REMAJA SMART ITU...
REMAJA YANG TIDAK GAMPANG TERPROVOKASI
Oleh: Nanang M. Safa'
Hidup di tengah-tengah globalisasi memang tidak mudah. Dunia ibarat sebuah rumah kaca. Kita bisa memandang ke arah mana saja tanpa ada penghalang. Sebaliknya, kita juga bisa diintai siapa saja tanpa tirai. Maka apapun yang kita lakukan, orang lain bisa merekamnya. Seringkali orang baik dilabeli jelek oleh orang-orang yang tidak menyukainya, dan sebaliknya orang jahat bisa mendapat label baik bagi orang-orang yang sehati dengannya.
Jika label yang disematkan itu ditujukan pada seseorang, mungkin tidak akan menimbulkan masalah. Namun jika label itu digunakan untuk memprovokasi orang lain, sudah pasti akan menimbulkan masalah besar. Orang yang semula netral bisa jadi ikut-ikutan memberikan label serupa dengan orang yang memprovokasinya.
Seorang provokator tentu sangat pandai memutar balikkan fakta. Seorang provokator tentu sangat lihai bermain kata-kata. Dengan disertai bumbu-bumbu penyedap tentu akan banyak orang yang terbuai oleh untaian kalimatnya. Dan pada akhirnya lantaran tidak mendapatkan informasi berimbang, orang tersebut akan ikut-ikutan mendiskreditkan orang yang sedang menjadi sasaran kebencian.
Banyak sekali peluang untuk menciptakan label negatif pada orang-orang yang menaruh kebencian pada orang lain. Hal kecilpun bisa jadi bahan gunjingan dan akhirnya menjadi bahan provokasi yang bisa memicu bencana besar. Kebencian, permusuhan, pertikaian, tawuran massal, pembakaran, dan bahkan pembunuhan. Apalagi jika telah dimasuki oleh orang-orang yang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Banyak kasus kerusuhan berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) terjadi hanya karena dipicu hal sepele. Orang lain yang semula tidak memiliki kepentingan, karena kelihaian para oportunis ini akhirnya ikut hanyut dan terjerumus pada tindakan pelanggaran hukum.
Dalam surah Al Baqarah ayat 217, Allah SWT menyatakan: “Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan” (Al Qur'an dan Terjemah Depag RI). Fitnah itu ibarat api dalam sekam, yang sewaktu-waktu bisa membesar dan bisa meluluhlantakkan apa saja yang ada di sekitarnya.
Orang yang difitnah tentu tidak bisa memberikan pembelaan diri atau sekedar klarifikasi atas materi fitnahan yang terus dihembuskan oleh para penyebar fitnah (provokator) itu. Tahu-tahu orang-orang yang semula bersimpati kepadanya, 180o berbalik arah antipati kepadanya. Dan seringkali hal ini baru dia sadari setelah rasa antipati tersebut sudah tertanam kuat dalam jiwa orang-orang yang terkena hasutan atau provokasi tentang dirinya.
Jika sedikit saja kamu mau berfikir, niscaya kamu akan mengerti bahwa fitnah itu justru akan mendatangkan penderitaan pada diri orang yang menyebarkannya. Seperti kata pepatah “Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri”. Artinya kejahatan yang dilakukan akan berakibat buruk pada diri sendiri. (https://www.kamusdata.com/arti-peribahasa-menepuk-air-di-dulang-terpercik-muka-sendiri). Akibat paling kecil, kamu akan ganti difitnah, dan akibat lanjutannya bisa saja orang yang menyebarkan fitnah itu dipidanakan.
Nah, sengsara kan.
Maka di sinilah peran ke-smart-an seorang remaja dibutuhkan. Remaja smart tentu akan bisa berfikir jernih tentang informasi yang ia terima. Apalagi jika informasi tersebut bernada provokatif.
Remaja smart tentu tidak akan menelan mentah-mentah berita yang ia dengar dan ia baca. Remaja smart tentu akan crosscheck berita tersebut atau setidaknya ia akan mencari sumber pembanding. Prinsipnya, remaja smart itu tidak akan mudah terkena hasutan atau provokasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...