WAHAI GURU,
APALAGI YANG MEMBUAT ANDA BERKECIL HATI?
Oleh: Nanang M. Safa
Semua profesi itu pada dasarnya baik. Namun demikian profesi sebagai guru itu baik dan mulia. Mengapa? Segala profesi yang ada di muka bumi ini semua bermula dari guru. Tanpa adanya guru, tidak akan pernah lahir profesi-profesi baru. Maka sudah seharusnya Anda yang menekuni profesi sebagai guru bangga dengan profesi Anda tersebut. Tidak peduli guru negeri atau guru honorer. Syukurilah profesi Anda. Nikmatilah tugas Anda. Mengajarlah dengan senang hati dan penuh semangat. Dan bersiaplah untuk mendapatkan bonus atas keikhlasan Anda menjalani profesi Anda sebagai guru.
Jadilah Orang yang Bersyukur
Menjadi guru yang menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) -sekarang Aparatur Sipil Negara (ASN)- adalah impian setiap guru honorer. Dan impian itu sangatlah manusiawi. Namun jangan lantas impian untuk menyandang status ASN tersebut membuat Anda terbelenggu pada ketidaksungguhan dalam pengabdian. Lalu membuat kadar keikhlasan Anda menipis gara-gara terlalu berharap menjadi guru ASN. Atau mempengaruhi ketekunan Anda untuk mewariskan ilmu Anda kepada murid-murid Anda memudar hanya gara-gara Anda tidak juga diangkat menjadi ASN.
Mengapa Anda mengecilkan arti kasih dan sayang Tuhan yang menaungi Anda? Bukankah rezeki itu sudah diatur oleh Sang Pemberi Rezeki? Bukankah Allah SWT akan memberikan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka? Syukurilah apa yang ada. Yakinlah! Rasa syukur Anda akan kembali kepada Anda dalam bentuk rezeki yang tak pernah Anda duga sebelumnya.
Perjalanan hidup ini cukup panjang, melelahkan, berliku, dan penuh cerita. Ada orang-orang yang sepertinya bahagia namun ternyata menderita. Dan sebaliknya, ada orang-orang yang sepertinya menderita namun ternyata bahagia. Falsafah Jawa mengatakan “Sejatine urip iku mung sawang-sinawang” – Hakekat hidup itu hanyalah sebatas bagaimana cara seseorang memandang sebuah tampilan–(https://www.kompasiana.com/ellytalufihasna/tentang-filosofi-jawa-sawang-sinawang). Banyak orang yang suka membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain hanya dari sisi luarnya saja sehingga terbangunlah anggapan dalam dirinya seakan-akan kehidupannya tidak lebih baik dibandingkan dengan kehidupan orang lain. Inilah yang menjadi penyebab utama hilangnya rasa syukur nikmat itu.
Anda tak pernah tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada orang lain. Anda tak pernah tahu apa yang sebenarnya sedang dirasakan orang lain. Anda juga tak pernah tahu apa yang ada di balik tampilan luar yang membuat Anda terpukau tersebut. Anda hanya terpesona pada warna bungkusnya saja. Maka tetaplah menjadi pribadi yang penuh syukur. Itulah cerminan sejati dari orang yang bahagia.
Ayo para guru! Tetaplah semangat untuk mengabdi pada negeri. Tetaplah istiqamah dan tetapkan hati untuk menjadi guru ikhlas yang menginspirasi. Yakinlah! Ikan-ikan di laut dan semut-semut di persembunyiannya pun ikut memohonkan ampun atas dosa-dosa Anda karena keikhlasan Anda di jalan ilmu. Malaikat di langitpun menaungi Anda dengan sayap-sayap raksasanya. Pahala Anda juga akan terus mengalir biarpun Anda tidak lagi ada di dunia ini. Andalah orang yang istimewa karena Anda adalah pewaris para nabi. Goresan tinta Anda dihargai setara dengan tetesan darah para Syuhada (orang yang mati syahid). Jalan Anda ke surga juga akan dipermudah oleh Allah karena Anda telah mendapatkan keridaan-Nya. Dan masih banyak lagi keistimewaan Anda sebagai guru.
Lalu apalagi yang membuat Anda merasa berkecil hati?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...