YUK BELAJAR MENULIS PUISI
Oleh: Nanang M. Safa
Tema : Menulis Puisi
Judul : Yuk Belajar Menulis Puisi
Pertemuan ke :
17
Gelombang ke : 28
Nara Sumber : Dr. Hj. E. Hasanah, M.Pd
Moderator : Sim Chung Wei, S.P
Dari siswa Taman Kanak-Kanak (TK) hingga para mahasiswa di perguruan tinggi, guru, dan masyarakat umum pasti sudah tak asing dengan karya sastra yang satu ini yakni puisi. Banyak sekali event lomba cipta puisi atau lomba pembacaan puisi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) puisi diartikan sebagai ragam karya sastra yang terikat oleh irama, matra serta larik dan bait. Puisi diartikan juga sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Puisi disebut juga sajak (https://kbbi.web.id/puisi).
Dalam dunia perpuisian di Indonesia, dikenal dua jenis puisi yakni puisi lama dan puisi baru. Puisi lama masih terikat oleh aturan-aturan baku menyangkut jumlah kata dalam satu baris, jumlah baris dalam satu bait, persajakan (rima), serta banyaknya suku kata dalam setiap barisnya. Sedangkan puisi baru tidak lagi terikat oleh aturan ketat seperti puisi lama baik dari sisi jumlah baris, suku kata, maupun rima. Puisi lama dikenal dengan sastra lisan (tersebar luas dari mulut ke mulut) sehingga nama pengarangnya seringkali tidak dikenali lagi. Sedangkan puisi baru persajakan lebih terfokus di bagian akhir, menggunakan sajak pantun dan syair, serta sebagian besar terdiri dari empat seuntai (baris).
Mantera (ucapan-ucapan yang memiliki daya magis), pantun, dan talibun (pantun genap) masuk dalam kelompok puisi lama. Sedangkan balada (puisi tentang kisah/cerita), himne (puisi pujaan terhadap Tuhan atau pahlawan), ode (puisi sanjungan terhadap orang atau alam), epigram (puisi tentang tuntunan atau ajaran hidup), romansa (puisi luapan cinta kasih), elegi (puisi ratap tangis dan kesedihan), dan satire (puisi sindiran atau kritik) masuk dalam kelompok puisi baru.
Pada perkembangan selanjutnya, muncul ragam puisi kontemporer yakni puisi yang dibuat dengan mengikuti perkembangan zaman (modern). Beberapa puisi yang bisa dimasukkan dalam ragam puisi kontemporer diantaranya: puisi akrostik yaitu puisi yang yang disusun berdasarkan huruf pertama sebuah kata atau sebuah nama secara vertikal; patidusa yaitu puisi yang disusun dengan menggunakan format empat kata, tiga kata, dua kata, dan satu kata pada setiap baitnya; telelet yaitu puisi yang terdiri dari Tiga baris, Empat baris, Lima baris, Enam baris, Lima baris, Empat baris, dan Tiga baris pada setiap baitnya; puisi 2.0 yakni puisi yang mensyaratkan dalam satu bait tak boleh lebih dari 20 kata, jika kurang diperbolehkan.
Puisi yang baik adalah puisi yang sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan puisi sesuai genrenya masing-masing dengan tetap memperhatikan rima, irama, larik, bait, dan diksi. Agar bisa menulis puisi dengan indah, Anda harus banyak berlatih. Tentukan tema sebagai acuan, lalu tentukan kata kunci, pilihlah diksi yang tepat, dan gunakan rima atau majas jika diperlukan. Anda bisa juga memulai dengan mengumpulkan kata-kata indah terlebih dahulu, lalu Anda kembangkan sesuai selera estetika Anda.
Nah, setelah membaca tulisan ini setidaknya Anda mendapatkan tambahan bekal untuk mulai menulis puisi sesuai genre yang cocok dengan selera Anda.
Yuk belajar menulis puisi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...