PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Sudah Siapkah Uji Nyali di Bulan Ramadhan?

13/08/2019

Sudah Siapkah Uji Nyali di Bulan Ramadhan?


SUDAH SIAPKAH UJI NYALI
DI BULAN RAMADHAN?

Oleh: Nanang M. Safa'


Bulan Ramadhan adalah bulan di mana segenap umat Islam memiliki kewajiban untuk menjalankan ibadah mahdzah yang merupakan salah satu pilar agama Islam yakni puasa. Pertanyaannya, sudahkah kita siap menjalankan puasa?
Daerah kita ini bisa dikatakan sebagai daerah yang agamis (baca: islami). Indikasi dari kesimpulan ini bisa kita amati dan kita rasakan setiap hari di lingkungan sekitar kita. Kumandang adzan yang senantiasa bergema pada saat-saat menjelang subuh, zuhur, asar, magrib, dan isak. Bacaan Al Qur’an yang senantiasa dilantunkan pada berbagai acara. Anak-anak dan remaja yang begitu bersemangat belajar membaca Al Qur’an di TPQ dan Madrasah Diniyah. Lantunan shalawat nabi dalam acara walimatul khitan, walimatul aqiqah, walimatul urusy, dan sebagainya. Istighasah dan do’a bersama yang juga seringkali digelar pada moment-moment peringatan hari-hari besar, dan sejenisnya. Kelompok-kelompok pengajian yang bertebaran di setiap pelosok desa. Itu semua mengindikasikan bahwa daerah kita ini adalah daerah yang islami. Alhamdulillah.
Namun kita juga tidak bisa menutup mata terhadap mulai munculnya gejala-gejala negatif di sebagian kecil warga masyarakat, termasuk anak-anak kita para generasi muda Islam, yakni munculnya anggapan bahwa pelanggaran norma dan ajaran agama merupakan hal biasa. Sebab jika hal ini terus dibiarkan dan sudah terlanjur merajalela, maka sudah pasti bisa mengancam generasi Islam di masa-masa mendatang. Kita mesti ingat bahwa suatu kesalahan jika terus diulang-ulang maka akan dianggap sebagai suatu yang biasa. Suatu kemungkaran jika terus didiamkan maka lama-kelamaan akan dianggap sebagai suatu yang biasa dan akhirnya bisa dianggap menjadi kebenaran.
Salah satu gejala negatif yang hampir selalu kita temui di bulan Ramadhan adalah meninggalkan puasa. Parahnya lagi, tidak berpuasa di bulan Ramadhan ini ada yang menganggap sebagai hal yang sangat biasa dan tidak perlu ditutup-tutupi. Bahkan tak jarang mereka justru merasa bangga memperlihatkan keberaniannya tidak puasa di tengah-tengah orang yang sedang berpuasa. Mereka tanpa basa-basi makan-makan dan minum-minum pada siang hari tanpa rasa malu, sementara di sekitarnya orang-orang sedang khusuk menahan rasa lapar dan dahaga. Padahal bukankah makan dan minum di siang hari bulan Ramadhan di saat orang lain berpuasa adalah sebuah aib bagi seorang muslim?! Naudzubillah!

Puasa adalah Ibadah Rahasia
Puasa adalah ibadah pribadi yang bersifat rahasia, beda dengan ibadah lain yang sengaja ataupun tidak sengaja bisa diketahui orang lain. Shalat misalnya, orang pasti tahu bahwa seseorang sedang mengerjakan shalat lewat gerakan-gerakan fisik yang dilakukan seseorang ketika shalat, apalagi jika shalat itu dilakukan secara berjama’ah. Zakat, shadaqah dan qurban, juga pasti diketahui orang lain karena memang keduanya merupakan ibadah berdimensi sosial. Haji, sudah pasti orang lain tahu karena haji membutuhkan proses yang tidak bisa disembunyikan. Sedangkan puasa? Orang lain tidak akan pernah tahu bahwa kita sedang berpuasa jika kita tidak mengatakannya. Puasa itu urusan kita dengan Allah SWT. Bisa saja kita bilang sedang berpuasa padahal kenyataannya kita tidak sedang berpuasa, dan diam-diam kita makan dan minum ketika orang lain tidak ada. Maka Allahpun telah memaklumatkan tentang syari’at puasa ini bahwa puasa adalah urusan Allah dengan hamba-hambaNya secara pribadi. Jika ibadah-ibadah lain sudah dijelaskan hitung-hitungan pahalanya sebagai motifasi bagi yang menjalankannya, namun tidak demikian dengan puasa. Allah telah memaklumatkan bahwa balasan bagi orang-orang yang berpuasa Ramadhan adalah Allah sendiri yang akan memperhitungkannya. Dengan kata lain, puasa itu ibadah khusus yang menjadi rahasia Allah.

Puasa bagi Remaja Bisa Menjadi Ajang Uji Nyali
Puasa juga bisa dijadikan ajang uji nyali bagi remaja. Kok bisa? Ya bisalah. Hampir setiap orang Islam standard (baca: awam) seperti kebanyakan dari kita ini, apalagi yang masih dalam tataran remaja, semuanya akan mengatakan bahwa menjalankan puasa itu berat. Sehari penuh harus menahan haus dan lapar. Sehari penuh harus menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa. Bahkan tidak hanya sekedar itu, kita juga harus bisa menahan diri dari segala hal yang bisa menghilangkan pahala puasa jika tidak ingin puasa kita sia-sia alias hanya memperoleh lapar dan dahaga semata, semisal bicara kotor (mencela dan mengumpat), ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), dan sejenisnya.
Ditinjau dari sisi karakteristik pergaulannya, remaja bisa dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni kelompok remaja pengecut dan kelompok remaja bernyali. Remaja pengecut adalah remaja yang gampang sekali gamang. Remaja pengecut adalah remaja yang mudah terpengaruh oleh hiruk-pikuknya pergaulan teman-teman sebaya dalam peer groupnya. Remaja pengecut adalah remaja yang gampang dibingungkan oleh situasi dan kondisi lingkungan sekitarnya. Remaja pengecut adalah remaja yang takut  dikatakan cemen, banci, penakut, dan sejenisnya oleh teman-teman dalam kelompoknya. Remaja pengecut adalah remaja yang takut diabaikan dan disingkirkan dari komunitasnya. Sedangkan remaja bernyali adalah remaja yang tidak takut dibilang penakut karena tidak mau melanggar norma dan ajaran agamanya. Remaja bernyali adalah remaja yang tetap bisa mempertahakankan prinsipnya di tengah-tengah kelompok remajanya, bukan justru seperti buih yang hanya ngikut ke mana air mengalir. Remaja bernyali tidak mudah gamang dan bingung dalam menghadapi situasi tertentu. Remaja bernyali tidak gampang dihantui rasa takut dan khawatir diabaikan oleh teman-teman sebaya dalam kelompoknya selagi dia berpegang teguh pada kebenaran. Remaja bernyali adalah remaja yang selalu bisa memegang prinsip apalagi jika sudah menyangkut keyakinan agamanya.
Dalam kaitannya dengan ibadah puasa, bagi remaja yang punya nyali, tentu apapun yang terjadi dia tidak akan mudah terpengaruh. Kukuhnya pondasi keimanan yang tertancap kuat dalam sanubarinya telah membentuk prinsip teguh dalam dirinya, sehingga tidak mudah tergoyahkan oleh bisikan, rayuan, godaan, bahkan paksaan teman-teman remajanya untuk meninggalkan puasa. Nyali remaja-remaja muslim seperti inilah yang bisa meneguhkan kokohnya bangunan Islam di masa-masa mendatang. Dan sudah pasti pada akhirnya teman-teman remajanya justru akan menaruh hormat padanya. Jadi, sudah siapkah uji nyali di bulan Ramadhan tahun ini?

*Dinukil dari buku: "Kado Buat Generasi Muslim Zaman Now" karya Nanang M. Safa' (2019).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...