pendidikan ada nama yang cukup popular yaitu St Sri Emyani dari SMPN 1 Panggul yang getol menekuni dunia menulis terutama naskah berbahasa Jawa. Di Kementerian Agama ada Masrotun Choiriyah (Guru di MTsN 1 Trenggalek) yang juga sangat rajin menulis di blog gurusiana.id. Guru-guru lain sepertinya muncul tenggelam, belum bisa istiqamah dalam merawat semangat menulis mereka.

  
 
Buku-buku saksi sejarah kiprah saya di dunia literasi

 Saya adalah salah seorang guru yang berusaha keras untuk selalu merawat semangat menulis saya. Maaf, sekali lagi Anda boleh menyebut ini subyektif. Namun saya memiliki bukti keaktifan saya tersebut. Saya ikut bergabung di grup WA Pegiat Literasi Kemenag bersama ibu Choir (Masrotun Choiriyah). Saya juga bergabung di grup WA QLC Trenggalek Berliterasi yang di dalamnya ada Pak Yani (St Sri Emyani). Jadi sedikit banyak saya tahu tentang perkembangan dunia literasi di Trenggalek. Selain itu di tingkat propinsi saya tergabung di grup WA KTI Guru se-Jatim, dan di tingkat nasional saya ikut gabung di grup WA Sejuta Guru Ngeblog bersama para bloger nusantara, serta grup WA Penerbit Buku YPTD.

Di media massa cetak, tulisan saya telah terdokumentasikan di beberapa media massa, seperti Majalah PGRI Kabupaten Trenggalek, Radar Blitar – Jawa Pos Grup, Harian Surya Surabaya, Majalah Rindang Semarang, Majalah MPA Surabaya, dan Majalah Ampeldenta BDK Surabaya. Di media massa elektronik tulisan saya terabadikan di blog Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) Jakarta, serta blog pribadi saya di https://kampus215.blogspot.com. Sedangkan di dunia buku, saya sudah menghasilkan beberapa buku antologi bersama para penulis Trenggalek. Dua buku solo saya berjudul: “Kado Buat Generasi Muslim Zaman Now” (2019) dan “Apa Kabar Remaja Smart Indonesia” (2021). Selain itu saya bersama seorang rekan sejawat di MTsN 4 Trenggalek juga berhasil mengegolkan terbitnya majalah sekolah bernama “Sketsa”. Majalah tersebut telah berhasil mengantongi ISSN dari PDII-LIPI Jakarta dengan nomor ISSN: 2581-2068. 

Saya juga telah berhasil meraih penghargaan dalam beberapa lomba menulis, baik di lingkup kabupaten Trenggalek maupun di tingkat propinsi Jawa Timur, antara lain: Juara III, Lomba Mengarang Tingkat MA/PGA se-Jawa Timur yang diselenggarakan Kanwil Depag Jatim (1991); Juara I, Lomba Menulis Kritik RRI Surabaya dalam rangka Hari Radio ke–54 (1999); Juara I, Lomba Menulis Artikel Kategori Guru, Mahasiswa dan Umum, Tingkat Regional  Jawa Timur (2011);   Juara III, Lomba Menulis Cerpen kategori Guru, Mahasiswa dan Umum, Tingkat Regional Jawa Timur (2011); dan yang terbaru Juara I, Lomba Menulis Artikel Ilmiah bagi Guru MTs dalam rangka HAB Kemenag RI ke-75, Kankemenag Kabupaten Trenggalek (2021). Memng belum banyak ukiran prestasi yang berhasil saya bukukan. Namun setidaknya ini bisa dijadikan bukti tentang keaktifan saya di bidang kepenulisan. 

  

 Penyerahan Piala Juara I Lomba Menulis Artikel Ilmiah oleh Kakankemenag Kab. Trenggalek

Inilah sedikit paparan tentang  bukti keaktifan saya di dunia literasi. Ini pulalah yang membuat saya berani mengikuti lomba dengan tema yang cukup membuat ciut nyali ini. Bagi saya dunia literasi adalah dunia utama para guru. Maka gerakan pertama dan utama bagi guru Indonesia agar layak disebut “Guru Penggerak Indonesia” adalah guru yang aktif dan eksis di dunia kepenulisan. Dari tulisan-tulisannya tersebut guru bersangkutan akan dapat melahirkan inspirasi, menularkan ide, menggunggah semangat, dan akhirnya dapat menggerakkan banyak orang untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Maaf jika paparan ini bernada pamer. Lomba ini butuh bukti bukan sekedar pepesan kosong. Jadi mau tidak mau, saya juga harus memaparkan bukti-bukti itu. Selanjutnya, biarlah para juri yang menyimpulkan tentang sudah layakkah saya disebut sebagai salah seorang “Guru Penggerak Indonesia”. Yang pasti, saya akan terus berusaha menyemai benih literasi di segala lini sesuai kemampuan saya. Bagi saya “LITERASI HARGA MATI!”

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...