PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA

20/12/2012

kejujuran vs kecurangan massal



KEJUJURAN vs KECURANGAN MASSAL
Oleh: Nanang M. Safa'

Sudah banyak konsep yang ditawarkan para ahli yang bermuara pada penanaman kejujuran pada siswa, mulai dari kantin kejujuran, tray out kejujuran, quiz kejujuran dan seterusnya, namun hasilnya ternyata masih jauh dari harapan. Jika dicermati dari sejumlah kasus pelanggaran ketidakjujuran yang terjadi, ternyata semuanya bermuara pada kepentingan sistem, artinya di satu sisi sebenarnya siswa sudah mulai bisa berlaku jujur, tapi di sisi lain ternyata justru ada pihak-pihak yang tidak rela jika siswa menjadi benar-benar jujur.
Contoh paling sederhana adalah pada penentuan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).  Pihak sekolah seringkali harus jaga gengsi dengan menentukan nilai KKM tinggi untuk bisa mengikuti pangsa pasar agar outputnya kelak laku di jenjang berikutnya atau di dunia kerja hingga akhirnya guru terpaksa harus "ngaji" –ngarang biji- dengan mengatrol nilai siswa agar bisa mencapai KKM yang tinggi tersebut. Dampak dari kebijakan yang tidak bijaksana ini adalah siswa menjadi acuh, cuek dan malas, toch untuk dapat mencapai nilai KKM, mereka tidak perlu bersusah payah belajar.  Sebaliknya bagi siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata menjadi kurang termotivasi untuk terus berprestasi.
Dalam sebuah diskusi kecil pada forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ada sebuah ungkapan yang bernada sarkartis menyangkut penilaian terhadap hasil evaluasi belajar siswa. Seorang guru muda yang dikenal cukup kritis melontarkan uneg-unegnya bahwa sistem penilaian tempoe doeloe” sepertinya lebih obyektif dan bisa dipertanggung jawabkan. Penentuan nilai siswa yang tidak dipatok KKM (ditulis apa adanya sesuai hasil capaian siswa bersangkutan) justru memberikan efek positif bagi siswa dan dapat memacu siswa untuk giat belajar. Di pihak lain guru juga harus berjuang lebih giat untuk menghindari cap sebagai guru yang tidak becus mengajar lantaran banyak siswa yang nilainya dibawah enam. 
Ujian Nasional formulasi baru yang digagas Kementerian Pendidikan  Nasional sebagai  penyempurnaan dari sistem unas tahun-tahun sebelumnya juga masih menyisakan sejumlah masalah. Sistem kelulusan yang mensyaratkan 40 % kelulusan didasarkan pada nilai rapor siswa, sudah sejak awal "diantisipasi" pihak sekolah. Banyak sekolah yang merekayasa nilai rapor dengan membuat "rapor bayangan" yaitu rapor yang berisi nilai hasil modifikasi untuk mengantisipasi banyaknya siswa yang mendapat nilai rendah saat ujian nasional kelak. Belum lagi berbagai laporan kecurangan yang terjadi selama pelaksanaan Ujian Nasional digelar, seperti praktik perjokian, penunjukan siswa pandai sebagai “pemandu jawaban”, pengaturan formasi pembagian paket soal, masih adanya siswa peserta ujian dan pengawas yang membawa hp ke dalam ruang ujian, hingga adanya intimidasi terhadap para pengawas ruang oleh pihak sekolah penyelenggara.
Jauh-jauh hari sebelum Ujian Nasional digelar, Mendiknas Moh. Nuh sudah mewanti-wanti agar pihak sekolah tidak bermain-main dengan Ujian Nasional, sebab jika sampai ditemukan kecurangan yang dilakukan pihak sekolah, maka mendiknas tidak segan-segan memberi sanksi berat.
Lain mendiknas lain pula Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB-PGRI). Organisasi yang nota bene memayungi guru di Indonesia tersebut justru bisa mentolerir para guru yang yang bertindak tidak sportif dalam Ujian Nasional (Jawa Pos, Jum'at 15 April 2011). Toleransi PB PGRI ini didasarkan pada beratnya tanggung jawab sekolah sebagai pihak yang berada pada posisi terjepit yaitu bahwa sekolah punya kewajiban "tidak tertulis" harus bisa meluluskan seluruh siswanya. Tekanan itu tidak hanya datang dari masyarakat (wali murid) namun tekanan lebih keras justru datang dari atasan. Seperti sebuah mata rantai, guru ditekan oleh Kepala Sekolah, Kepala Sekolah ditekan habis-habisan oleh Kepala Dinas (sebagai kepanjangan tangan) dari Kepala Daerah yang menuntut 90 hingga 97 persen kelulusan, padahal menurut itung-itungan PGRI sendiri yang paham betul tentang kondisi sekolah-sekolah di Indonesia, jika saja Ujian Nasional dilakukan secara sportif dan obyektif maka kelulusan siswa paling banter hanya bisa mencapai 50 % saja. Maka dapat dimaklumi jika masih banyak pihak yang tidak respek terhadap hasil capaian ujian nasional sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan nasional.
Uraian di atas hanya sebuah gambaran kecil tentang betapa sebuah kejujuran di dunia pendidikan kita sudah menjadi barang antik yang sangat sulit dicari. Jika benar demikian, sepertinya cita-cita untuk membangun negara ini menjadi negara yang gemah ripah loh jinawi toto titi tentrem atau baldatun thoyyibatun wa roobun ghofur hanya ada dalam kidungan. Mari kita renungkan!





17/12/2012

Research and Development Strategy dalam Mengembangkan Mutu Pendidikan

RESEARCH AND DEVELOPMENT STRATEGY
DALAM MENGEMBANGKAN MUTU PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia cukup mendapat tanggapan positif, meskipun di sana-sini ada pro dan kontra. Baik yang antusias menerima, mereka ingin segera memperoleh kepastian, ingin memperoleh pedoman, petunjuk dan sebagainya, bahkan menuntut adanya definisi/batasan pengertian yang pasti. Di sisi lain, ada yang pesimis bahkan sinis terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan, apalagi yang akan diimplementasikan untuk membuat pusing sekolah.
Mengenai mutu pendidikan ini dijelaskan pada pasal 1 ayat 17 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengenai kriteria minimal standar nasional pendidikan ini terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana.
Pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu segi normatif dan segi deskriptif. Dalam arti normatif, mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan instrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik,mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidiksesuai standar ideal. Sedangkan berdasarkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Adapun dalam arti deksriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya misalnya hasil tes prestasi belajar. Dengan demikian, mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstra kurikuler pada pesertadidik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan pembelajaran tertentu.
Salah satu strategi yang digunakan dalam pengembangan mutu pendidikan adalah lewat Research and Development Strategy atau popular disingkat R&D. R&D dalam pendidikan sering disebut research-based development[1] atau pengembangan berbasis penelitian yaitu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan. Dalam penjelasan Borg & Gall, produk-produk pendidikan tidak hanya berupa materi, seperti buku pelajaran, video pembelajaran, dan lain-lain, tetapi juga merujuk pada cara-cara dan proses-proses pembelajaran yang telah ada misalnya metode pembelajaran atau metode pengorganisasian pembelajaran.

B.        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka untuk memudahkan pembahasan, dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian penelitian dan pengembangan (R&D)?
2.    Apakah metode penelitian dan pengembangan (R&D)?
3.    Bagaimana karakteristik penelitian dan pengembangan (R&D)?
4.    Bagaimana langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan (R&D)?
5.    Bagaimana sistematika laporan penelitian dan pengembangan (R&D)?

C.      Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini agar pembaca tahu tentang:
1.      Pengertian penelitian dan pengembangan (R&D).
2.      Metode penelitian dan pengembangan (R&D).
3.      Karakteristik penelitian dan pengembangan (R&D).
4.      Langkah-langkah dalam penelitian dan pengembangan (R&D).
5.      Sistematika laporan penelitian dan pengembangan (R&D).



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Menurut Borg and Gall, educational research and development is a process used to develop and validate educational product.[2] Penelitian dan pengembangan pendidikan adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Penelitian Pengembangan juga diartikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggung jawabkan.[3]
Menurut L.R. Gay, penelitian dan pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan bukanuntuk menguji teori. Selanjutnya, penelitian pengembangan didefinisikan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas.[4]
Sejalan dengan hal tersebut, Richey and Klein mengemukakan bahwa pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik yang berkaitan dengan desain belajar sistematik, pengembangan dan evaluasi memproses dengan maksud menetapkan dasar empiris untuk mengkreasikan produk pembelajaran dan non-pembelajaran yang baru atau model peningkatan pengembangan yang sudah ada. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut agar dapat berfungsi di masyarakat luas maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut.[5]
Metode penelitian dan pengembangan juga didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.[6]
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat dipahami bahwa penelitian dan pengembangan (R&D) adalah suatu proses kajian sistematik untuk mengembangkan dan memvalidasi produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk yang dikembangkan/dihasilkan antara lain berupa bahan pelatihan untuk guru, materi ajar, media pembelajaran, soal-soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran.
Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll.
Selanjutnya Borg and Gall menjelaskan empat ciri utama dalam penelitian dan pengembangan, yaitu:
1.      Studying research findings pertinent to the product to be develop
Artinya, melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan.
2.      Developing the product base on this findings
Artinya, mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut.
3.      Field testing it in the setting where it will be used eventually
Artinya, dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut nantinya digunakan.
4.      Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage.
Artinya, melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan.[7]
Dari empat ciri utama R&D tersebut, memberikan gambaran bahwa ciri utama R&D adalah adanya langkah-langkah penelitian awal tekait dengan produk yang akan dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kemudian produk pendidikan dirancang dan dikembangkan untuk kemudian diuji dan diperbaiki/direvisi.

B.       Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada bebera­pa metode yang digunakan, yaitu metode: deskriptif, evaluatif, dan eksperimental.[8]
Metode penelitian deskriptif, digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada mencakup: (1) kondisi produk-produk yang sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar (embrio) untuk produk yang akan dikembangkan, (2) kondisi pihak pengguna, seperti sekolah, guru, kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya, (3) kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan, mencakup unsur manusia, saran-prasarana, biaya, pengelolaan, dan lingkungan.
Metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk dikembangkan melalui serangkaian uji coba, dan setiap kegiatan uji coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji coba diadakan penyempurnaan-penyem­purnaan.
Metode eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan. Walaupun dalam tahap uji coba telah ada evaluasi (pengukuran), tetapi pengukuran tersebut masih dalam rangka pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding. Dalam eksperimen telah diadakan pengukuran selain pada kelompok eksperimen juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol. Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara acak atau random. Pembandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok tersebut dapat menunjukkan tingkat keampuhan dari produk yang dihasilkan.

C.      Karakteristik Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Menurut Santyasa, penelitian pengembangan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut:[9]
1.      Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggungjawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
2.      Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3.      Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara akademik
4.      Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporakan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
Selain karakteristik tersebut, Van Den Akker mengemukakan beberapa motif penelitian dan pengembangan,yakni:
a)      Motif dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat tradisional, seperti eksperimen, survey, analisis korelasi yang fokusnya pada analysis deskriptif yang tidak memberikan hasil yang berguna untuk desain dan pengembangan dalam pendidikan.
b)      Keadaan yang sangat kompleks dari banyaknya perubahan kebijakan di dalam dunia pendidikan, sehingga diperlukan pendekatan penelitian yang lebih evolusioner (interaktif dan siklis).
c)      Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah pada reputasi yang ragu-ragu dikarenakan relevansi ketiadaan bukti.[10]

D.      Langkah-Langkah dalam Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Banyak model yang dipaparkan oleh para ahli berkenaan dengan langkah-langkah dalam R&D, antara lain model Borg and Gall, model Sugiono, model ADDIE dan Cennamo model. Dalam makalah ini hanya dikemukakan dua model yaitu model Borg and Gall dan model Sugiono sebagai bahan komparasi.
Langkah-langkah dalam siklus R&D menurut Borg and Gall, adalah:
1. Research and information collecting.
2. Planning.
3. Develop prelminary form of product.
4. Preliminary field testing.
5. Main product revision.
6. Main field testing.
7. Operational product revision.
8. Operational field testing.
9. Final product revision.
10. Dissemination and implementation.[11]
Urutan sepuluh langkah tersebut, jika diikuti dengan seksama, menghasilkan produk pendidikan berbasis penelitian, yang secara utuh siap digunakan di sekolah. Khusus pada langkah keenam, main field testing, yaitu pengumpulan data kuantitatif untuk menentukan apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan tujuan.
Sepuluh langkah R&D Borg & Gall secara keseluruhan dapat diamati pada bagan berikut:
Research information
collecting

Planning
Develop preliminary form of product
Preliminary field testing
Main product revision
Main field testing
Operational product
revision
Operational field testing
Final product revision
Dissemination and
implementation
 










Mencermati tahapan sepuluh langkah R&D Borg & Gall, dapat dilihat bahwa bobot/porsi development lebih banyak dibandingkan dengan research.
Sedangkan Sugiyono,mengemukakan langkah-langkah penelitian dan pengembangan dalam sepuluh langkah berikut:
1.      Potensi dan masalah
2.      Pengumpulandata
3.      Desain produk
4.      Validasi desain
5.      Revisi desain
6.      Ujicoba produk
7.      Revisi produk
8.      Ujicoba pemakaian
9.      Revisi produk
10.  Produksi massal.[12]
Adapun bagan langkah-langkah penelitiannya seperti ditunjukkan pada gambarberikut:
Desain
Produk

Pengumpulan
Data

Potensi dan Masalah

Revisi
Desain

Validasi Desain
Revisi
Produk

Ujicoba
Produk

Ujicoba Pemakaian
Revisi
Produk

Produksi Massal
 












E.       Laporan Penelitian dan Pengembangan (R & D)
Seperti yang telah dikemukakan bahwa metode penelitian dan pengembangan adalah merupaka metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sehingga menghasilkan produk baru, selanjutnya menguji keefektifan produk tersebut.
Dengan demikian laporan penelitian yang dibuat harus selalu dilampiri dengan produk yang dihasilkan berikut spesifikasi dan penjelasannya.
Sistematika laporan peneitian dan pengembangan adalah sebagai berikut:[13]
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
2.      Rumusan Masalah
3.      Tujuan
4.      Manfaat
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
B. Kajian Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berfikir
Bab III. PROSEDUR PENELITIAN
A.  Model Pengembangan
B.  Prosedur Pengembangan
C.  Penilaian Produk
1.      Desain Penilaian Produk
2.      Subjek Penilai
3.      Desain Uji Coba
4.      Subjek Ujicoba
5.      Tempat dan Waktu Penelitian
6.      Jenis Data
7.      Instrumen Pengumpul Data
8.      Teknik Analisis Data
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian Pengembangan
1.    Validasi Produk Media Pembelajaran
2.    Hasil Uji Coba Lapangan Skala Kecil
3.    Hasil Uji Coba Lapangan Skala Besar
B.     Pembahasan
1.    Analisa Data
2.    Revisi Produk
3.    Produk Akhir
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN PENGGUNAANNYA
A. Kesimpulan
B. Saran Penggunaan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN INSTRUMEN
LAMPIRAN DATA
LAMPIRAN PRODUK



BAB III
KESIMPULAN

1.      Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) atau sering disingkat R&D adalah suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas,kepraktisan, dan efektifitas. Produk yang dikembangkan/dihasilkan antara lain berupa bahan pelatihan untuk guru, materi ajar, media pembelajaran, soal-soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran.
2.      Metode yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan meliputi metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimental. Metode penelitian deskriptif, digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses uji coba pengembangan suatu produk. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keampuhan dari produk yang dihasilkan.
3.      Karakteristik penelitian dan pengembangan meliputi: masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran; Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa; Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik; Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporakan secara sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
4.      Langkah-langkah pokok dalam siklus R&D banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya model Borg and Gall yang mengemukakan sepuluh langkah berikut, yakni: Research and information collecting, Planning, Develop prelminary form of product, Preliminary field testing, Main product revision, Main field testing,  Operational product revision, Operational field testing, Final product revision, serta Dissemination and implementation. Sedangkan Sugiono mengemukakan urutannya sebagai berikut: Potensi dan masalah, pengumpulandata, desain produk, validasi desain, revisi desain, ujicoba produk, revisi produk, ujicoba pemakaian, revisi produk, dan produksi massal.
5.      Laporan penelitian dan pengembangan yang dibuat harus selalu dilampiri dengan produk yang dihasilkan berikut spesifikasi dan penjelasannya dengan mengikuti sistematika tertentu.




DAFTAR PUSTAKA

Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. (1989). Educational Research: An Introduction, Fifth Edition. New York: Longman.

Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Com-petencies for Analysis and Application. Second edition. New York: Macmillan Publishing Company.

Richey, Rita C. Klein. (2007). Design and Development Research. London: Lawrence Erlbaum Associates. Inc.

Santyasa, I Wayan. (2009). Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan Modul. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujadi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Van Den Akker J. (1999). Principles and Methods of Development Research. Design Approaches and Tools in Education and Training. Dortrech: Kluwer Academic Publishers.

Winarti. (2012). Penelitian Pengembangan Research and Development (R&D). Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.







[1]Walter R. Borg& M.D. Gall, Educational research: An introduction, (New York: Longman, 1989), hlm. 772.
[2]Ibid., hlm. 624.
[3]Sujadi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 164.
[4]L.R. Gay, Educational Evaluation and Measurement: Com-petencies for Analysis and Application, (New York: Macmillan Publishing Company, 1991).
[5]Rita C. Klein, Design and Development Research, (London: Lawrence Erlbaum Associates Inc, 2007), hlm. 1.
[6]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 297.
[8]Winarti, Penelitian Pengembangan Research and Development (R&D), (Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2012), hml. 1-2.
[9]I Wayan Santyasa, Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan Modul, (Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2009), hlm. 3.
[10]Van Den Akker J., Principles and Methods of Development Research, (Dortrech: Kluwer Academic Publishers, 1999).
[11]Walter R. Borg & M.D. Gall, Educational research: An introduction, (New York: Longman, 1989), hln. 775.
[12]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 298.
[13]Winarti, Penelitian Pengembangan Research and Development (R&D), (Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2012), hml. 9.