PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Ayo Menulis Pantun

13/02/2023

Ayo Menulis Pantun

AYO MENULIS PANTUN

Oleh: Nanang M. Safa

 


Tema                          : Kaidah Pantun

Judul                          : Ayo Menulis Pantun

Pertemuan ke           : 13
Gelombang ke          : 28

Nara Sumber             : Miftahul Hadi, S.Pd

Moderator                  : Dail Ma’ruf, M.Pd

 

Mendengar kata pantun sebenarnya sudah cukup akrab di telinga banyak orang, termasuk saya juga Anda. Namun ketika diminta menulis (lebih tepatnya membuat) pantun, saya sendiripun masih kesulitan. Ya, sepertinya pantun itu karya tulis yang paling sederhana, namun ternyata cara pembuatannya tak sesederhana yang Anda bayangkan.

Kali ini saya ingin mengajak Anda belajar bersama seorang pakar pantun. Beliau adalah Miftahul Hadi yang menjadi nara sumber Kelas Belajar Menulis Nusantara Gelombang ke-28 pertemuan ke-13.

Pantun berasal dari kebudayaan Melayu di pulau Sumatera, tepatnya di kepulauan Riau. Pantun juga identik dengan orang Betawi. Namun demikian sebenarnya setiap daerah memiliki seni berpantun. Di Tapanuli misalnya, pantun dikenal dengan istilah ende-ende. Di Jawa disebut dengan parikan. Silahkan Anda lanjutkan sendiri pencarian istilah pantun pada masing-masing daerah, dan saya pastikan Anda akan menemukan banyak istilah untuk penyebutan pantun.

Melalui perjuangan panjang akhirnya pada tahun 2020 lalu, pantun telah diakui oleh UNESCO sebagai Representative List of the Intangible Cultural Heritage (ICH) of Humanity atau Warisan Budaya Takbenda  pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Perancis (https://kampus.republika.co.id/posts/172043/pantun-diakui-sebagai-warisan-budaya-takbenda-unesco).

Dari berbagai ragam pantun dari berbagai daerah di Indonesia tersebut, akhirnya muncul definisi tentang pantun. Menurut Renward Branstetter, pantun  berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun (https://sipantun.id/pantun-pengertian-ciri-ciri-jenis-dan-contohnya/). Dalam sumber lain disebutkan bahwa kata pantun berasal dari bahasa Minangkabaupatuntun yang berarti penuntun (https://www.sampoernaacademy.sch.id/id/pengertian-pantun/).

Sedangkan definisi pantun menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu bentuk puisi Indonesia “melayu” yang setiap baitnya terdiri dari empat baris yang bersajak “a-b-a-b”. Pada baris pertama dan baris kedua merupakan suatu tumpuan “sampiran” saja sedangkan pada baris ketiga dan keempat ialah isi (https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pantun/).

Pada zaman dahulu, pantun sering digunakan untuk berbagai keperluan. Selain sebagai alat komunikasi sehari-hari, pantun juga digunakan sebagai muqaddimah atau pembuka pidato, untuk perkenalan, dijadikan lirik lagu, juga sering digunakan para da’i ketika menyampaikan dakwahnya. Pantun juga berfungsi untuk melatih daya fikir tentang makna kata sebelum diucapkan.

Sebagai karya sastra, pantun terdiri dari 4 larik dan berirama ab-ab. Tiap larik terdiri dari 8 hingga 12 suku kata. Lirik ke-1 dan ke-2 dinamakan sampiran. Sampiran ini kerap kali dikaitkan dengan alam (mencirikan budaya agraris penduduk Indonesia), dan kebanyakan tak punya hubungan dengan bagian ke-2 yang menyampaikan maksud selain sebagai mengantarkan rima/sajak (https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3073-2962/Pantun_29122_p2k-unkris.html). Lirik ke-3 dan ke-4 adalah isi pantun yang merupakan pesan dari si pembuat pantun.

Namun sebenarnya tidak ada larangan untuk membuat pantun dengan persajakan a-a-a-a. Pantun model ini disebut syair.

Contoh:

Inilah kisah bermula kawan

Tentang negeri elok rupawan

Menjadi rebutan haparan jajahan

Hidup mati pahlawan memperjuangkan

Bahkan ada juga pantun yang hanya terdiri dari 2 baris. Pantun jenis ini disebut pantun kilat atau karmina.

Contoh:

Sudah gaharu cendana pula.

Sudah tahu bertanya pula.

Ada juga yang hanya terdiri dari 2 baris dengan persajakan a-a. Pantun jenis ini disebut gurindam.

Contoh:

Jika rajin salat sedekah,

Allah akan tambahkan berkah.

Membuat pantun itu sebenarnya cukup mudah asalkan tahu caranya.

Trik  pertama, Anda harus menguasai perbendaharaan kata. Jika Anda sudah kaya kata maka Anda akan mudah memilih kata yang memiliki bunyi akhir yang sama sebagai syarat utama sebuah pantun. Misalnya, kata “akar” bersinergi dengan kata “ajar”, “wajar”, “sabar”, dan yang lainnya. Anda bisa mencari kata yang memiliki bunyi akhir sama minimal dua huruf akhir.

Trik kedua, Anda harus memahami ciri-ciri pantun seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Trik ketiga, susunlah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu, setelah itu barulah Anda susun baris pertama dan kedua.

Terkait persajakan dan rima dalam pantun, ada beberapa persajakan yang juga mencerminkan tingkatan pantun.

Tingkatan pertama merupakan pantun yang paling mudah yakni pantun yang  hanya terpaku pada rima akhir saja. Jadi hanya akhir baris saja yang sama bunyinya.

Contoh:

Pohon nangka dililit benalu,

Benalu runtuhkan batu bata,

Mari kita waspada selalu,

Virus corona di sekitar kita

Bena Lu

Ba Ta

Sela Lu

Ki Ta

Tingkatan kedua, rima tengah dan akhir. Ini tingkatan yang mudah, jika dilatih terus menerus.

Contoh:

Susun sejajar bungalah bakung,

Terbang menepi si burung elang,

Merdeka belajar marilah dukung,

Wujudkan mimpi Indonesia cemerlang.

Coba Anda cermati kata kedua dan kata terakhir.

Baris pertama dan ketiga

Seja Jar dan ba Kung

Bela Jar dan du Kung

Baris kedua dan keempat

Mene Pi dan e Lang

Mim Pi dan cemer lang

Tingkatan ketiga, rima awal, tengah, dan akhir. Ini adalah tingkatan yang cukup sulit. Perlu banyak berlatih.

Contoh:

Jangan dipetik si daun sirih,

Jika tidak dengan gagangnya,

Jangan diusik orang berkasih,

Jika tidak dengan sayangnya.

Baris pertama dan ke-tiga

Ja Ngan dipe tIk si daun sir Ih,

Ja Ngan diu sIk orang berkas Ih

Baris kedua dan keempat

Ji ka ti dak dengan gag angnya,

Ji ka ti dak dengan say angnya.

Tingkatan keempat, rima lengkap. Semua kata tiap baris memiliki bunyi yang sama. Ini adalah tingkatan paling tinggi. Harus terus berlatih.

Contoh:

Bagai patah tak tumbuh lagi,

Rebah sudah selasih di taman,

Bagai sudah tak suluh lagi,

Patah sudah kasih idaman.

Hal lain yang harus diingat ketika membuat pantun adalah hindari penggunaan nama orang dan nama merk dagang.

Selanjutnya, berkaitan dengan jenis-jenis pantun, silahkan Anda menjelajah internet. Anda akan menemukan banyak sekali ulasan tentang jenis-jenis pantun.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...