PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Jati Diri Remaja

06/10/2012

Jati Diri Remaja


JATI DIRI REMAJA
Oleh: Nanang M. Safa'


Setiap remaja harus mempersiapkan diri sebagai umat Tuhan. Ia harus mempunyai tujuan dan kesungguhan sebagai insan yang taat dan kreatif. Tujuan hidup yang sesuai dengan ajaran agama hendaklah ditanamkan dalam diri seorang  remaja, jika mereka ingin berjaya dan maju sebagai generasi yang cemerlang dan berhati mulia.
Remaja memerlukan kendali diri karena remaja belum memiliki pengalaman yang memadai dalam menjalani hidup dan kehidupan. Masa remaja banyak menyentuh perasaan, sehingga bisa menimbulkan jiwa yang sensitif terhadap diri dan lingkungannya. Keadaan ini ditandai dengan cepatnya pertumbuhan fisik juga seksual. Akibat dari pertumbuhan fisik dan seksual yang cepat ini maka timbullah kegoncangan dan kebingungan dalam diri remaja, khususnya dalam memahami hubungan dengan lawan jenisnya.
Berkaitan dengan hal ini, setidaknya akan muncul dua problem mendasar pada diri remaja. Pertama: Dorongan seksual, karena  ia ingin membuktikan bahwa dirinya telah dewasa. Maka tidak jarang seorang remaja bersikap dan berperilaku yang bertentangan dengan norma, sehingga orang  menilai bahwa remaja hanya menimbulkan masalah. Padahal sebenarnya ketika itu remaja sedang mencari-cari jati dirinya.
Kedua: Mungkin juga remaja kehilangan kendali dalam dirinya, sehingga lebih cenderung mengikuti nafsunya, ataupun remaja lebih suka menyendiri dan menutup diri dari pergaulan sosialnya.
Remaja yang merasakan fisiknya sudah seperti orang dewasa, merasa harus bersikap seperti orang dewasa. Padahal anggapanya seperti ini hanyalah sekedar imitasi atau peniruan belaka. Untuk itu remaja harus pandai mengendalikan diri dalam menghadapi dunia yang penuh dengan pencaroba dan gejolak ini.
Pada usia remaja sangat memerlukan kebebasan emosional dan material. Kematangan fisik cenderung untuk berdikari dan bebas dalam mengambil keputusan untuk dirinya sehingga remaja terlepas dari emosi orang tua dan keluarga. Sering orangtua dan keluarga tidak memahami kehendak dan keinginan yang tersimpan dalam hati anaknya (baca: remaja) sehingga seringkali mereka membatasi sikap, kepribadian dan tindakan remaja dengan alasan merasa belas kasihan dan lainnya. Dengan demikian remaja merasa bahwa dirinya tidak dipercaya oleh kedua orang tuanya, akibatnya mereka memberontak dan melawannya.
Remaja yang beriman akan mengerti bahwa rasa kebebasan yang timbul  dari dalam dirinya itu tidak selamanya harus dituruti, tetapi harus dikendalikan dengan cara-cara yang bijaksana. Memang betul pada satu sisi, remaja memerlukan kebebasan untuk menentukan keputusan, namun dari sisi lain remaja masih sangat memerlukan petunjuk dan bimbingan menuju kepastian dan kebenaran dari orang tuanya dan orang-orang dewasa di sekitarnya.
Sebetulnya kebutuhan remaja terhadap kebebasan diri sendiri dan ingin berdikari itu bertentangan dengan kepentingannya untuk tetap bergantung terhadap orangtuanya. Gejolak jiwa tersebut membuat remaja merasa tidak aman karena dari satu segi ia sangat memerlukan keluarganya, namun dari segi yang lain dia ingin hidup bebas dan mandiri. Pengalaman kejiwaan semacam inilah yang menyebabkan remaja menjadi bingung dan tidak menentu. Bagi remaja yang mengerti peristiwa yang sedang menimpa jiwanya, dia akan berhati-hati dalam mengambil sikap dan langkah dalam mengambil tindakan, dan ia tidak akan merasa tertekan dan akan mengarahkan kecenderungan jiwa itu ke arah yang positif.
Remaja sangat memerlukan agar kehadirannya diterima oleh orang yang ada dalam lingkungannya. Dengan diterimanya ia di lingkungan dimana ia berada maka akan membawanya pada ketenangan hati dan kesenangan tersendiri. Ia akan merasa menang dan dihargai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...