PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: pendidikan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pendidikan. Tampilkan semua postingan

01/03/2023

Masihkah Ingin Menunda Menerbitkan Buku? Sungguh Terlalu!

 

MASIHKAH INGIN MENUNDA MENERBITKAN BUKU?

SUNGGUH TERLALU!

Oleh: Nanang M. Safa

 

Guru dan buku adalah dua unsur yang berhubungan erat dengan dunia pendidikan. Guru adalah subyek tak tergantikan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Tidak setiap orang mampu menjadi guru. Bukan masalah persyaratan formal yakni ijazah guru atau sertifikat pendidik. Lebih dari itu, guru adalah simbol kemuliaan, simbol kedisiplinan, simbol kebaikan, dan simbol ilmu pengetahuan. Ada ujaran “guru itu digugu dan ditiru”. Digugu artinya ucapan guru akan dipatuhi oleh murid-muridnya bahkan bisa lebih dari itu. Ditiru artinya sikap dan perilaku seorang guru akan dijadikan standar moral bagi murid-muridnya bahkan bisa lebih dari itu.

Jika ditilik dari asal katanya, guru berasal dari bahasa Sanskerta yang secara harfiah berarti berat. Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu. Kata guru dalam bahasa Indonesia merujuk pada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi (https://id.wikipedia.org/wiki/Guru). 

Tugas seorang guru tidak hanya sebatas mengajar. Jika hanya mengajar yang berarti menransfer pengetahuan dan pengalaman, siapapun bisa melakukan asalkan memiliki pengetahuan dan pengalaman. Bahkan seperti yang terjadi pada beberapa tahun lalu ketika pandemi Covid-19 sedang melanda dunia, siswa cukup dipandu secara daring (dalam jaringan atau secara online). Dengan “berguru” pada WhatsApp, youtube, atau media sosial lain, siswa sudah bisa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman. Bahkan mungkin lebih dari apa yang bisa diberikan oleh gurunya.

Namun apakah pendidikan hanya sebatas itu?

Anda sebagai orang tua pasti bisa merasakan bagaimana susahnya menjadi guru pengganti untuk putra-putri Anda. Anda juga bisa merasakan ada ruang kosong yang tidak bisa Anda isi. Putra-putri Anda pun juga pasti merasakan hal yang sama seperti yang Anda rasakan. Itulah nilai-nilai pendidikan yang hakiki yang hanya bisa didapatkan dari seorang guru.

Di sisi lain, buku menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian guru dan siswa. Keberadaan buku juga masih sangat diperlukan di tengah kepungan media lain di era milenial sekarang ini. Buku bukan sekedar menjadi pelengkap melainkan menjadi sumber pengetahuan yang menjadi acuan dalam kegiatan pembelajaran dan kependidikan.

 

Guru Harus Kreatif

Seorang guru dituntut kreatif. Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dinamis yang selalu mengalami perubahan dan sangat adaftif. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi komunikasi adalah dua hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan pembelajaran. Maka tak ada kata lain bagi guru untuk terus mengupdate dan mengupgrade pengalaman mengajarnya.

Guru kreatif adalah guru yang tidak hanya sekedar mengajar. Guru kreatif adalah guru yang bisa melakukan hal-hal yang lebih dari sekedar keumuman. Semisal jika mayoritas guru hanya menggunakan buku paket sebagai satu-satunya sumber dalam kegiatan pembelajaran, maka guru kreatif bisa menambah sumber belajarnya dari hasil racikan pengetahuan dan pengalamannya dalam mengajar dalam sebuah buku pengayaan. Dengan demikian siswa yang diajarnya juga akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih memadai dan kaya juga.

Buku yang disusun seorang guru kreatif tentu akan lebih mudah difahami siswanya. Sebab guru yang bersangkutan pasti lebih memahami karakter dan tingkat pemahaman dari para siswa yang diajarnya setiap hari. Namun yang perlu diperhatikan ketika seorang guru ingin menerbitkan buku adalah guru harus bisa memilih penerbit yang baik. Penerbit yang baik adalah penerbit yang memiliki visi dan misi yang jelas, memiliki percetakan sendiri termasuk memiliki keberanian untuk mencetak jumlah eksemplar buku, dan memiliki jaringan pemasaran yang baik. Pengalaman penerbit dalam menerbitkan buku juga penting. Terakhir berkaitan dengan kejujuran penerbit dalam pembayaran royalti.

Sebaliknya, Anda juga harus bisa mengenali penerbit nakal yang bisa merugikan Anda baik secara moril maupun materiil. Ciri-ciri penerbit yang harus Anda waspadai atau bahkan harus Anda hindari adalah penerbit yang hanya bertindak sebagai broker naskah, penerbit yang tidak memiliki alamat yang tidak jelas, tidak ada perjanjian penerbitan yang baik, tidak memiliki jaringan distribusi/pemasaran yang baik, tidak memiliki percetakan sendiri, prosentase royalti tidak wajar, serta laporan keuangan juga tidak jelas.

 

Apa yang Didapatkan?

Ketika seorang guru dapat menerbitkan buku maka sudah barang tentu guru bersangkutan setidaknya akan mendapatkan 4a hal yakni kepuasan batin, reputasi, peningkatan karir, dan keuntungan finansial.

Buku merupakan hasil karya monumental seseorang yang akan dikenang dari generasi ke generasi, apalagi jika buku tersebut ber-ISBN (International Serial Book Number). Seorang penulis buku tentu akan mendapatkan kepuasan batin yang tak bisa didapatkan dari hal lain ketika buku yang ditulisnya dibaca banyak orang.

Buku merupakan karya tulis yang terpublikasikan secara luas. Maka dengan sendirinya seorang penulis buku namanya juga akan dikenal banyak orang. Nah di sinilah terbentuknya image positif pada diri seorang penulis buku. Dalam istilah kerennya disebut dengan personal branding. Dengan kata lain reputasi seorang penulis buku akan ikut meningkat berbarengan dengan beredarnya buku yang ditulisnya.

Kehadiran buku juga bisa mendongkrak karier seseorang. Dalam instansi pemerintah atau dalam dunia kerja, kenaikan pangkat atau jabatan membutuhkan angka kredit. Dalam dunia pendidikan (bagi Anda yang berprofesi sebagai guru/dosen), terbitnya buku Anda akan dihargai dengan poin angka kredit cukup tinggi sebagai salah satu syarat pengajuan kenaikan pangkat/jabatan Anda.

Terakhir, buku yang diterbitkan dan laris manis di pasaran tentu akan mendatangkan keuntungan finansial (uang) dari royalti yang akan dibayarkan oleh penerbit.

Nah, masihkah ingin menunda menerbitkan buku? Sungguh terlalu!

 

25/02/2023

Belajar Menulis Buku Ajar

 

BELAJAR MENULIS BUKU AJAR

Oleh: Nanang M. Safa

 


Tema                          : Menulis Buku ajar

Judul                          : Belajar Menulis Buku Ajar

Pertemuan ke           : 19
Gelombang ke          : 28

Nara Sumber             : Dr. Mudafiatun Isriyah, M.Pd

Moderator                  : Mutmainah

 

Buku ajar merupakan sumber utama pembelajaran, dan orang yang paling berkompeten menulis buku ajar tiada lain adalah guru atau dosen. Mengapa demikian? Ya, karena guru atau dosenlah yang menguasai bidang ilmu yang diajarkannya. –untuk selanjutnya saya akan memfokuskan pembahasan pada guru–Guru juga sudah pasti memiliki kemampuan menulis karena syarat formal menjadi guru minimal berijazah Sarjana Strata 1 (S.1). Dan untuk mendapatkan gelar tersebut seseorang tentulah harus berhasil melewati serangkaian proses mulai dari mengadakan riset dan menulis laporan hasil riset tersebut untuk selanjutnya harus mempertanggungjawabkan secara ilmiah laporan hasil risetnya di ruang sidang di depan tim penguji. Guru juga pasti lebih mengenali para siswanya termasuk tentang karakteristik materi pelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Maka akan sangat baik jika guru sendirilah yang menulis buku ajar.

Buku ajar bisa diartikan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, dalam hal ini guru. Buku ajar harus memuat maksud dan tujuan instruksional yang juga dilengkapi dengan sarana pengajaran yang mudah dipahami (https://penerbitdeepublish.com/pengertian-buku-ajar/).

Buku ajar ditulis sebagai media untuk membantu guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bagi guru kehadiran buku ajar akan sangat membantu mempermudah dalam menyampaikan materi pelajaran. Sementara bagi siswa dengan adanya buku ajar akan dapat memudahkan dalam mempelajari kembali materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga akan membantu meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran tersebut. Dengan adanya buku ajar, siswa tidak semata bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi belajar, siswa bisa belajar di mana saja dan kapan saja, serta siswa dapat mengembangkan potensi belajarnya sesuai daya tangkap dan daya pemahamannya masing-masing.

 

Bagaimana Menulis Buku Ajar?

Jika guru ingin menulis buku ajar maka harus berpedoman pada trilogy pembelajaran yakni ada tujuan, ada strategi pembelajaran, dan ada penilaian (evaluasi). Seorang guru pada hakekatnya memiliki kewajiban untuk menulis buku ajar sendiri sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Seorang guru sudah pasti menguasai bidang ilmu pengetahuan tertentu sesuai kualifikasi pendidikannya, guru juga memiliki kemampuan berbahasa yang baik, dan yang paling penting guru memiliki komitmen.

Jika guru mau menulis buku ajar maka guru yang bersangkutan akan mendapatkan banyak keuntungan yakni bisa mendapatkan angka kredit yang akan bermanfaat bagi kenaikan pangkatnya, mendapatkan insentif, keuntungan finansial (mendapatkan royalty jika diterbitkan di penerbit mayor), meneguhkan eksistensi diri sebagai seorang guru, bisa menjadi bukti jejak keilmuannya, bisa membangun personal branding, serta bisa dijadikan sebagai media ekspresi di bidang literasi.

Guru adalah seorang peneliti dan pembelajar. Pengalaman dan kurikulum merupakan pegangan guru dalam menulis buku ajar. Buku ajar paling sederhana bagi seorang guru bisa berbentuk diktat, modul, buku petunjuk praktikum, dan naskah tutorial.

Ada hal yang harus dipahami oleh guru tentang perbedaan antara buku ajar dengan buku teks. Buku ajar ditulis dan dirancang khusus digunakan untuk siswa, dalam buku ajar dijelaskan tentang tujuan pembelajaran, buku ajar disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel, strukturnya disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai, terdapat ruang latihan lazimnya berbentuk soal latihan, menyertakan rangkuman, kepadatan materi berdasarkan kebutuhan siswa, memiliki mekanisme untuk memunculkan feedback dari siswa, serta dilengkapi dengan petunjuk penggunaannya.

Sedangkan buku teks ditulis untuk pembaca umum dan dipasarkan secara luas, tidak selalu menjelaskan tujuan pembelajaran, disusun secara linier, strukturnya berdasarkan logika bidang ilmu, tidak selalu ada materi untuk latihan, tidak selalu disertai rangkuman, tidak selalu memiliki mekanisme untuk memunculkan feedback serta tidak memberikan petunjuk penggunaannya.

Menulis buku ajar dapat dilakukan dengan tiga cara:

1.  Penataan informasi (compilation text).

Seorang guru melakukan kompilasi bahan/materi dari berbagai sumber yang ada berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun.

2.  Pengemasan kembali (information repackaging).

Seorang guru melakukan pengemasan kembali dari sumber-sumber yang telah ada disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi yang ingin dicapai dalam RPP.

3.  Menulis sendiri (starting from scratch).

Seorang guru menulis sendiri berdasarkan kepakarannya sesuai mata pelajaran yang diampu.

Bagaimanakah Prosedur Penulisan Buku Ajar?

1.  Mengumpulkan seluruh buku, artikel jurnal ilmiah, dan sumber acuan lain yang digunakan dalam mata pelajaran.

2.  Menentukan bagian-bagian buku, artikel jurnal ilmiah, dan bagian dari sumber acuan lain yang digunakan perbahan kajian.

3.  Memfotokopi seluruh bagian dari sumber yang digunakan perbahan kajian.

4.  Memilah hasil fotokopi tersebut berdasarkan urutan bahan kajian.

5.  Membuat dan menulis halaman penyekat bahan untuk setiap bahan kajian.

6.  Bahan-bahan yang sudah dilengkapi dengan halaman penyekat untuk setiap bahan kajian kemudian dijilid rapi (selanjutnya difotokopi untuk dibagi kepada siswa).

7.  Membuat dan menulis pedoman guru dan pedoman siswa untuk mendampingi bahan yang sudah dikompilasi tersebut.

Selanjutnya, guru juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan materi agar buku ajar yang ditulis dapat memberikan manfaat nyata bagi guru maupun siswa. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1.     Prinsip relevansi.

Materi dalam buku ajar seharusnya dapat memberikan kontribusi nyata bagi ketercapaian tujuan pembelajaran dan kemampuan akhir. Misalnya jika kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa adalah menghafal fakta maka materi yang disajikan juga berupa fakta.

2.     Prinsip konsistensi.

Materi pembelajaran harus konsisten dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai. Jika kemampuan akhir yang harus dikuasai siswa tiga macam (pengetahuan, sikap, dan keterampilan), maka materi buku ajar yang harus dikembangkan juga harus meliputi tiga macam kemampuan tersebut.

3.     Prinsip kecukupan.

Materi yang dicantumkan dalam buku ajar hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kemampuan akhir yang diharapkan. Materi harus sesuai dengan porsinya, tidak kurang dan tidak lebih. Jika materinya terlalu sedikit maka akan kurang membantu ketercapaian tujuan pembelajaran dan kemampuan akhir. Sebaliknya, jika materinya terlalu banyak maka akan menyita waktu dan tenaga untuk hal-hal yang tidak perlu.

Pada bagian akhir tulisan ini saya hanya ingin menegaskan bahwa guru adalah figur inspiratif bagi siswa. Inilah ruang yang harus diisi oleh guru. Karya guru akan menjadi prasasti bagi siswa. Buku ajar yang ditulis oleh guru tentu saja sangat dinantikan oleh siswa. Jangan sia-siakan harapan mereka! Marilah menjadi guru yang kreatif!