JATI DIRI REMAJA
Oleh: Nanang M. Safa'
Setiap remaja harus mempersiapkan diri
sebagai umat Tuhan. Ia harus mempunyai tujuan dan kesungguhan sebagai insan
yang taat dan kreatif. Tujuan hidup yang sesuai dengan ajaran agama hendaklah ditanamkan
dalam diri seorang remaja, jika mereka ingin berjaya dan maju sebagai generasi yang
cemerlang dan berhati mulia.
Remaja memerlukan kendali diri karena
remaja belum memiliki pengalaman yang memadai dalam menjalani hidup dan kehidupan. Masa remaja banyak menyentuh
perasaan, sehingga bisa menimbulkan jiwa yang sensitif terhadap diri dan
lingkungannya. Keadaan ini ditandai dengan cepatnya
pertumbuhan fisik juga seksual. Akibat dari pertumbuhan fisik dan seksual yang
cepat ini maka timbullah kegoncangan dan
kebingungan dalam diri remaja, khususnya dalam memahami hubungan dengan lawan jenisnya.
Berkaitan dengan
hal ini, setidaknya akan muncul dua problem mendasar pada diri remaja. Pertama: Dorongan seksual,
karena ia ingin membuktikan bahwa
dirinya telah dewasa. Maka tidak
jarang seorang remaja bersikap dan berperilaku yang bertentangan dengan norma,
sehingga orang menilai bahwa remaja
hanya menimbulkan masalah. Padahal
sebenarnya ketika itu remaja sedang mencari-cari jati dirinya.
Kedua: Mungkin juga remaja kehilangan kendali dalam dirinya, sehingga lebih cenderung mengikuti nafsunya, ataupun remaja
lebih suka menyendiri dan menutup diri dari pergaulan sosialnya.
Remaja yang merasakan fisiknya sudah
seperti orang dewasa, merasa harus bersikap seperti orang
dewasa. Padahal anggapanya seperti ini hanyalah sekedar imitasi atau peniruan belaka. Untuk itu
remaja harus pandai mengendalikan diri dalam menghadapi dunia yang penuh dengan
pencaroba dan gejolak ini.
Pada usia remaja sangat memerlukan
kebebasan emosional dan material. Kematangan fisik cenderung untuk berdikari
dan bebas dalam mengambil keputusan untuk dirinya sehingga remaja terlepas dari
emosi orang tua dan keluarga. Sering orangtua dan
keluarga tidak memahami kehendak dan keinginan yang tersimpan dalam hati anaknya (baca: remaja)
sehingga seringkali mereka membatasi sikap,
kepribadian dan tindakan remaja dengan alasan merasa belas kasihan dan
lainnya. Dengan demikian remaja merasa bahwa dirinya tidak dipercaya oleh kedua
orang tuanya, akibatnya mereka memberontak
dan melawannya.
Remaja yang beriman akan mengerti bahwa
rasa kebebasan yang timbul dari dalam
dirinya itu tidak selamanya harus dituruti, tetapi harus dikendalikan dengan cara-cara yang bijaksana. Memang betul pada satu sisi, remaja memerlukan kebebasan untuk menentukan keputusan,
namun dari sisi lain remaja masih sangat memerlukan
petunjuk dan bimbingan menuju kepastian dan kebenaran dari orang tuanya dan orang-orang dewasa di sekitarnya.
Sebetulnya kebutuhan remaja terhadap kebebasan diri sendiri dan ingin berdikari
itu bertentangan dengan kepentingannya untuk tetap bergantung
terhadap orangtuanya. Gejolak jiwa tersebut membuat remaja
merasa tidak aman karena dari satu segi
ia sangat memerlukan keluarganya, namun dari segi yang lain dia ingin hidup bebas dan mandiri. Pengalaman kejiwaan semacam inilah yang menyebabkan remaja menjadi bingung dan tidak menentu. Bagi
remaja yang mengerti peristiwa yang sedang menimpa jiwanya, dia akan berhati-hati dalam mengambil sikap dan langkah
dalam mengambil tindakan, dan ia tidak akan merasa tertekan dan
akan mengarahkan kecenderungan jiwa itu ke arah yang positif.
Remaja sangat memerlukan agar
kehadirannya diterima oleh orang yang ada dalam lingkungannya. Dengan
diterimanya ia di lingkungan dimana ia berada maka akan
membawanya pada ketenangan hati dan kesenangan tersendiri. Ia akan merasa
menang dan dihargai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...