MAJALAH SEKOLAH BUKAN PROFIT ORIENTED
Oleh: Nanang M. Safa
Tema : Mengelola Majalah sekolah
Judul : Majalah Sekolah Bukan Profit Oriented
Pertemuan ke :
11
Gelombang ke : 28
Nara Sumber : Widya Setianingsih, S.Ag
Moderator : Mutmainah, M.Pd
Keberadaan majalah sekolah tentu sangatlah penting sebagai media penampung karya siswa sekaligus sebagai media komunikasi. Majalah sekolah bersifat informatif, edukatif, dan kreatif. Selain itu, sebagai lembaga formal, pihak sekolah perlu melakukan komunikasi, promosi, dan sosialisasi dengan orang tua dan masyarakat sebagai stakeholdernya.
Barangkali Anda berfikir, aduh, ribet nget sih, bukankah sudah ada WhatsApp, YouTube, dan media sosial lain?
Okelah, jawaban Anda ini bisa saja menjadi argumentasi yang menohok. Namun ada hal-hal yang biar bagaimanapun tidak bisa tercukupi oleh kehadiran media sosial. Apalagi di dunia pendidikan. Majalah sekolah merupakan bukti nyata berjalannya program literasi sekolah yang sedang gencar dikampanyekan oleh pemerintah sejak beberapa tahun terakhir.
Lantas seberapa rumitkah mengelola sebuah majalah sekolah?
Widya Setianingsih, yang menjadi nara sumber pertemuan ke-11 pada Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI Gelombang ke-28 memaparkan bahwa mengelola majalah sekolah itu sebenarnya tidak serumit yang dibayangkan banyak orang. Awalnya Widya sendiri juga berfikir seperti itu. Minimnya orang-orang yang mau dan mampu diajak dengan ikhlas hati mengelola majalah sekolah serta kurangnya dukungan dari sekolah bersangkutan adalah menjadi hambatan utama dalam mengelola majalah sekolah.
Widya Setianingih yang juga Pemimpin Redaksi majalah sekolah “Kharisma” ini lebih lanjut menjelaskan pada mulanya dia bersama seorang temannya (juga seorang guru) harus pontang-panting mengurus semuanya. Dari anggaran sampai urusan berburu berita dan konten majalah, layout hingga siap beredar mereka berdua yang mengurus. Pada awal kemunculannya, majalah “Kharisma” hanyalah berukuran setengah kertas foleo saja. Layoutnya hanya sebatas gunting dan temple sana sini. Mencetaknya pun hanya dengan memfotokopi. Perjalanan majalah sekolah yang sangat sederhana tersebut mampu bertahan hingga dua tahun.
Di tahun ke-tiga, majalah sekolah berhenti terbit karena terkendala terutama keterbatasan dana dan kesibukan kami berdua. Namun bukan berarti kami menyerah. Dalam masa hibernasi ini, kami melakukan evaluasi dan pembenahan secara menyeluruh.
Langkah pertama yang kami lakukan adalah melakukan pembenahan di bagian crew. Kami lengkapi susunan kepengurusan dengan penasehat, penanggung jawab, pimpinan redaksi, bendahara, editor, layout, dan empat orang pemburu berita. Kemudian kami membuat proposal yang cukup detil ke pihak yayasan (yang menaungi sekolah kami). Kami berusaha mencari alternative pendanaan agar tidak bergantung pada dana Bantuan Operasional sekolah (BOS). Selain itu kami juga melakukan peembenahan di bagian tampilan, mempertebal muatan isi majalah dengan konten yang lebih bergizi. Finally, “KHARISMA REBORN”.
Dari paparan panjang Widya ini, Anda dapat menemukan satu kata kunci untuk mengelola sebuah majalah sekolah yakni MAU. Dengan kemauan inilah, Anda akan mendapatkan jalan kemudahan. Ingatlah Tuhan telah memaklumatkan bahwa dalam setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Tentunya jika Anda tidak buru-buru menyerah dengan kesulitan yang ada. Pasti ada jalan terang di balik lorong kegelapan yang sedang melingkupi Anda. Nah, untuk menjadi mau ini tentunya berpulang pada diri Anda masing-masing. Tanyakan pada diri Anda, apa yang ingin Anda torehkan dalam hidup ini? Apa yang ingin Anda tinggalkan sebagai kenangan pada anak cucu Anda?
Janganlah takut untuk mencoba. Jangan berhenti di tempat. Tetaplah berjalan biarpun harus tertatih. Jika Anda berhenti di tempat Anada berhenti di tempat Anda sekarang tentu tak akan pernah Anda sampai pada tujuan, yaitu terbitnya majalah sekolah yang sangat Anda impikan di sekolah Anda.
Mengawali itu memanglah sangat berat. Ini juga saya rasakan. Kebetulan saya juga memiliki pengalaman mengelola sebuah majalah sekolah dan Alhamdulillah, berkat perjuangan tak kenal lelah selama sekian tahun, akhirnya majalah di sekolah kami berhasil mengantongi terbitnya ISSN dari PDII-LIPI Jakarta. Jika Anda penasaran, Anda bisa membuka dan membacanya di https://www.kompasiana.com/nanangmusafa8181/63def593a7e0fa1b250c5e92/mengelola-majalah-sekolah?page=1&page_images=1.
Mengelola sebuah majalah sekolah memerlukan langkah-langkah taktis agar bisa berjalan sesuai harapan.
Pertama, menyatukan ide. Carilah teman-teman yang memiliki kecintaan di bidang literasi untuk membentuk tim redaksi. Orang-orang dalam kelompok ini merupakan amunisi utama agar majalah sekolah yang akan Anda kelola bisa bertahan dan terbit secara rutin. Ingat, majalah sekolah bukanlah profit oriented. Makanya butuh orang-orang yang ikhlas bekerja bahkan kadang lembur untuk bisa menerbitkan majalah sekolah sesuai target waktu pada tiap edisinya.
Kedua, buatlah proposal sedetail mungkin. Proposal yang baik minimal memuat latar belakang, tujuan, susunan redaksi, rubrikasi, dan rincian anggaran yang diperlukan.
Ketiga, membuat rancangan majalah termasuk di dalamnya menentukan nama majalah plus motonya, isi berita, pendanaan, dan lain-lain.
Keempat, mencari rekanan pendukung, percetakan, termasuk sponsor jika diperlukan.
Kelima, meminta restu dan dukungan Kepala Sekolah. Biar bagaimanapun Kepala Sekolah adalah penentu kebijakan di sebuah sekolah. tanpa restu dan dukungan Kepala Sekolah maka sebagus apapun program yang Anda rencanakan dan Anda jalankan sulit atau hampir tidak mungkin bisa sesuai harapan.
Keenam, melakukan sosialisasi tentang manfaat majalah sekolah terutama kepada para siswa dan orang tua siswa.
Akhirnya tibalah satnya Anda melangkah ke tangga paling atas yakni menerbitkan majalah sekolah impian Anda. sekali lagi jangan lupa, majalah sekolah bukan profit oriented lo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...