MENGGAGAS KARAKTER PAHLAWAN
Oleh: Nanang M. Safa
"Di
masa pembangunan ini
Tuan
hidup kembali
Dan
bara kagum menjadi api"
...(Chairil
Anwar : 1943)
Demikianlah
Chairil Anwar yang saat itu sedang merindukan sosok pahlawan mengenang
"Diponegoro". Ketika kita lewati persimpangan jalan sejarah yang
curam, saat itu kita merindukan kehadiran seorang pahlawan, seperti Chairil
Anwar merindukan Diponegoro. Saat ini benar kita merindukan pahlawan itu,
karena krisis demi krisis telah merobohkan satu persatu sendi bangunan negeri
kita ini. Di manakah pahlawan itu, yang kata Chairil Anwar sebagai
"pahlawan berselempang semangat yang tak bisa mati".
Negeri
kita butuh orang yang siap melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Pekerjaan untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan negara dan masyarakat. Ini adalah
tantangan yang hanya bisa dijawab oleh mereka yang memiliki naluri kepahlawanan
dan sense terhadap krisis yang melanda negeri ini. Oleh karena itulah
kita merasa kagum kepada seseorang yang telah mampu menyelesaikan masalah dan
bisa menjawab tantangan dengan tindakan nyata, lalu kita menyebutnya sebagai
seorang pahlawan. Dan karena itu pula kita selalu menyimpan dan mengenang
pahlawan dengan semangat meladeni. Sebagaimana pahlawan negeri ini yang telah
membawa kemerdekaan bagi bangsa kita. Kehadiran mereka di saat-saat yang sulit
telah menjadikan mereka kuat, memiliki keberanian dan semangat berkorban.
Pahlawan
selalu muncul di saat-saat yang sulit atau sengaja dilahirkan dalam situasi
yang sulit. Kehadirannya selalu disertai momentum. Apa yang menjadi
keprihatinan kita adalah kenyataan bahwa ketika krisis besar itu melilit setiap
sudut kehidupan negeri ini, kita justru mengalami kelangkaan pahlawan. Masih
mampukah negeri ini melahirkan pahlawan. Lantas siapakah pahlawan itu? Apakah
kita termasuk di antaranya yang patut disebut pahlawan yang mampu menjawab
tantangan dan mampu menyelesaikan pekerjaaan-pekerjaan besar?
Tantangan
dan pekerjaan-pekerjaan besar hanya dapat diselesaikan oleh seorang pemberani.
Inilah naluri yang sangat dekat dengan sosok seorang pahlawan yang kita
idamkan. Keberanian merupakan kehendak jiwa yang kuat mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan yang penuh dengan tantangan dan resiko. Karakter ini bisa
dimiliki secara fitrah oleh manusia, namun keberanian juga dapat dimiliki
manusia melalui latihan. Sebagaimana nasehat Umar bin Khattab "Ajarkan
sastra kepada anak-anakmu karena itu dapat mengubah anak yang pengecut menjadi
pemberani". Ketika kita renungkan nasehat ini, benar memang sastra membuat
perasaan kita lebih halus sehingga sensitifitas kita terhadap permasalahan yang
ada semakin besar.
Keberanian
merupakan sebuah keniscayaan yang melingkupi kepribadian pahlawan. Akan tetapi
keberanian itu harus ditopang dengan kebaikan dan kekuatan. Pemaduan ketiga
karakter inilah yang ketika mampu bertahan pada diri seseorang maka akan
melahirkan seorang pahlawan. Namun ketiga hal itupun belum cukup. Sepertinya
masyarakat belum mau mengakui seseorang sebagai pahlawan ketika telah memiliki
keberanian, kebaikan dan kekuatan tanpa disertai pengorbanan. Sejarah telah
mencatat bahwa kehadiran pahlawan negeri ini senantiasa dibarengi oleh momentum
kepahlawan yang mampu memaksa seseorang untuk tumbuh menjadi pemberani dengan
segala kekuatan dan pengorbanan untuk melakukan kebaikan bagi bangsa dan
negaranya.
Ketika
kita kembali belajar bagaimana pahlawan bangsa saat itu dilahirkan maka kita
akan mendapatkan sebuah renungan bahwa kemerdekaan bangsa ini identik dengan
semangat pengorbanan yang luar biasa. Bukan hanya harta dan raga tapi juga
jiwa. Gugurnya pahlawan bangsa merupakan sebuah bukti betapa mahalnya sebuah
kemerdekaan. Lantas pahlawan seperti apa yang harus hadir di zaman megalomania
ini? Bisakah kita menyebut ibu sebagai pahlawan hidup bagi anak-anaknya, guru
sebagai pahlawan bagi siswa-siswinya, presiden pahlawan bagi rakyatnya, penyair
sebagai pahlawan bagi karya sastranya yang lahir. Siapapun mereka, yang jelas
mereka hadir, mampu melahirkan inspirasi bagi banyak orang, memberi manfaat dan
siap melakukan kebaikan dan penyempurnaan. Walaupun mereka tidak merasa sebagai
seorang pahlawan namun orang lain merasakan kehadirannya membawa angin segar
yang menyejukkan, harapan cerah dan kehidupan yang lebih baik. Saat itulah
momentum datang dan seseorang telah mencapai kapasitas kematangan pribadinya
sehingga ia disebut sebagai seorang pahlawan.
Pahlawan
masa kini adalah pahlawan yang mampu membawa bangsa dan negara ke arah kemajuan
yang beradab. Mereka selalu mencipta, beraktualisasi, menjadikan setiap momen
adalah waktu untuk melakukan kebaikan. Inilah sebuah optimisme bahwa kita akan
selalu memiliki stok pahlawan yang siap memimpin negeri ini dengan segala
kematangan kepribadian seorang pahlawan. Dia tidak hanya pemberani, kuat, siap
melakukan kerja-kerja besar tapi juga rela berkorban.
Pahlawan
itu mungkin anda, saya atau orang-orang di sekeliling kita. Namun yang harus
kita sadari adalah kematangan kepribadian seseorang tidak serta-merta namun
melalui proses. Sembari menunggu proses kematangan itu hadir dalam diri kita
bukan berarti kita hanya diam tanpa kerja dan karya nyata. Takdir kepahlawanan
harus direbut. Oleh karena itulah pahlawan selalu berbuat dalam diam dan
menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat.
Nilai-nilai
kepahlawan semacam inilah yang harus kita tumbuh suburkan di tengah-tengah
masyarakat kita. Karena sungguh pahlawan hanyalah manusia biasa yang penuh
kekurangan namun selalu berusaha melengkapinya dengan terus bekerja dan
berkarya sehingga tanpa disadari hasil kerja dan karya nyatanya tersebut mampu
membawa perubahan besar bagi orang-orang di sekitarnya. Maka berbuatlah
kebaikan, biar orang lain yang menilai.
"Dan
katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaan kamu begitu juga
rasul dan orang-orang mukmin" (QS. At Taubah : 105).
Rebutlah
takdir kepahlawanan. Ajarkanlah kepada anak-anak kita tentang keberanian dan
kerja-kerja besar para pahlawan, niscaya kita akan mendapatkan generasi dengan
kepribadian seorang pahlawan sejati yang siap membawa negeri ini ke dalam
pencerahan, sebagaimana seruan Chairil Anwar untuk senantiasa mewariskan
semangat kepahlawanan.
Kenang,
kenanglah kami!
Teruskan,
teruskan jiwa kami….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...