PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Ayo Menulis Cerita Fiksi

05/02/2023

Ayo Menulis Cerita Fiksi

AYO MENULIS FIKSI

Oleh: Nanang M. Safa

 


Tema                          : Kiat Menulis Cerita Fiksi

Judul                          : Ayo Menulis Fiksi

Pertemuan ke           : 10
Gelombang ke          : 28

Nara Sumber             : Sudomo, S.Pt

Moderator                  : Bambang Purwanto, S.Kom, Gr

 

Dulu pada awal menekuni dunia menulis, saya lebih suka menulis fiksi genre cerita pendek (cerpen). Bukti kesukaan saya menulis cerpen sebagian termuat dalam majalh Mimbar pembangunan agama (MPA) Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Cerpen saya yang lain terabadikan dalam beberapa buku antologi bersama para penggiat literasi Trenggalek di bawah bendera Quantum Litera Center (QLC).

Seiring berjalannya waktu, beberapa tahun terakhir ini saya lebih sering menulis artikel ilmiah populer. Menulis cerpen hanyalah saya jadikan selingan atau refreshing ketika jenuh menulis artikel.

Jika saya ditanya tentang lebih “mudah” mana menulis antara cerpen dengan menulis artikel, atau lebih “sulit” mana antara menulis cerpen dengan menulis artikel, tentu jawaban saya keduanya sama-sama mudah bisa juga sama-sama sulit.

Nah lo….

Sebulan yang lalu saya memberanikan diri ikut bimbingan (lebih tepatnya tantangan) menulis cerpen. Setiap peserta harus mampu membuat 10 cerpen dalam waktu 2 bulan. Di akhir program (sesuai waktu yang sudah ditentukan). Dari 10 cerpen yang ditargetkan, saya hanya mampu menyelesaikan 6 cerpen. Kok bisa? Nah itulah masalahnya.

Seperti yang saya tulis di paragraf awal, beberapa tahun terakhir ini saya lebih sering menulis artikel, menulis cerpen hanya saya jadikan selingan saja ketika saya merasa jenuh menulis artikel. Anda juga pasti sangat faham bahwa antara menulis artikel dengan menulis cerpen itu ada perbedaan mendasar. Dan ternyata porsi tak seimbang antara menulis artikel dan menulis cerpen yang saya lakukan tersebut benar-benar sangat berpengaruh terhadap penguasaan proses menulis cerpen saya sekarang. Mulai dari penuangan ide, alur cerita, hingga penyusunan dialog penuh hambatan. Nah, jika prosesnya saja sudah terhambat maka sudah pasti hasilnya juga tidak bisa maksimal. Untuk menyelesaikan satu cerpen saja, saya membutuhkan waktu berhari-hari. Bahkan beberapa cerpen harus lahir prematur dan akhirnya hanya tersimpan di laptop tanpa ada kejelasan nasibnya. Sungguh saya merasa kesulitan untuk bisa menyelesaikannya.

Beda halnya dengan menulis artikel populer yang memang tidak dibatasi banyak aturan. Dengan perbandingan waktu yang sama, sekali menekan tombol power di laptop saya, sekali duduk bisa saja saya menulis dua artikel sekaligus, setidaknya untuk draf artikel yang nantinya setelah saya poles sedikit bisa menjadi artikel siap dipublish.

Itulah alasan saya menyatakan menulis cerpen terasa lebih sulit dibandingkan menulis artikel populer. Dan pernyataan saya ini juga pasti akan beradaptasi ketika saya lebih sering menulis cerpen daripada menulis artikel.

Bagaimana dengan Anda?

Orang yang tidak suka atau belum tertarik menulis cerita fiksi belum tentu tidak suka membaca cerita fiksi. bahkan ada yang sampai bela-belain menyisihkan anggaran untuk membeli buku cerita fiksi. Namun ketika diajak menulis cerita fiksi mungkin dia akan mengatakan, “Tidak pernah terlintas sedikitpun di benak saya untuk menulis cerita fiksi”.

“Mengapa?”

“Apa yang mau saya tulis? Bagaimana cara menulis fiksi?”

Selanjutnya, “Bahasa saya kaku. Alurnya maju mundur. Dialognya berlepotan. Ceritanya mbulet…” dan alasan-alasan klise sejenis itu.

Di antara Anda mungkin juga ada yang beralasan bahwa menulis ceritan non fiksi berdasarkan pengalaman nyata jauh lebih mudah. Jika alasan ini yang mengemuka, bukankah menulis cerita fiksi itu juga bisa berangkat dari fakta atau pengalaman? Anda tinggal memberikan bumbu-bumbu penyedap agar hasil olahan cerita Anda lebih renyah dan enak dinikmati, tidak hambar dan garing. Selalu ada cara untuk memperbaiki kesemerawutan. Konsisten menulis fiksi akan membuat Anda terbiasa. Selama ada niat dan komitmen memulai dan menyelesaikannya, maka jadilah sebuah cerita fiksi.

Sudomo, S.Pt, yang menjadi nara sumber Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI Gelombang ke-28 Pertemuan ke-10 menjelaskan, sebelum memulai menulis cerita fiksi, setidaknya Anda harus mengetahui alasan mengapa Anda tertarik menulis cerita fiksi, unsur-unsur pembangun cerita fiksi, serta bentuk-bentuk cerita fiksi.

Pertama, terkait dengan alasan mengapa Anda tertarik menulis cerita fiksi, tentu masing-masing orang memiliki alasan berbeda. Silahkan saja. Bahkan jika alasan Anda hanya sekedar iseng sekalipun. Namun juga harus diingat bahwa alasan merupakan dasar dari kekuatan niat. Alasan menjadi daya dorong seberapa kuat niat Anda untuk benar-benar menulis cerita fiksi.

Kedua, terkait dengan unsur pembangun cerita fiksi. Cerita fiksi dibangun dari dua unsur inti yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri dari tema, alur, tokoh, latar, konflik, sudut pandang serta dialog.

Tema, merupakan pijakan yang harus dipedomani seorang penulis. Tema merupakan ide utama dari sebuah cerita. Alur, merupakan gambaran keseluruhan dari cerita yang akan Anda tulis. Alur bisa maju, mundur, atau maju mundur (campuran). Tokoh, adalah para pelaku atau subyek dalam cerita. Tokoh dengan ragam karakternya sangat menentukan cerita Anda menjadi hidup atau tak bergerak sama sekali. Latar, berkaitan erat dengan waktu, tempat, dan suasana yang tersurat maupun tersirat dalam sebuah ceirta. Dari latar, pembaca jadi tahu dan bisa juga ikut terhanyut dalam cerita Anda. Konflik, merupakan alat untuk mengaduk-aduk emosi pembaca. Namun Anda tetap harus ingat, posisikan diri Anda sebagai penulis bukan sebagai tokoh cerita. Sebab jika Anda ikut hanyut dalam cerita yang Anda tulis, bisa-bisa cerita fiksi Anda menjadi tidak asyik lagi. Sudut pandang (point of view), adalah cara pandang Anda sebagai penulis dalam menampilkan para tokoh cerita.

Ketiga, terkait dengan ragam cerita fiksi. Cerita fiksi adalah cerita yang didominasi oleh daya imajinasi pengarang. Cerita fiksi dapat berupa novel, novelet,  cerpen, fiksi mini, flash fiction, dan pentigraf.

Intinya, Anda harus konsisten menulis sesuai genre yang Anda sukai dan Anda kuasai. Mulailah menulis dan bangunlah komitmen untuk menyelesaikan tulisan Anda.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...