SUDAH
SIAPKAH UJI NYALI
DI
BULAN RAMADHAN?
Oleh: Nanang M. Safa'
Bulan Ramadhan adalah bulan di mana segenap umat Islam memiliki kewajiban untuk menjalankan ibadah mahdzah yang merupakan salah
satu pilar agama Islam yakni puasa. Pertanyaannya, sudahkah kita siap menjalankan
puasa?
Daerah kita ini bisa dikatakan sebagai daerah yang agamis
(baca: islami). Indikasi dari kesimpulan ini bisa kita amati dan kita rasakan
setiap hari di lingkungan sekitar kita. Kumandang adzan yang senantiasa bergema
pada saat-saat menjelang subuh, zuhur, asar, magrib, dan isak. Bacaan Al Qur’an
yang senantiasa dilantunkan pada berbagai acara. Anak-anak dan remaja yang
begitu bersemangat belajar membaca Al Qur’an di TPQ dan Madrasah Diniyah.
Lantunan shalawat nabi dalam acara walimatul khitan, walimatul aqiqah,
walimatul urusy, dan sebagainya. Istighasah dan do’a bersama yang juga
seringkali digelar pada moment-moment peringatan hari-hari besar, dan sejenisnya.
Kelompok-kelompok pengajian yang bertebaran di setiap pelosok desa. Itu semua
mengindikasikan bahwa daerah kita ini adalah daerah yang islami. Alhamdulillah.
Namun kita juga tidak bisa menutup mata terhadap mulai
munculnya gejala-gejala negatif di sebagian kecil warga masyarakat, termasuk
anak-anak kita para generasi muda Islam, yakni munculnya anggapan bahwa
pelanggaran norma dan ajaran agama merupakan hal biasa. Sebab jika hal ini
terus dibiarkan dan sudah terlanjur merajalela, maka sudah pasti bisa mengancam
generasi Islam di masa-masa mendatang. Kita mesti ingat bahwa suatu kesalahan
jika terus diulang-ulang maka akan dianggap sebagai suatu yang biasa. Suatu
kemungkaran jika terus didiamkan maka lama-kelamaan akan dianggap sebagai suatu
yang biasa dan akhirnya bisa dianggap menjadi kebenaran.
Salah satu gejala negatif yang hampir selalu kita temui di
bulan Ramadhan adalah meninggalkan puasa. Parahnya lagi, tidak berpuasa di
bulan Ramadhan ini ada yang menganggap sebagai hal yang sangat biasa dan tidak
perlu ditutup-tutupi. Bahkan tak jarang mereka justru merasa bangga
memperlihatkan keberaniannya tidak puasa di tengah-tengah orang yang sedang
berpuasa. Mereka tanpa basa-basi makan-makan dan minum-minum pada siang hari
tanpa rasa malu, sementara di sekitarnya orang-orang sedang khusuk menahan rasa
lapar dan dahaga. Padahal bukankah makan dan minum di siang hari bulan Ramadhan
di saat orang lain berpuasa adalah sebuah aib bagi seorang muslim?! Naudzubillah!
Puasa adalah Ibadah Rahasia
Puasa
adalah ibadah pribadi yang bersifat rahasia, beda dengan ibadah lain yang
sengaja ataupun tidak sengaja bisa diketahui orang lain. Shalat misalnya, orang
pasti tahu bahwa seseorang sedang mengerjakan shalat lewat gerakan-gerakan
fisik yang dilakukan seseorang ketika shalat, apalagi jika shalat itu dilakukan
secara berjama’ah. Zakat, shadaqah dan qurban, juga pasti diketahui orang lain
karena memang keduanya merupakan ibadah berdimensi sosial. Haji, sudah pasti
orang lain tahu karena haji membutuhkan proses yang tidak bisa disembunyikan.
Sedangkan puasa? Orang lain tidak akan pernah tahu bahwa kita sedang berpuasa
jika kita tidak mengatakannya. Puasa itu urusan kita dengan Allah SWT. Bisa
saja kita bilang sedang berpuasa padahal kenyataannya kita tidak sedang
berpuasa, dan diam-diam kita makan dan minum ketika orang lain tidak ada. Maka
Allahpun telah memaklumatkan tentang syari’at puasa ini bahwa puasa adalah
urusan Allah dengan hamba-hambaNya secara pribadi. Jika ibadah-ibadah lain
sudah dijelaskan hitung-hitungan pahalanya sebagai motifasi bagi yang
menjalankannya, namun tidak demikian dengan puasa. Allah telah memaklumatkan
bahwa balasan bagi orang-orang yang berpuasa Ramadhan adalah Allah sendiri yang
akan memperhitungkannya. Dengan kata lain, puasa itu ibadah khusus yang menjadi
rahasia Allah.
Puasa bagi Remaja Bisa
Menjadi Ajang Uji Nyali
Puasa
juga bisa dijadikan ajang uji nyali bagi remaja. Kok bisa? Ya bisalah. Hampir
setiap orang Islam standard (baca: awam) seperti kebanyakan dari kita
ini, apalagi yang masih dalam tataran remaja, semuanya akan mengatakan bahwa
menjalankan puasa itu berat. Sehari penuh harus menahan haus dan lapar. Sehari
penuh harus menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa. Bahkan tidak
hanya sekedar itu, kita juga harus bisa menahan diri dari segala hal yang bisa
menghilangkan pahala puasa jika tidak ingin puasa kita sia-sia alias hanya memperoleh
lapar dan dahaga semata, semisal bicara kotor (mencela dan mengumpat), ghibah
(menggunjing), namimah (mengadu domba), dan sejenisnya.
Ditinjau
dari sisi karakteristik pergaulannya, remaja bisa dikategorikan menjadi dua kelompok,
yakni kelompok remaja pengecut dan kelompok remaja bernyali. Remaja pengecut
adalah remaja yang gampang sekali gamang. Remaja pengecut adalah remaja yang
mudah terpengaruh oleh hiruk-pikuknya pergaulan teman-teman sebaya dalam peer
groupnya. Remaja pengecut adalah remaja yang gampang dibingungkan oleh
situasi dan kondisi lingkungan sekitarnya. Remaja pengecut adalah remaja yang takut dikatakan cemen, banci, penakut, dan
sejenisnya oleh teman-teman dalam kelompoknya. Remaja pengecut adalah remaja
yang takut diabaikan dan disingkirkan dari komunitasnya. Sedangkan remaja
bernyali adalah remaja yang tidak takut dibilang penakut karena tidak mau
melanggar norma dan ajaran agamanya. Remaja bernyali adalah remaja yang tetap
bisa mempertahakankan prinsipnya di tengah-tengah kelompok remajanya, bukan
justru seperti buih yang hanya ngikut ke mana air mengalir. Remaja bernyali
tidak mudah gamang dan bingung dalam menghadapi situasi tertentu. Remaja
bernyali tidak gampang dihantui rasa takut dan khawatir diabaikan oleh teman-teman
sebaya dalam kelompoknya selagi dia berpegang teguh pada kebenaran. Remaja
bernyali adalah remaja yang selalu bisa memegang prinsip apalagi jika sudah
menyangkut keyakinan agamanya.
Dalam
kaitannya dengan ibadah puasa, bagi remaja yang punya nyali, tentu apapun yang
terjadi dia tidak akan mudah terpengaruh. Kukuhnya pondasi keimanan yang
tertancap kuat dalam sanubarinya telah membentuk prinsip teguh dalam dirinya,
sehingga tidak mudah tergoyahkan oleh bisikan, rayuan, godaan, bahkan paksaan
teman-teman remajanya untuk meninggalkan puasa. Nyali remaja-remaja muslim
seperti inilah yang bisa meneguhkan kokohnya bangunan Islam di masa-masa
mendatang. Dan sudah pasti pada akhirnya teman-teman remajanya justru akan
menaruh hormat padanya. Jadi, sudah siapkah uji nyali di bulan Ramadhan tahun ini?
*Dinukil dari buku: "Kado Buat Generasi Muslim Zaman Now" karya Nanang M. Safa' (2019).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...