JAMBU JAMAIKA
Jambu jamaika. Jauh amat sich?
Ketika saya cek di Wikipedia Indonesia, jambu jamaika memiliki nama cukup banyak. diantaranya yang cukup popular adalah jambu bol, jambu bolu atau jamu dersana. Dulu saya kira jambu jamaika sesuai namanya berasal dari Jamaika, namun ternyata tidak juga. Jambu jenis ini banyak ditemui di semenanjung Malaka sehingga di luar negeri disebut Malay apple (https://id.wikipedia.org/wiki/Jambu_bol).
Di pekarangan sekitar rumah saya ada pohon jambu bernama latin Syzygium Malaccense (https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/manfaat-jambu-jamaika/) ini. Buah jambu jamaika berbentuk bulat atau lonjong mirip jambu air namun lebih besar dan berdaging lebih tebal. Jika belum tua betul rasanya sepet bercampur masam.
Menurut beberapa keterangan, ternyata jambu jamaika memiliki cukup banyak manfaat karena memiliki kandungan vitamin A dan vitamin C cukup tinggi. Selain bisa menyegarkan tubuh, jambu jamaika juga bisa menjaga kesehatan mata, menurunkan demam, menjaga kesehatan tulang (mencegah osteoporosis), meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah kerusakan sel, melancarkan buang air besar, serta menjaga tekanan darah.
Selanjutnya silahkan Anda cek sendiri di internet.
Bibit jambu jamaika tersebut saya dapat dari seorang rekan guru, 10 tahun lalu. Saya mendapatkannya juga secara kebetulan. Ketika itu saya bersama rekan-rekan guru jagong kaji ke rumah ayah Bu Siti Nafaah. Jagong kaji adalah silaturrahmi untuk ngalap berkah do’a dari orang yang baru pulang menunaikan ibadah haji di tanah suci Makkah dan Madinah.
Ketika pamit pulang, Pak Ali Husni (rekan guru juga) tiba-tiba menunjuk ke segerombolan bibit tanaman yang dijejer rapi di bawah pohon jambu yang sedang berbunga lebat. Warna bunganya merah cenderung ungu. Pak Ali Husni lalu mengajak saya untuk mendekat ke deretan bibit tanaman tersebut, dan ternyata itu adalah bibit pohon jambu yang induknya sedang berbunga tersebut yang belakangan saya ketahui namanya jambu jamaika.
Dengan nada bercanda Pak Ali Husni bilang: “Berapa nich harga perbatangnya?”
Lalu bapaknya Bu Nafaah mendekat dan mengatakan, “Jika berminat silahkan membawa, tidak usah membeli”. Akhirnya saya dan Pak Ali Husni masing-masing membawa sebatang bibit pohon jambu jamaika. Dengan ucapan “Matur nuwun” (terima kasih) kami pamit pulang.
Sejak saya tanam 10 tahun lalu hingga sekarang, jambu itu sudah berbuah beberapa kali. Namun seperti layaknya buah-buah yang lain, jambu jamaika tidak akan mampu bertahan sampai tua dan matang jika tidak dibrosong (dibungkus). Banyak gangguan baik dari hama kecil seperti ulat dan lalat buah maupun binatang pengerat seperti kelelawar dan tupai.
Iseng-iseng saya pernah bertanya ke penjual buah tentang harga jambu jamaika setiap kg-nya. Jawabannya cukup membuat saya tercengan, ternyata harganya berada pada kisaran 3o ribu hingga 40 ribu rupiah. Wow, cukup mahal juga. Lalu iseng-iseng saya juga menimbang jambu jamaika yang barusan saya petik, saya kembali tercengang, 1 kg ternyata hanya berisi 4 sampai 5 buah saja. Ternyata jambu jamaika ini buah yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Terima kasih Bu Nafa’ah atas bibit jambu jamaikanya.
Nah, apakah Anda berminat juga untuk membudidayakan jambu jamaika? Anda bisa melakukan dengan cara generatif (memperbanyak tanaman dengan biji) maupun dengan cara vegetatif (cangkok, okulasi, dan penyetekan). Cara tanamnya juga tidak terlalu sulit. Jenis tanaman ini bisa tumbuh di media tanam pot atau polybag maupun tanah langsung.
Silahkan mencoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...