PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: berbagi inspirasi
Tampilkan postingan dengan label berbagi inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label berbagi inspirasi. Tampilkan semua postingan

05/06/2023

Reuni Media Katarsis Diri

 

REUNI MEDIA KATARSIS DIRI

Oleh: Nanang M. Safa

 

Pada momen Idulfitri lazimnya ada dua kegiatan yang rutin diadakan oleh mayoritas warga masyarakat Indonesia, yakni halalbihalal dan reuni. Tentang kegiatan halalbihalal silahkan Anda baca di https://thr.kompasiana.com/nanangmusafa8181/64435df94addee2f8744f2c2/halalbihalal-yuk. Dalam tulisan ini, saya ingin mengajak Anda fokus pada pembahasan tentang reuni.

Dalam https://kbbi.web.id/reuni kata reuni diartikan pertemuan kembali (bekas teman sekolah, kawan seperjuangan, dan sebagainya) setelah berpisah cukup lama. Reuni identik dengan pertemuan untuk mengenang kembali masa-masa ketika masih bersama dulu. Reuni bukan hanya disukai oleh anak-anak remaja namun juga oleh generasi 50 tahun ke atas. Jangan salah, reuni ternyata bisa dijadikan media untuk katarsis diri.

Anda pasti merasa lelah dengan rutinitas Anda sehari-hari yang menyita seluruh waktu dan energi Anda. Anda juga tentu merasa jengah dan bosan dengan beragam tugas dan kesibukan Anda. Nah, tibalah waktunya bagi Anda untuk bersantai, bercengkerama dengan kerabat atau kawan-kawan Anda ketika di SMP, SMA atau teman-teman kuliah Anda dulu. Jangan abaikan undangan reuni dari teman-teman lama Anda. Di sana nanti Anda akan mendapatkan kembali potongan-potongan puzzle kehidupan anda yang Anda sadari maupun tidak Anda sadari ikut mengantar kesuksesan Anda sekarang. Di sana nanti akan Anda dapatkan cerita lucu dan seru tentang masa lalu.

Namun Anda harus ngerti juga rambu-rambunya agar acara reuni tidak justru menjadi momen negatif di kehidupan Anda berikutnya. Berikut ini hal-hal yang seringkali menjadi ganjalan pada acara reunian:

Pertama, pertanyaan sepele semisal "Kapan menikah?" atau "Kapan punya anak?" adalah jenis-jenis pertanyaan yang bisa melukai perasaan kawan-kawan Anda yang kebetulan belum beruntung mendapatkan jodoh atau diberi anak. Maka sebaiknya pertanyaan-pertanyaan sejenis itu tidak usah diangkat ke permukaan.

Kedua, sebaiknya Anda tidak terlalu jauh membicarakan masalah pekerjaan. Anda juga pasti tahu bahwa masalah pekerjaan adalah masalah yang cukup sensitif untuk dibicarakan di depan umum, apalagi bagi laki-laki. Masih banyak topik lain yang bisa dijadikan bahan obrolan yang asyik.

Ketiga, penampilan juga bisa menjadi hal yang membuat teman-teman Anda yang hadir di acara reuni merasa tidak nyaman. Reuni adalah ajang untuk saling mengakrabkan kembali jalinan pertemanan yang pernah terjalin sekian tahun lalu. Maka sebaiknya penampilan Anda pun tidak usah terlalu berlebihan biarpun misalnya Anda sekarang sedang berada pada puncak karier Anda. Biasa sajalah agar teman-teman Anda tetap merasa nyaman bercengkerama dengan Anda.

Keempat, jika Anda kebetulan seorang potitisi, sebaiknya Anda hindari untuk menjadikan acara reuni sebagai ajang penggalangan dukungan politik. Tidak usah terburu-buru. Tidak usah menggunakan kesempatan dalam kebersamaan. Buatlah teman-teman Anda nyaman bersama Anda maka yakinlah pada saatnya simpati mereka akan Anda dapatkan juga.

Kelima, reuni bukan untuk menggunggah kembali kisah romantisme masa lalu. Anda yang sekarang bukanlah Anda yang dulu. Barangkali saja pernah ada cerita romantis di antara Anda dan teman masa lalu Anda. Namun bukan berarti perasaan yang mengiringi masih sama juga. Cukuplah itu menjadi catatan dalam buku usang. Jangan memancing ikan di air keruh. Anda sekarang sudah memiliki pendamping, begitupun dengan teman Anda yang (barangkali saja) pernah membuat Anda jatuh cinta. Cerita masa lalu Anda tak perlu membuat Anda terjangkit CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali). Kendalikan perasaan Anda. Jangan sampai pasangan Anda membaca gelagat tidak normal pada sikap Anda hingga harus uring-uringan setelah reuni usai. Jika ini yang terjadi, reuni tidak lagi menjadi katarsis tapi akan menjadi krisis.

Nah, tunggu apa lagi? Reunian yuk!

 

Memanjakan Mata di JLS

 

MEMANJAKAN MATA DI JLS

Oleh: Nanang M. Safa


Jalur Lintas Selatan (JLS) sedang menjadi buah bibir. Jalan nasional yang menghubungkan beberapa kabupaten di wilayah selatan Jawa tersebut adalah mega proyek yang sudah dimulai sejak kepemimpinan presiden Megawati (sekitar tahun 2000) lalu dan baru selesai di era presiden Joko Widodo. JLS dibangun untuk meningkatkan keterhubungan wilayah Jawa bagian selatan serta untuk mengurangi kesenjangan kawasan utara dan kawasan selatan. JLS membentang dari provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), hingga Jawa Timur sepanjang kurang lebih 1.546,78 kilometer.

Saya sendiri baru sempat melewati JLS pada hari Jum’at (28/04/2023) lalu. Sudah beberapa waktu keinginan saya untuk melewati JLS sempat tertunda karena sempitnya waktu yang saya miliki. Rasa penasaran saya semakin memuncak ketika mendengar khabar bahwa JLS dibuka sementara di momen Idulfitri ini hingga tanggal 30 April 2023 sebagai uji coba sambil menunggu peresmian beberapa hari mendatang. Dan ternyata hari ini ada surat edaran yang ditandatangani oleh Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Timur – Bali, April Artoto, S.T, M.P.P.M tertanggal 27 April 2023 tentang perpanjangan pembukaan JLS yang menghubungkan TrenggalekTulungagung hingga tanggal 2 Mei 2023.

Gayung bersambut. Kebetulan adik saya yang sudah pernah melewati JLS mengajak saya sekalian bersantai di pantai Klatak. Tak banyak pertimbangan lagi, saya langsung menyetujui.

Persiapan bekal bersantai di pantai yakni tikar, beberapa jenis kue dan minum tak boleh dilupakan. Bersama adik saya dan anak-anak, akhirnya sehabis shalat Jum’at, kami berangkat. Adik saya rombongan satu mobil dengan anak-anak, sementara saya bersama anak lelaki saya mengendari motor. Saya memang sengaja memilih mengendarai motor agar bisa lebih bebas menikmati perjalanan dan bisa mengambil video di beberapa titik jalan dari berbagai titik pandang. 

Jalanan yang mulus dan cukup lebar benar-benar memanjakan para pengendara. Tak saya temui lobang satupun. Saya hanya akan menceritakan jalan yang menghubungkan antara wilayah Trenggalek dan Tulungagung. JLS ini membelah perbukitan di sepanjang wilayah selatan Trenggalek dan Tulungagung. Di sisi utara jalan, Anda akan disuguhi perbukitan yang dikepras sedemikian rupa membentuk tangga-tangga raksasa yang kokoh. Di beberapa bagian perbukitan ditanami beberapa tumbuhan pemanis sekaligus difungsikan untuk menahan resapan air. Di sisi selatan, Anda akan disuguhi deretan pantai yang berjajar di sepanjang wilayah Trenggalek hingga Tulungagung, mulai dari pantai Prigi, Pasir Putih, Simbar Ronce, Karanggongso, Mutiara, Sine, Klatak, Gemah, Midodaren, Bayeman, Popoh, Brumbun, dan Nglarap.

Saya sengaja mengendarai motor dengan pelan, hanya pada kisaran 40 km/jam saja. Di beberapa titik jalan, saya sempatkan berhenti untuk mengabadikan landscape yang elok. Pemandangan sore hari yang benar-benar memanjakan mata. Jarak tempuh kurang lebih 45 km itu rasanya hanya sesaat saja. Sampailah saya di pantai Klatak yang ada di wilayah kabupaten Tulungagung yang memang menjadi tujuan bersantai kami hari ini.

Anda penasaran? Jika Anda berlibur ke wisata pantai di wilayah Tulungagung atau Trenggalek lewat Jalur Lintas Selatan (JLS), Anda harus memperhatikan hal-hal berikut:

Pertama, pastikan kendaraan Anda sehat dan normal baik remnya, bannya, maupun hal-hal penting lainnya, termasuk BBM-nya harus dicek betul agar tidak sampai kehabisan di tengah perjalanan. Saya tidak menemukan tukang tambal ban atau pengecer BBM di sepanjang JLS yang berjarak kurang lebih 45 km tersebut. Mungkin karena memang masih dalam tahap uji coba. Jadi belum ada penjual BBM eceran.

Kedua, Anda harus ekstra hati-hati, apalagi untuk para pengendara sepeda motor. Tidak usah melaju terlalu kencang, sekalian sambil menikmati pemandangan di sepanjang JLS. Jaga agar kendaraan Anda tetap stabil. Hati-hati! Di sisi-sisi jalan banyak para pengendara yang berhenti, berfoto dan bersantai. Ini jelas ikut mengganggu para pengguna JLS. Banyaknya tanjakan dan tikungan juga harus diwaspadai, termasuk ceceran pasir atau sisa material kecil yang bisa saja membuat pengendara terpeleset.

Ketiga, jika Anda ingin berhenti, sebaiknya mencari tempat yang lapang. Ada beberapa titik pemberhentian yang memang disediakan untuk beristirahat dan menikmati pemandangan dari atas bukit. Bukan berhenti di sembarang tempat apalagi di dekat tikungan karena sangat membahayakan para pengguna JLS.

Keempat, hindari untuk membuang sampah sembarangan apalagi di tengah jalan. Ini sungguh perbuatan yang tidak bisa ditoleransi. Saya tulis hal ini karena “kebetulan” ada penumpang mobil pribadi yang mendahului saya seenaknya membuang sampah beberapa jarak di depan saya. Saya yakin Anda juga sependapat dengan saya dalam hal ini. Apa sich susahnya menyimpan sampah di kantong plastik untuk sementara lalu membuangnya di tempat sampah yang saya yakin tidak terlalu sulit ditemukan? Marilah belajar menjadi orang bijak.

Kelima, ketika Anda sampai di wilayah Watulimo – Trenggalek, jangan lupa Anda membeli oleh-oleh untuk kerabat di rumah. Ada beragam ikan asap berbagai ukuran dengan harga ekonomis. Atau jika sedang musim buah, Anda bisa memuaskan kegemaran Anda menikmati buah durian yang aduhai rasanya. Untuk yang satu ini, Anda harus pandai-pandai memilih karena bisa saja ada orang luar Watulimo yang menjajakan durian dari luar Watulimo lalu diklaim sebagai buah durian produk petani lokal Watulimo yang bisa saja kualitasnya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Selain durian tentu saja Anda juga bisa membeli oleh-oleh hasil hutan yang lain seperti pisang, petai, jengkol, manggis, atau salak. Beragam kuliner olahan hasil laut juga tersedia dan siap memuaskan selera Anda.

-Advertisement-
Tunggu apa lagi? Yuk berwisata pantai lewat JLS!

Berpisah Tak Usah Sedih

 

BERPISAH TAK USAH SEDIH

Oleh: Nanang M. Safa

 

Kata pelepasan sebenarnya sinonim dengan kata perpisahan. Namun setelah dicermati lebih dalam, makna tersirat dari kedua kata tersebut justru mengandung makna antonim. Kata perpisahan lebih berkonotasi kesedihan dan kedukaan karena setelah perpisahan itu akan ada jarak yang memisahkan, baik secara fisik material maupun secara batiniah. Ketika kata pisah itu diucapkan maka sudah pasti akan memunculkan rasa kehilangan.

Sedangkan kata pelepasan, menyiratkan sebuah harapan akan adanya ruang lapang baru yang bisa membuat seseorang bisa memulai cerita baru, menebar harapan baru, atau juga melanjutkan langkah meraih cita-cita pada tahap yang lebih nyata dan semakin mendekati wujud dari mimpi-mimpi yang telah terbangun pada tahap sebelumnya. Namun pada dasarnya kedua kata ini pada akhirnya sama saja yakni tak lagi bersama.

Semua orang pasti memiliki angan dan impian untuk bisa hidup lebih baik dari hari ke hari. Kalimat bijak menegaskan, "Orang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan besok lebih baik dari hari ini".

Pelepasan bagi segenap siswa-siswi kelas 9 (SMP/MTs) dan kelas 12 (SMU/SMK/MA), tentu akan bermakna positif selaras dengan kalimat bijak tersebut jika saja siswa bisa memaknainya dengan positif pula. Perjalanan yang telah dilalui sudah cukup jauh, namun perjalanan yang akan ditempuh selanjutnya masih teramat jauh untuk bisa membuka pintu sukses di masa depan.

Memang, sekolah formal bukan satu-satunya majelis ilmu. Namun siapapun pasti mafhum bahwa sekolah atau madrasah menjadi satu-satunya lembaga ilmu yang paling nyata dan terkelola dengan baik. Dari membaca bisa didapat ilmu, dari mendengar bisa didapat ilmu, dari merasa bisa didapat ilmu, bahkan dari "diam" pun bisa didapat ilmu. Ada orang sukses yang tidak berangkat dari lembaga pendidikan formal yang tinggi. Namun kelompok mereka ini dapat dihitung dengan jari. Dan yang pasti hanya orang-orang ulet dan tak kenal menyerahlah yang bisa masuk kelompok ini. Sedangkan jumlah mereka yang sukses lantaran pendidikan formal yang memadai persentasenya jauh lebih banyak dan merata di berbagai sektor kehidupan dan profesi: politik, ekonomi, sosial, budaya, kesenian, pendidikan, kesehatan, dan teknologi informasi komunikasi.

Kunci dari kesuksesan adalah ILMU. Tidak ada yang lain. Maklumat ini jauh hari sudah disampaikan baginda Rasulullah Muhammad SAW, "Jika Anda ingin meraih sukses di dunia, maka raihlah dengan ilmu. Jika Anda ingin meraih sukses di akherat, raihlah dengan ilmu. Dan jika Anda ingin meraih sukses kedua-duanya (dunia dan akherat) maka raihlah dengan ilmu". 

Allah SWT  juga telah berjanji dengan sangat tegas dalam Al Qur'an surat al Mujadalah ayat 11: "Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu beberapa derajat".

Allah tidak pernah mendikotomikan tentang ilmu agama dan ilmu umum. Artinya bahwa semua ilmu itu sumber asalnya hanya satu yaitu Allah SWT semata. Maka tingkat kesuksesan itupun tidak pernah diukur dari seberapa besar ilmu agamanya, atau sebaliknya seberapa banyak ilmu umumnya. Semua sudah punya tempat sendiri-sendiri sesuai fitrah keberadaannya, itulah yang disebut profesional. Profesional mensyaratkan pada penguasaan kompetensi atau keahlian tertentu, dan itu hanya bisa dikuasai oleh orang-orang yang berilmu.

Maka bukan saatnya lagi acara pelepasan dijadikan ajang bertangisan dan tukar kedukaan. Justru momentum ini mestinya dapat dijadikan ajang untuk saling memotivasi dan saling mendo'akan kesuksesan. Dan selanjutnya momentum pelepasan ini bisa dijadikan start ajang pembuktian terhadap canda tawa dan celoteh Anda ketika masih berbagde almamater sekolah atau madrasah tercinta. Baca di buku album yang tengah Anda genggam, bukankah di antara Anda ada yang ingin menjadi dokter, insinyur, pilot, teknisi handal, anstronot, presiden, birokrat, penulis tenar, rektor, guru, petani sukses, nelayan ulung, dan seterusnya. Jadi segera MULAI DARI SEKARANG untuk berlari menggapai cita-cita itu.

 

 

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Berpisah Tak Usah Sedih", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/nanangmusafa8181/63e663013f1dc54a4a48f122/berpisah-tak-usah-sedih

28/04/2023

Menjembatani Jalinan Kekeluargaan Trah Sonoredjo

MENJEMBATANI JALINAN KEKELUARGAAN

TRAH SONOREDJO

Oleh: Nanang M. Safa'

 



Dalam sepekan terakhir ini, saya yakin Anda banyak sekali menemukan kata “trah”, baik yang diucapkan oleh orang-orang di sekitar Anda maupun melalui media sosial. Ya, memang kata tersebut seringkali disebut pada hari lebaran (Idulfitri) seperti sekarang ini walaupun sebenarnya tidak selalu identik dengan Idulfitri.

Dalam Wikipedia Indonesia, kata “trah” diartikan sekelompok individu yang saling memiliki hubungan kekerabatan atau silsilah (https://id.wikipedia.org/wiki/Trah).  Trah dibentuk dengan tujuan agar anak keturunan dari seseorang tetap saling tersambung dan tidak saling melupakan sehingga tidak sampai “kepaten obor” (kehilangan suluh).

Dokumen trah harus diupdate secara berkala agar silsilah trah tidak terputus di tengah jalan. Sebagaimana disebutkan dalam https://www.babad.id/budaya/pr-3642775618/trah-keturunan-18-istilah-silsilah-atau-garis-keturunan-dalam-budaya-jawa, secara berurutan anak keturunan dalam masyarakat Jawa dapat dijelaskan sebagai berikut:

Keturunan ke-1: Anak.

Keturunan ke-2: Putu (cucu).

Keturunan ke-3: Buyut (cicit).

Keturunan ke-4: Canggah.

Keturunan ke-5: Wareng.

Keturunan ke-6: Udeg-udeg.

Keturunan ke-7: Gantung Siwur.

Keturunan ke-8: Gropak Senthe.

Keturunan ke-9: Debog Bosok.

Keturunan ke-10: Galih Asem.

Keturunan ke-11: Gropak Waton.

Keturunan ke-12: Cendheng.

Keturunan ke-13: Giyeng.

Keturunan ke-14: Cumpleng.

Keturunan ke-15: Ampleng.

Keturunan ke-16: Menyaman.

Keturunan ke-17: Menyo-Menyo.

 

Trah Sonoredjo

Trah Sonoredjo sebagaimana namanya merupakan keturunan dari eyang kakung (kakek) Sonoredjo dengan istri eyang putri (nenek) Soni. Dalam dokumen resmi Pengurus Forum Silaturahmi Trah Sonoredjo (Forsitro) disebutkan bahwa trah asli (nasab) Sonoredjo hingga tahun 2024 ini telah mencapai 161 orang.

Terbentuknya Forsitro sendiri bermula dari munculnya keprihatinan semakin renggangnya hubungan kekerabatan di antara keturunan eyang Sonoredjo - Soni. Hal ini bisa dimaklumi sebagai akibat dari semakin berkembangnya trah Sonoredjo. Akibat lanjutannya adalah anak cucu trah Sonoredjo banyak yang tidak saling kenal. Jika hal ini terus dibiarkan bisa dipastikan sekian tahun yang akan datang garis keturunan trah Sonoredjo akan sulit dilacak dan sulit dipersatukan kembali.

Melalui obrolan 3 orang cucu eyang Sonoredjo yakni Nurhasyim, Nanang Musafa’, dan Misbah Munawar akhirnya muncul inisiatif untuk membentuk sebuah paguyuban keluarga Trah Sonoredjo. Atas usul Nanang Musafa’ disepakatilah nama FORSITRO yang merupakan singkatan dari Forum Silaturahmi Trah Sonoredjo. Setelah mendapatkan restu dari para kakek buyut trah Sonoredjo (Eyang Mugi, Eyang Mugiran, Eyang Muhdi, Eyang Muhtar, Eyang Musofa, Eyang Mukiyah, Eyang Wagiran, dan Eyang Wakidi) akhirnya pada tanggal 8 Januari 2005 Forsitro resmi dibentuk.

Kepengurusan Forsitro pereode pertama adalah:

Ketua                         : Samuri

Sekretaris                  : Nanang Musafa’

Bendahara                : Misbah Munawar (alm) dan akhirnya

  digantikan oleh Ahmad Solekan

Humas                      : Nurhasyim

Forsitro sejak awal dikonsep dikhususkan sebagai sebuah paguyuban keluarga dengan satu tujuan untuk menjalin silaturahmi dengan seluruh keluarga besar trah Sonoredjo. Hal ini juga tercermin pada stempel Forsitro yakni gambar dua tangan bersalaman (berjabat tangan) dengan rekat sebagai simbol jalinan silaturahmi dan kekeluargaan.

Kegiatan Forsitro sendiri juga terfokus pada acara halalbihalal dan reuni keluarga besar trah Sonoredjo pada setiap Idulfitri. Hingga tahun 2024 ini, sudah terselenggara acara halalbihalal dan reuni keluarga sebanyak 17 kali dengan rincian sebagai berikut:

1.         Idulfitri 1426 H/2005 M          : di rumah Eyang Mugi/Maidi.

2.        Idulfitri 1427 H/2006 M          : di rumah Eyang Wagiran/Satimah.

3.        Idulfitri 1428 H/2007 M         : di rumah Eyang Mugiran/Mutinah.

4.        Idulfitri 1429 H/2008 M         : di rumah Eyang Wakidi/Supiyah.

5.        Idulfitri 1430 H/2009 M         : di rumah Eyang Muhdi/Rohmah.

6.        Idulfitri 1431 H/2010 M          : di rumah Eyang Muhtar/Kaminem.

7.        Idulfitri 1432 H/2011 M           : di rumah Eyang Musofa/Juwariyah.

8.       Idulfitri 1433 H/2012 M          : di rumah Eyang Mukiyah/Jasmo.

9.        Idulfitri 1434 H/2013 M          : di rumah Bapak Samuri/Suyatmi.

10.    Idulfitri 1435 H/2014 M          : di rumah Bapak Misdi/Musini.

11.     Idulfitri 1436 H/2015 M          : di rumah Ibu Siti Hasanah/Muslim.

12.    Idulfitri 1437 H/2016 M          : di rumah Ibu Muayamah/Sunarto.

13.    Idulfitri 1438 H/2017 M          : di rumah Bapak Mukijan/Maryatun.

14.    Idulfitri 1439 H/2018 M          : di rumah Bapak Nurhasyim/Sri

  Kadarwati.

15.    Idulfitri 1440 H/2019 M          : di rumah Ibu Umiatun/Subani.

Idulfitri 1441 H/2020 M          : CORONA.

Idulfitri 1442 H/2021 M          : CORONA.

Idulfitri 1443 H/2022 M          : CORONA.

16.    Idulfitri 1444 H/2023 M          : di rumah Ibu Rufi’ah/Suyatni.

17.   Idulfitri 1445 H/2024 M          : di rumah Ibu Nasropin/Kanidi.

Kegiatan halalbihalal dan reuni keluarga trah Sonoredjo diisi dengan do’a bersama untuk para leluhur, pembacaan silsilah trah Sonoredjo, pengundian lot giliran sahibul bait (yang ditempati) pada tahun berikutnya, mauidzah hasanah (ceramah agama), musafahah (berjabat tangan), serta ramah-tamah.

Dari tahun ke tahun penyelenggaraan halalbihalal dan reuni keluarga trah Sonoredjo bisa dihadiri oleh hampir seluruh keluarga besar trah Sonoredjo. Dengan demikian manfaat penyelenggaraan acara benar-benar bisa dirasakan sehingga diharapkan dibentuknya FORSITRO benar-benar bisa menjembatani jalinan kekeluargaan keluarga besar trah Sonoredjo – Soni.