HORMATI GURU SAYANGI TEMAN
Oleh: Nanang M. Safa'
Di lingkungan sekolah ada dua subyek yang bersentuhan langsung dengan kita. yakni guru dan teman. Dua subyek ini akan selalu mengiringi dan mewarnai hari-hari kita di sekolah. Jika minimal tujuh jam sehari kita di sekolah maka selama tujuh jam pula kita akan selalu bertatap muka, berkomunikasi dan bersama dengan mereka.
Hormati Guru
Guru adalah orang tua kita di sekolah. Dalam sebuah syair yang ditulis oleh Gus Mus (KH. Mustofa Bisri), guru itu adalah orang yang ngitik-itik ing nyawa (orang yang mengukir jiwa kita). Dengan demikian kehadiran seorang guru bagi kita tentu sangat penting karena guru bisa menyelamatkan kita di dunia dan akherat berkat bimbingannya.
Siapa sich guru itu?
Jika kita artikan secara luas guru itu ya siapa saja yang menjadi penuntun kita untuk bisa menguasai ilmu pengetahuan. Guru adalah orang yang membuat kita dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan seterusnya. Maka siapapun yang berperan membuat kita menjadi pintar, membuat kita menjadi tahu, membuat kita menjadi faham, membuat kita menjadi dewasa (ucapan, sikap, perbuatan) itulah yang disebut guru kita.
Dalam lingkup sekolah (seperti yang dimaksudkan adalam tulisan ini), guru adalah orang yang mendidik dan mengajar kita di sekolah. Seorang guru tentu sangat mendambakan anak-anak didiknya kelak menjadi generasi yang baik dan sukses. Tidak ada seorang gurupun yang menginginkan anak didiknya menjadi orang yang gagal dan tak berkepribadian. Seorang guru adalah orang dewasa yang sebelum ditahbiskan sebagai seorang guru sudah dibekali dengan berbagai ilmu, pengalaman, dan ketrampilan yang mumpuni untuk mendidik dan mengajar. Belum lagi berbagai persyaratan formal yang harus dipenuhi. Jadi dalam lingkup ini, tidak semua orang yang pandai bicara bisa menjadi guru. Ketika seseorang telah dilabeli “guru” maka dia tidak lagi bisa berbicara, bersikap, dan bertindak semau-maunya. Ada norma-norma dan aturan yang menjadi rambu-rambu yang jika dilanggar maka akan hancurlah reputasinya sebagai guru. Memang sungguh berat tanggung jawab yang harus diemban seorang guru.
Ketika di sekolah, guru diserahi tanggung jawab penuh untuk mendidik para putra bangsa, tanggung jawab lahir batin. Ini sungguh berat. Apalagi jika guru yang bersangkutan harus ngopeni sekian jumlah anak didik dengan berbagai karakter yang sangat berbeda satu sama lain. belum lagi tugas lain yang juga tidak boleh diabaikan; tugas administrasi, tugas keprofesian, dan tugas tambahan lain yang ditugaskan oleh Kepala Sekolah. Begitupun masih ditambah beban dan tanggung jawab di rumah, baik sebagai kepala keluarga maupun sebagai ibu rumah tangga. Sungguh sangat berat tugas dan tanggung jawab yang harus diemban seorang guru.
Di sisi lain, guru juga manusia biasa yang sangat terbatas kemampuan pengendalian emosinya, sangat terbatas kesabarannya, dan sangat terbatas pula dalam hal akses informasi tentang anak didiknya. Guru bukanlah makhluk sempurna tanpa cela, tanpa salah, dan tanpa lupa. Guru bukanlah orang yang serba bisa, serba tahu, serba ngerti, dan serba benar. Namun guru tentu akan terus berusaha sekuat tenaga mengupdate pengetahuan yang dimiliki, terus berusaha untuk bisa menjadi orang baik yang bisa diteladani, untuk bisa menjadi orang bijak yang bisa menjadi penengah konflik, untuk bisa bersikap adil di tengah-tengah anak didiknya, untuk bisa memotivasi anak-anak didiknya yang sedang didera musibah. Itulah guru, sebenar-benarnya guru.
Guru bukanlah orang yang suka mengharap balasan dari anak didiknya. Guru bukanlah orang yang gila hormat, dan guru bukanlah orang yang suka diperlakukan bak seorang raja. Jika kita sebagai murid menghormati guru, memang itulah yang seharusnya kita lakukan sebagai murid. Baca dan dengarkanlah ucapan orang-orang besar (para tokoh) yang dengan jujur menyatakan bahwa tanpa guru dia tidak akan menjadi orang hebat dan sukses. Sungguh besar jasa seorang guru. sungguh sebuah ironi, jika hanya mendapat cubitan dari gurunya saja sudah berani membalas dengan memukulnya. Naudzubillah!
Sayangi Teman
Teman (tidak terbatas pada laki-laki atau perempuan) adalah orang-orang yang kita akrabi dalam berbagai kesempatan. Di kelas dan di luar kelas, temanlah yang akan selalu kita butuhkan. Jika kebetulan kita sakit maka teman kitalah yang pertama kali kita sambati. Ketika kita merasa gundah maka teman kita jugalah yang kita jadikan tempat berkeluh kesah.
Setiap orang memiliki berbagai ragam karakter. Seratus teman yang ada di sekitar kita tentu juga ada seratus macam karakter yang mereka miliki. Di sinilah pentingnya kita mengenali berbagai karakter teman kita. Di sinilah pentingnya sikap dewasa dalam berteman. Ada yang cuek bebek, ada yang suka usil, ada yang perhatian, ada yang pendiam, ada yang banyak tingkah, ada yang suka cari perhatian, ada yang suka pamer, ada yang humoris, ada yang jeules, macam-macam dech pokoknya. Justru di sinilah letak harmoninya. Seperti alunan musik orkestra, terdengar indah di telinga, saling melengkapi dan penuh warna. Indah dan merdu.
Bersikap dewasa dalam berteman bukan berarti kita dituntut selalu mengalah. Namun bersikap dewasa dalam berteman adalah kita bisa memposisikan diri dengan tepat, luwes, dan tidak memaksakan diri untuk selalu di depan, dan bisa menjadi motivator bagi teman-teman kita yang sedang mengalami penurunan semangat. Sekali waktu kita juga bisa menjadi teman curhat yang baik, dan pada saat-saat yang lain kita juga bisa menjadi teman yang bisa diandalkan (dalam hal-hal positif). Dengan begitu berapapun teman yang kita miliki, akan selalu merasa kurang. Dengan begitu di manapun kita berada akan selalu dirindukan oleh teman-teman kita. Dan dengan begitu teman kita akan selalu ada bersama kita di saat-saat kita butuh mereka. Inilah yang disebut TEMAN SEJATI.@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...