PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Ketika Saya Menjadi Ketua

19/09/2022

Ketika Saya Menjadi Ketua

 

KETIKA SAYA MENJADI KETUA

 

Kali ini saya ingin bercerita tentang tugas yang pernah saya emban sebagai ketua. Jika cerita saya ini menurut Anda tidak ada gunanya, boleh saja Anda menganggapnya sebagai angin lalu. Toch sejak awal saya memang sedang ingin mengajak Anda bersantai, berbagi cerita tentang hal-hal yang berbau remeh-temeh.

Beberapa kali saya mendapatkan tugas tambahan sebagai ketua dalam berbagai kepanitian di sekolah tempat saya mengajar. Beberapa di antaranya adalah Ketua Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), Ketua Pondok Ramadhan, Ketua Panitia Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), dan Ketua Panitia Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN). Selevel dengan itu saat ini saya juga masih dipercaya memegang amanah sebagai Pemimpin Redaksi Majalah Sekolah (Sketsa) dan Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Al Qur’an Hadits di tingkat kabupaten. Maaf, saya tidak bermaksud membanggakan diri, apalagi pamer kesibukan. Toch jabatan sebagai ketua atau pemimpin yang saya emban tersebut semuanya hanyalah jabatan remeh-temeh yang tidak patut dibanggakan dan tidak ada apa-apanya. Saya hanya ingin berbagi pengalaman tentang suka dukanya memegang jabatan sebagai ketua atau pemimpin pada lingkup kecil-kecilan.

Memegang amanah sebagai pemimpin pada lingkup sekecil apapun tentu membutuhkan pengetahuan dan kecakapan tersendiri. Seorang pemimpin selain harus mampu mengelola ego dan emosinya, juga harus cakap mengelola beragam karakter manusia yang ada pada lingkup kepemimpinannya. Apalagi pada lembaga pendidikan yang di dalamnya dihuni oleh para guru yang tentu memiliki pengetahuan dan pengalaman mumpumi di bidangnya masing-masing. Maka ketika Anda mendapatkan amanah sebagai pemimpin atau ketua tentu tidak bisa sembarangan.

Selain dibutuhkan kecerdasan, Anda juga harus memiliki sikap bijaksana. Kecerdasan diperlukan dalam rangka menganalisis permasalahan, sementara kebijaksanaan dibutuhkan dalam rangka membuat keputusan yang bisa diterima semua pihak. Keputusan seorang pemimpin yang cerdas namun tidak bijaksana seringkali menyakiti banyak orang dan akhirnya bisa menimbulkan konflik internal. Jika sudah demikian tentu akan berakibat pada gagalnya program atau kegiatan yang direncanakan. Sebaliknya keputusan yang dihasilkan seorang pemimpin yang hanya mengandalkan kebijaksanaan seringkali juga tidak bisa menyelesaikan permasalahan secara tuntas, justru malah memunculkan masalah baru. Maka perpaduan antara kecerdasan dan kebijaksanaan adalah kunci sebuah kesuksesan dalam kepemimpinan.

Ketika Anda diserahi tugas sebagai pemimpin atau ketua panitia di sekolah, Anda seperti berada di sebuah persimpangan. Anda tidak memiliki kebebasan mengambil keputusan. Di satu sisi Anda harus berada pada garis konsultasi di sisi lain Anda berada pada garis koordinasi. Maksud pernyataan saya ini adalah ketika Anda memiliki gagasan untuk melakukan sesuatu, tentu Anda harus berkompromi dengan orang-orang yang ada dalam komunitas Anda sekaligus Anda tidak boleh abai terhadap arahan dari atasan Anda yakni Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab utama. Ibaratnya kepala Anda dilepas namun ekor Anda dipegang erat.

Pengalaman yang saya peroleh dari sekian kali memegang jabatan sebagai pemimpin/ketua adalah beberapa hal yang bersifat instruksi (dari atasan) harus bertabrakan dengan aspirasi (dari bawahan). Jika menghadapi hal yang demikian maka sebagai pemimpin/ketua tentu saya harus mampu bersikap cerdas sekaligus bijaksana. Tiga kata kunci yang saya pegang selama ini adalah: komunikasi, koordinasi, dan komitmen.

Kata kunci pertama adalah komunikasi. Komunikasi saya lakukan secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi ini saya lakukan secara intensif baik dengan atasan saya maupun dengan bawahan saya dalam kepanitiaan. Komunikasi langsung saya lakukan secara pribadi face to face di luar formalitas kepanitiaan. Sedangkan komunikasi tidak langsung saya lakukan melalui penjaringan informasi dari orang-orang yang tidak terlibat langsung dalam permasalahan namun memahami atau minimal tahu tentang permasalahan yang sedang mengemuka. Ada kata bijak yang menyebutkan, “Ketika Anda ingin tahu tentang seseorang maka ajaklah bicara temannya, jangan langsung bicara pada orang yang bersangkutan”. Hasil dari komunikasi ini menjadi bahan masukan berharga bagi saya untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Kata kunci kedua adalah koordinasi. Dalam sebuah kepanitiaan koordinasi sangat penting. Kordinasi diperlukan sebagai langkah antisipasi terjadinya konflik, ketidakharmonisan, kekacauan serta penumpukan tugas pada seksi tertentu dalam sebuah kepanitiaan. Koordinasi juga berfungsi untuk mengintegrasikan segala kegiatan dalam sebuah kepanitiaan agar tidak melenceng dari tujuan. Koordinasi saya lakukan melalui forum rapat kepanitiaan.

Kata kunci ketiga adalah komitmen. Tugas sebagai pemimpin/ketua bukanlah tugas ringan. Pemimpin/ketua adalah orang yang dijadikan simbol gagal atau suksesnya sebuah program atau kegiatan. Dalam prosesnya tentulah muncul beragam permasalahan. Tak jarang pula permasalahan tersebut menjurus kepada konflik pribadi dan golongan. Hal ini wajar.

Semakin banyak orang terlibat dalam sebuah kegiatan tentu semakin banyak pula ragam kepentingan yang ikut berperan. Dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi/kepanitiaan tentu bukanlah orang-orang sembarangan. Masing-masing memiliki kapasitas sesuai bidang yang ditanganinya. Seringkali di forum rapat muncul beragam pendapat dan argumen yang pada tataran awam semuanya baik dan masuk akal. Tak jarang pula terjadi debat kusir berkepanjangan, tak jelas ujung pangkalnya. Namun sejak awal sebagai pemimpin/ketua, saya sudah membangun komitmen tentang kebersamaan. Boleh saja adu argumentasi namun pada akhirnya keputusan bersama adalah harga mati. Dengan komitmen ini akhirnya semuanya bisa menerima dan berkerja secara profesional sesuai tugasnya masing-masing. Dan kebersamaan inilah yang akhirnya berbuah manis.

Terhangat, ketiga kata kunci ini saya praktikan pada Panitia PHBN HUT RI ke-77 di mana saya kembali dipercaya menjadi ketuanya. Dan alhamdulillah, berkat kebersamaan dan ridlo Allah SWT tahun ini sekolah kami (MTsN 4 Trenggalek) berhasil mengukir prestasi sebagai Juara Umum pada Ajang Lomba dalam rangka peringatan HUT RI ke-77.

Anda memiliki kata kunci yang lain? Mengapa tidak Anda bagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...