PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: pendidikan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan

23/02/2023

Guru Profesional Sosok yang Diharapkan

 

GURU PROFESIONAL SOSOK YANG DIHARAPKAN

Oleh: Nanang M. Safa

 

"Umar Bakri Umar bakri, selalu dikebiri…"

 

 Penggalan syair lagu di atas adalah bertema tentang sosok seorang guru. Guru yang disebut sang maestro musik balada Indonesia Iwan Fals sebagai Umar Bakri yang ketika lagu itu digubah memiliki nasib memprihatinkan. Namun dari waktu ke waktu apalagi setelah era reformasi, mulai ada perubahan yang signifikan ke arah perbaikan terhadap nasib guru. Pemerintah terus mengupayakan perbaikan kesejahteraan hidup bagi guru dengan berbagai kebijakan yang sudah barang tentu harus diiringi pula dengan peningkatan kompetensi. Ikon guru di mata masyarakat sudah diapresiasi sebagai sebuah profesi seperti seorang dokter atau profesi lain yang tentu nasibnya pun tidak lagi sebagai Umar Bakri seperti yang tergambar dalam syair lagu di atas. 

Guru profesional tentu dituntut untuk selalu melakukan refleksi diri terhadap apa yang telah dilakukan. Dengan melakukan refleksi diri inilah akan dapat ditemukan apa yang sudah baik dari  apa yang sudah dilakukan dan apa yang perlu diperbaiki dan dikembangkan. Kompetensi guru sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 8, kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (https://gurubinar.id/blog/4-kompetensi-guru-yang-wajib-dimiliki-oleh-calon-guru?).  

Kompetensi guru merupakan bentuk integrasi yang bersenyawa dari berbagai pengetahuan dan keterampilan yang di dalamnya menampakkan penguasaan dalam disiplin ilmu secara baik dan mendalam, penguasaan teori belajar dan pembelajaran  serta mengenal siswa, pengembangan pembelajaran yang terdiri atas kemampuan menganalisis tujuan, isi serta mengorganisasi dan merancang sekenario pembelajaran.

Secara akademik, guru profesional minimal harus memiliki ijazah sarjana (S.1) serta pengakuan sebagai tenaga profesional yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Setelah memperoleh sertifikat pendidik yang merupakan pengakuan legal formal sebagai guru profesional, guru juga harus selalu mengembangkan diri untuk meningkatkan kualitas keprofesiannya secara berkelanjutan.

Peningkatan kompetensi profesional dapat dilakukan antara lain dengan cara menguasai bidang keilmuan dengan baik, selalu menyegarkan materi keilmuan yang dimiliki, mencari referensi terbaru tentang bidang keilmuannya, mengikuti perkembangan  sains dan tehnologi yang sesuai,  meningkatkan kegiatan diskusi  dan sharing dengan teman sejawat melalui KKG atau MGMP, melakukan inovasi pembelajaran, serta melakukan publikasi ilmiah.

Pengembangan diri untuk menjadi sosok guru yang profesional adalah dengan selalu belajar terus menerus dari pengalaman sehari-hari, melakukan refleksi terhadap apa yang telah dikerjakan, memahami teori bagaimana memenuhi kebutuhan siswa secara individual atau secara kolektif, melakukan kolaborasi dengan teman sejawat baik dalam disiplin ilmu yang sama atau yang berbeda untuk meningkatkan wawasan keilmuan dan pengetahuannya.

Banyak hasil penelitian yang telah membuktikan bahwa   kualifikasi dan  sertifikasi guru memberi dampak yang sangat signifikan terhadap mutu pendidikan  nasional serta terhadap percepatan belajar peserta didk. Dengan demikian, harapan pemerintah terhadap perubahan terhadap mutu pendidikan nasional akan dapat terwujud sehingga program sertifikasi guru bukan hanya menghamburkan kas negara.

Setelah guru mendapatkan sertifikat pendidik, sejauh manakah peranan guru profesional di dalam usaha peningkatan mutu pendidikan nasional?

Jawaban dari pertanyaan ini, pada akhirnya kembali pada guru sendiri sebab gurulah sosok yang bisa menentukan keberhasilan pendidikan, gurulah yang langsung berhadapan dengan siswa serta gurulah yang menerapkan segala kebijakan yang digariskan oleh pemerintah demi keberhasilan mutu pendidikan walaupun terkadang tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.

Guru bisa diibaratkan sebagai petani yang menyemaikan benih  agar tumbuh dengan subur dan dapat menghasilkan buah yang ranum. Upaya ini tentu tidak hanya  dilakukan dengan menyemaikan benih saja lalu ditengok kembali ketika menjelang panen. Namun dalam prosesnya harus dipupuk,  dibersihkan dari hama, disiangi, disirami, dan dirawat. Demikian pula dengan guru profesional, dia akan  selalu berupaya dengan segala daya dan usaha mendidk dan membelajarkan siswanya sehingga mereka memiliki kompetensi yang diharapkan.

Guru profesional tentu berbeda dengan guru yang "belum profesional". Guru profesional akan selalu berupaya agar materi yang diajarkannya dapat dipahami dengan baik oleh siswa  sehingga hasil pembelajaran dapat tercapai maksimal. Guru profesional bukan sekedar mencapai target menghabiskan materi sesuai tuntutan kurikulum tanpa mau tahu apakah materi yang diajarkan benar-benar sudah dapat dikuasai oleh siswanya atau belum. Guru profesional tentu tidak hanya sekedar mengajar karena dibayar. Dengan kata lain guru profesional tentu tidak hanya sekedar datang, masuk kelas lalu pulang sesuai dengan jadwal mengajarnya tanpa mau peduli dengan kepentingan lain di luar urusan mata pelajaran yang diampunya karena menganggap itu tidak ada hubungannya dengan tugasnya sebagai guru.

Pertanyaannya sekarang adalah sudahkah Anda menjadi sosok guru yang profesional?    

            

22/02/2023

Wahai Guru, Apalagi yang Membuat Anda Berkecil Hati?

 

WAHAI GURU,

APALAGI YANG MEMBUAT ANDA BERKECIL HATI?

Oleh: Nanang M. Safa

 

Semua profesi itu pada dasarnya baik. Namun demikian profesi sebagai guru itu baik dan mulia. Mengapa? Segala profesi yang ada di muka bumi ini semua bermula dari guru. Tanpa adanya guru, tidak akan pernah lahir profesi-profesi baru. Maka sudah seharusnya Anda yang menekuni profesi sebagai guru bangga dengan profesi Anda tersebut. Tidak peduli guru negeri atau guru honorer. Syukurilah profesi Anda. Nikmatilah tugas Anda. Mengajarlah dengan senang hati dan penuh semangat. Dan bersiaplah untuk mendapatkan bonus atas keikhlasan Anda menjalani profesi Anda sebagai guru.

 

Jadilah Orang yang Bersyukur

Menjadi guru yang menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) -sekarang Aparatur Sipil Negara (ASN)- adalah impian setiap guru honorer. Dan impian itu sangatlah manusiawi. Namun jangan lantas impian untuk menyandang status ASN tersebut membuat Anda terbelenggu pada ketidaksungguhan dalam pengabdian. Lalu  membuat kadar keikhlasan Anda menipis gara-gara terlalu berharap menjadi guru ASN. Atau mempengaruhi ketekunan Anda untuk mewariskan ilmu Anda kepada murid-murid Anda memudar hanya gara-gara Anda tidak juga diangkat menjadi ASN.

Mengapa Anda mengecilkan arti kasih dan sayang Tuhan yang menaungi Anda? Bukankah rezeki itu sudah diatur oleh Sang Pemberi Rezeki? Bukankah Allah SWT akan memberikan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka? Syukurilah apa yang ada. Yakinlah! Rasa syukur Anda akan kembali kepada Anda dalam bentuk rezeki yang tak pernah Anda duga sebelumnya.

Perjalanan hidup ini cukup panjang, melelahkan, berliku, dan penuh cerita. Ada orang-orang yang sepertinya bahagia namun ternyata menderita. Dan sebaliknya, ada orang-orang yang sepertinya menderita namun ternyata bahagia. Falsafah Jawa mengatakan “Sejatine urip iku mung sawang-sinawang” – Hakekat hidup itu hanyalah sebatas bagaimana cara seseorang memandang sebuah tampilan–(https://www.kompasiana.com/ellytalufihasna/tentang-filosofi-jawa-sawang-sinawang). Banyak orang yang suka membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain hanya dari sisi luarnya saja sehingga terbangunlah anggapan dalam dirinya seakan-akan kehidupannya tidak lebih baik dibandingkan dengan kehidupan orang lain. Inilah yang menjadi penyebab utama hilangnya rasa syukur nikmat itu.

Anda tak pernah tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada orang lain. Anda tak pernah tahu apa yang sebenarnya sedang dirasakan orang lain. Anda juga tak pernah tahu apa yang ada di balik tampilan luar yang membuat Anda terpukau tersebut. Anda hanya terpesona pada warna bungkusnya saja. Maka tetaplah menjadi pribadi yang penuh syukur. Itulah cerminan sejati dari orang yang bahagia. 

Ayo para guru! Tetaplah semangat untuk mengabdi pada negeri. Tetaplah istiqamah dan tetapkan hati untuk menjadi guru ikhlas yang menginspirasi. Yakinlah! Ikan-ikan di laut dan semut-semut di persembunyiannya pun ikut memohonkan ampun atas dosa-dosa Anda karena keikhlasan Anda di jalan ilmu. Malaikat di langitpun menaungi Anda dengan sayap-sayap raksasanya. Pahala Anda juga akan terus mengalir biarpun Anda tidak lagi ada di dunia ini. Andalah orang yang istimewa karena Anda adalah pewaris para nabi. Goresan tinta Anda dihargai setara dengan tetesan darah para Syuhada (orang yang mati syahid). Jalan Anda ke surga juga akan dipermudah oleh Allah karena Anda telah mendapatkan keridaan-Nya. Dan masih banyak lagi keistimewaan Anda sebagai guru.

Lalu apalagi yang membuat Anda merasa berkecil hati?

21/02/2023

Pembelajaran Daring Tidak Terkesan Garing

 

PEMBELAJARAN DARING TIDAK TERKESAN GARING

Oleh: Nanang M. Safa

 

Pandemi Corona (Covid-19) telah berlalu. Dampak dari sepak terjang virus mematikan tersebut telah mampu merubah hampir seluruh tatanan kehidupan yang selama ini telah mapan, termasuk di dunia pendidikan. Jika sebelum merebaknya Covid-19 pembelajaran dilakukan di kelas konvensional secara luring (di luar jaringan) atau dengan tatap muka, setelah merebaknya Covid-19 kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring (dalam jaringan) atau secara online. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, setelah keadaan dianggap sudah kondusif –biarpun menurut keterangan beberapa pihak belum benar-benar kondusif terbukti dengan munculnya beberapa virus varian baru yang merupakan turunan dari Covid-19, termasuk yang terakhir adalah Omicron– pola pembelajaran juga harus menyesuaikan diri.

 Sekarang kita hidup di era new normal. Era new normal merupakan pola kehidupan baru sebagai konsep kehidupan yang adaptif pasca pandemi. Ada hal-hal baru yang harus diperhatikan dan diikuti dalam pola hidup new normal.

Wiku Adisasmita, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menegaskan, new normal adalah perubahan perilaku untuk menjalankan aktifitas normal namun harus memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 (campus.com; Mengenal Apa itu New Normal di Tengah Pandemi Corona). Prinsipnya, kita harus beradaptasi dengan pola hidup baru, baik dalam bersikap maupun berperilaku, semisal mengurangi kontak fisik dengan orang lain jika tidak benar-benar penting, menghindari kerumunan massa, menjaga jarak, dan sebagainya.

 

Bagaimana dengan Anak Sekolah?

Sekolah menjadi salah satu titik kumpul massa yang memungkinkan menjadi sarana penyebaran Covid-19 dan turunannya. Dalam satu sekolah jenjang SLTP, rata-rata memiliki 500 siswa. Maka untuk menghindari kemungkinan tersebut, sekolah mau tidak mau harus mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di masa new normal ini, lazimnya sekolah menjalankan pola tatap muka (luring) dipadu dengan pola  online (daring). Pola inilah yang lazim disebut blended learning.

Jauh hari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), sudah mencanangkan program merdeka belajar yang salah satu intinya adalah bahwa pembelajaran dilaksanakan tidak harus berada dalam satu tempat dengan cara tatap muka, melainkan bisa dilaksanakan di manapun tempatnya secara online. Masalah yang seringkali mengemuka dari pola pembelajaran daring adalah minimnya sarana prasarana serta terbatasnya kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran daring itu sendiri. Kegiatan pembelajaran sebagaimana lazimnya adalah kegiatan yang melibatkan guru dan siswa untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi secara aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran tidak sekedar memberikan materi pelajaran atau bahkan hanya sekedar memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan dalam waktu tertentu.

Jika diamati dari berbagai informasi yang mengemuka, akar permasalahan dari pembelajaran daring adalah tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh siswa di rumah dalam waktu tertentu tanpa adanya penjelasan dari materi tersebut. Dalam hal ini jika ditelaah lebih dalam lagi tentu berkaitan erat dengan kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran daring. Pembelajaran daring (online) menuntut penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang baik.

Menurut Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Gatot Suhartowo, saat ini dari total guru yang ada di Indonesia, baru 40% yang melek teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Jika total guru di Indonesia mencapai tiga juta orang, berarti baru 1,2 juta guru saja yang melek TIK. Sisanya sebanyak 1,8 juta guru masih gagap teknologi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dilihat dari sisi usia, guru yang berusia 45 tahun ke atas merupakan penyumbang terbanyak guru yang gagap TIK (https://jejakrekam.com/2019/03/19/hasil-survei-pustekkom-60-persen-guru-di-indonesia-gagap-teknologi-informasi/).

Perubahan pola pembelajaran dari luring ke daring memaksa guru harus siap dengan perubahan tersebut, Maka mau tidak mau, siap tidak siap, guru juga harus mengikutinya. Nah, di sinilah awal munculnya permasalahan dalam pembelajaran daring. Ditambah lagi kesiapan sarana prasarananya berupa jaringan internet, paket data, fasilitas smartphone yang memadai, juga penguasaan beberapa program aplikasi berbasis web yang mendukung kegiatan pembelajaran secara online juga harus dikuasai guru.

Sebagai guru, saya sendiri juga bukan termasuk pada kelompok guru yang canggih teknologi, biarpun juga bukan termasuk guru yang gagap teknologi (gaptek) –mudah-mudahan– Namun biar bagaimanapun, saya tidak mau kalah dengan yang muda-muda untuk bisa memahami dan menguasai beberapa aplikasi berbasis web yang dimungkinkan bisa digunakan sebagai media pembelajaran secara online.

Konsep pembelajaran daring juga tetap harus mengacu pada konsep pembelajaran happy seperti yang dicanangkan Mendikbud. Pembelajaran daring bukan semata terletak pada cakupan materinya melainkan terletak pada konten atau isinya. Namun kebanyakan guru ketika melaksanakan pembelajaran daring, tiada beda dengan pembelajaran tatap muka (secara langsung) yakni hanya untuk menghabiskan materi dalam waktu tertentu dengan menihilkan berbagai kendala yang dihadapi siswa. Akhirnya yang terjadi adalah memberikan “tumpukan” tugas yang harus diselesaikan siswa secara online dalam waktu tertentu pula tanpa penjelasan memadai. Inilah yang pada akhirnya menjadi beban berlebihan pada diri siswa serta orang tuanya.

Pertanyaannya adalah bagaimanakah agar pembelajaran daring bisa menarik?

Para guru sebenarnya memiliki konsep dan trik sendiri tentang kegiatan pembelajaran yang menarik. Menurut saya, ada tiga kata kunci yang harus dijadikan pertimbangan mendasar agar pembelajaran daring dapat berlangsung sesuai yang diharapkan yakni isi, variasi, dan komunikasi.

Pembelajaran daring tentu sangat berbeda dengan pembelajaran luring. Pembelajaran daring tentu bukan untuk mengejar target materi sesuai dengan tuntutan kurikulum yang memang diperuntukkan pada kondisi normal. Seorang guru harus pandai dalam menangkap inti dari materi yang dicantumkan pada Kompetensi Dasar (KD) pada Kurikulum 2013 atau Tujuan pembelajaran (TP) pada Kurikulum Merdeka. Dengan demikian guru tidak hanya sekedar memberikan tugas dengan batasan waktu tertentu, apalagi hanya sebatas mengerjakan soal-soal dalam Lembar Kerja Siswa (LKS), melainkan juga memberikan ruang berfikir dan berkreasi pada siswa sesuai potensi dan minat mereka.

Misalnya ketika sebuah KD menyebutkan materi tentang “jujur dalam muamalah” maka tentu isi dari materi dalam KD tersebut adalah bagaimana siswa dapat menghayati, memahami, dan mengamalkan atau mempraktikkan sifat jujur dalam kehidupannya. Kegiatan pembelajaran daring bisa saja dengan menonton video pendek tentang cerminan sifat jujur baik dari youtube, facebook, google, atau jalur lain. Selanjutnya siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan hasil dari kegiatan menonton video pendek tersebut dalam beberapa pilihan semisal membuat video dalam versi lain, menulis cerita pendek, cerita pengalaman, atau bisa juga membuat peta konsep tentang sifat jujur sesui hasil daya tangkapnya terhadap video yang telah ditontonnya.

Kegiatan pembelajaran daring semacam ini tentu bisa membuat anak merasa enjoy dan happy karena mereka diberikan pilihan tentang cara menyampaikan tanggapan hasil belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya. Di sisi lain guru juga lebih enjoy dan happy karena tidak harus mengejar-ngejar siswa agar segera mengumpulkan tugas. Dalam hal ini whatsApp bisa digunakan sebagai sarana untuk menjembatani komunikasi antara guru dengan siswa dan dengan wali siswa, bukan menjadi jalur andalan satu-satunya dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Dengan demikian pembelajaran daring tidak terkesan garing.