DALAM
MENINGKATKAN KINERJA GURU
DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI MODEL PRIGI
DAN MADRASAH IBTIDAIYAH
MARGOMULYO
KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK
Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
telah menimbulkan persaingan dalam berbagai bidang, yang menuntut masyarakat
Indonesia untuk memantabkan diri dalam peningkatan kualitas dan sumber daya
manusia yang unggul, mampu berdaya saing, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi
serta mempunyai etos kerja yang tinggi.
Perwujudan
manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan terutama
dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang makin berperan,
menampilkan keunggulan yang tangguh, kreatif, mandiri, dan professional dalam
bidangnya masing-masing.
Di Indonesia
sekolah/madrasah harus dengan kesungguhannya melaksanakan tugas dan fungsinya
untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta penjelasannya
Bab II Pasal 3 bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Keberhasilan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut kepala
madrasah mempunyai peran yang sangat penting dalam mengkoordinasikan,
menggerakkan, dan menselaraskan sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepala madrasah merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong madrasah untuk dapat mewujudkan visi,
misi, tujuan dan sasaran melalui program madrasah yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap.
Dalam
persaingan global ini, diakui atau tidak lembaga pendidikan atau sistem
persekolahan dituntut untuk mengemuka dengan kinerja kelembagaan yang efektif
dan produktif. Kepala madrasah sebagai penanggung jawab pendidikan dan
pembelajaran di madrasah hendaknya dapat meyakinkan kepada masyarakat bahwa
segala sesuatunya telah berjalan dengan baik, termasuk perencanaan dan
implementasi kurikulum, penyediaan dan pemanfaatan sumber daya guru, rekrutmen
sumber daya murid, kerjasama madrasah dan orang tua, serta sosok outcome madrasah yang prospektif.
Kepala madrasah
merupakan unsur vital bagi efektifitas lembaga pendidikan. Kepala madrasah yang
baik akan bersikap dinamis untuk menyiapkan berbagai macam program pendidikan. Keberhasilan
madrasah adalah keberhasilan kepala madrasah. Kepala madrasah yang berhasil adalah apabila
memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks, serta mampu
melaksanakan peranan dan tanggung jawab untuk memimpin madrasah.
Peran kepala
madrasah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara
efektif dengan para guru dalam situasi kondusif, perilaku kepala madrasah harus
dapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan
penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun sebagai
kelompok. Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam
mengarahkan dan memotifasi individu untuk bekerja sama dengan kelompok dalam
rangka mewujudkan tujuan lembaga pendidikan.
Kepala madrasah
sebagai pemimpin lembaga pendidikan memiliki andil besar dalam menciptakan
suasana kondusif yang ada dalam lingkungan kerjanya. Suasana kondusif tersebut
merupakan faktor yang terpenting dalam menciptakan guru yang berprestasi. Guru
sebagai pendidik memiliki peran yang sangat penting terhadap kemajuan bangsa
Indonesia, guru juga sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan. Tenaga pendidikan terutama guru merupakan jiwa dari
madrasah. Oleh karena itu, peningkatan profesionalisme
tenaga kependidikan mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan,
evaluasi kinerja, hubungan kerja sampai pada imbal jasa, merupakan garapan
penting bagi seorang kepala madrasah.
Guru sangat
berperan dalam menentukan kualitas lulusan madrasah, artinya
untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas diperlukan guru dengan kualitas dan
prestasi maksimal. Sedangkan guru dengan kualitas dan prestasi maksimal dapat
diperoleh bila ditunjang oleh kepala madrasah yang baik.
Kinerja guru
yang berkualitas ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana
atasan dalam memimpin bawahan. Peran pemimpin
sangat penting dalam organisasi, tanpa
adanya pemimpin suatu organisasi hanya merupakan pergaulan orang-orang dan
mesin.
Peran adalah
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mangajak, mamantau dan kalau perlu memaksa orang lain agar menerima
pengaruh itu. Selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatau
maksud dan tujuan tertentu.
Seorang kepala
madrasah mempunyai peran mengatur dan
menggerakkan sejumlah orang yang memiliki
berbagai sikap, tingkah laku, dan latar
belakang berbeda-beda. Untuk mendapatkan
staf yang
handal dan dapat membantu tugas kepala
madrasah secara optimal, diperlukan kepala
madrasah yang mampu mengarahkan bawahannya kepada tercapainya tujuan
organisasi secara maksimal.
Pemimpin yang
efektif selalu menyadari bahwa anggota organisasinya merupakan sumber daya
manusia yang sangat berharga karena dikaruniai
otak dan akal fikiran, sehingga pemimpin selalu berupaya menggali,
memanfaatkan dan meningkatkan kreatifitas anggotanya untuk mencapai prestasi
yang tinggi.
Kinerja guru
yang tinggi merupakan perwujudan dari kualitas guru. Hal ini cukup penting
dalam rangka mencapai tujuan madrasah. Dengan kinerja yang tinggi berarti para
guru benar-benar dapat berfungsi sebagai pendidik yang tepat guna dan berhasil
guna sesuai dengan sasaran-sasaran organisasi yang hendak dicapainya.
Apabila tujuan
peningkatan kinerja para guru dapat
terpenuhi, maka tujuan pembangunan yang sesuai dengan pancasila, UUD 1945
beserta tujuan Pendidikan Nasional akan segera tercapai, begitu juga dengan
menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap menghadapi tuntutan perkembangan
zaman.
Madrasah Ibtida’iyah
Negeri Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
merupakan lembaga pendidikan yang ikut berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa
demi suksesnya tujuan pembangunan nasional Indonesia. Madrasah Ibtida’iyah
Negeri Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo tersebut merupakan
lembaga pendidikan yang berada di bawah
naungan Kementerian Agama.
Madrasah
Ibtidai’yah
Negeri Model Prigi Trenggalek dijadikan center
oleh lembaga-lembaga Madrasah ibtida’iyah
di Kabupaten Trenggalek, bahkan sering mendapatkan kejuaraan pada bidang mata
pelajaran, olah raga dan seni di tingkat Kecamatan Watulimo ataupun tingkat Kabupaten Trenggalek. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa para
guru telah berhasil dalam usaha mencapai tujuan madrasah. Keberhasilan para
guru dalam mencapai tujuan madrasah tersebut merupakan salah satu prestasi kinerja
yang ditunjukkan oleh guru yang berasal dari kemampuan dan motivasi yang
dimilikinya.
Sedangkan pertimbangan
pemilihan lokasi penelitian di Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo Kecamatan
Watulimo adalah MI Margomulyo merupakan madrasah swasta di bawah naungan
yayasan ma’arif yang memiliki jumlah siswa cukup banyak untuk kelompok MI
swasta di wilayah Kecamatan Watulimo, memiliki sarana dan prasarana cukup
lengkap, serta memiliki prospek cerah
dalam pengembangannya ke depan.
Semua ini tidak
lepas dari peran kepala madrasah sebagai pemimpin suatu lembaga pendidikan yang
selalu menggerakkan, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada para guru
untuk bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya demi tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan bersama.
Berawal dari fakta dan paparan
latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Peran Kepala Madrasah
dalam Meningkatkan Kinerja Guru (Studi
Multi Situs di Madrasah Ibtida’iyah Negeri Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek)”.
B. Fokus Penelitian
Berkaitan dengan peran kepala madrasah dalam meningkatkan kinerga guru
di Madrasah Ibtida’iyah Negeri Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek maka
yang menjadi fokus utama penelitian dalam studi ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana peran kepala madrasah
sebagai leader dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model Prigi dan MI
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek?
2.
Bagaimana peran kepala madrasah
sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model Prigi dan
MI Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek?
3.
Bagaimana peran kepala madrasah sebagai supervisor
dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model prigi dan Madrasah Ibtida’iyah
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek?
4.
Bagaimana peran kepala madrasah
sebagai manajer dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model Prigi dan MI
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek?
5.
Bagaimana peran kepala madrasah
sebagai administrator dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model
Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek?
Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan penelitian dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui peran kepala madrasah
sebagai leader dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model Prigi dan MI
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
2.
Untuk mengetahui peran kepala madrasah
sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model Prigi dan
MI Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
3.
Untuk mengetahui peran kepala madrasah sebagai supervisor
dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model prigi dan Madrasah Ibtida’iyah
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
4.
Untuk mengetahui peran kepala madrasah
sebagai manajer dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model Prigi dan MI
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
5.
Untuk mengetahui peran kepala madrasah
sebagai administrator dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model
Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terutama yang berperan dalam dunia
pendidikan. Adapun kegunaan yang diharapkan adalah sebagai berikut:
a.
Kegunaan secara teoritis
Memberikan kontribusi keilmuan bagi ilmu pendidikan
terutama mengenai konsep peran kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru
pendidikan Islam tingkat dasar.
b.
Kegunaan secara praktis
1.
Bagi pihak MIN Model Prigi dan MI Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten
Trenggalek, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang peran
kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru.
2.
Bagi peneliti sendiri, hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan peneliti dalam praktik manajemen sumber daya manusia di
Madrasah Ibtida’iyah.
E. Penegasan Istilah
Untuk
memperjelas dan menghindari kesalahpahaman, maka perlu didefinisikan beberapa
istilah yang sering digunakan dalam judul tesis ini dengan harapan tesis ini
mudah dipahami. Istilah-istilah yang dipakai dalam judul tesis sebagai berikut:
1.
Konseptual
a.
Peran
kepala
madrasah, kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pimpinan suatu organisasi
atau lembaga sedangkan madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas Islam.
Secara sederhana kepala madrasah
dapat didefinisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang mendapat tugas
untuk memimpin suatu madrasah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar.
Dengan demikian peran kepala madrasah
adalah tindakan pemimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar
mengajar atau tempat terjadinya interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
b. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi
yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Kinerja sebagaimana dikutip Jerry H.
Makawimbang dari Prabowo merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work
performance yang dapat diartikan juga sebagai prestasi kerja yakni suatu
hasil yang dicapai seseorang setelah ia melakukan suatu kegiatan.
Kinerja atau prestasi kerja merupakan
rangkaian tiga elemen yang saling berkaitan yakni: ketrampilan, upaya, dan
sifat keadaan kondisi eksternal. Tingkat ketrampilan merupakan bahan mentah
yang dibawa oleh seseorang ke tempat kerja, seperti pengetahuan, kemampuan,
kecakapan teknis. Tingkat upaya,
dapat digambarkan sebagai motivasi yang diperhatikan karyawan untuk
menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan kondisi ekstenal adalah kondisi di luar diri seseorang
yang mendukung produktivitas kerja.
2.
Operasional
Penelitian ini berjudul “Peran Kepala
Madrasah
dalam
Meningkatkan Kinerja Guru (Studi
Multi Situs di Madrasah Ibtida’iyah Negeri Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek)”. Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang peran kepala madrasah sebagai leader, motivator,
supervisor, manajer,
dan edukator dalam meningkatkan kinerja guru dalam hubungannya
dengan pengembangan ilmu pengetahuan sebagai
pelaksana pendidikan. Kinerja merupakan hasil dari proses atau perilaku dalam
melaksanakan atau menyelesaikan
sesuatu dari apa yang ingin dicapai berdasarkan standar yang dapat diukur atau
dinilai.
Untuk mendukung penyusunan laporan penelitian
tentang peran kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru, penulis mengambil
beberapa istilah yang ada dalam judul dari beberapa rujukan antara lain:
1.
Peran kepala madrasah
a.
Kepala madrasah sebagai leader
(pemimpin)
Kepemimpinan adalah kekuatan
dinamis yang penting dalam memotivasi dan mengordinasikan organisasi dalam
rangka mencapai tujuan melalui suatu proses untuk mempengaruhi orang lain, baik
dalam organisasi maupun di luar organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu.
Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang yang mempengaruhi perilaku orang lain
di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan
untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakannya.
Kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin di sekolah/madrasah tentu mempengaruhi
orang lain seperti guru dan tenaga kependidikan lain untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan pihak sekolah. Tujuan akan tercapai jika kepala sekolah mau dan
mampu membangun komitmen dan bekerja keras untuk menjadikan sekolah/madrasah
yang dipimpinnya menjadi sekolah/madrasah yang berkualitas dan menjadi terbaik
di daerahnya.
Dalam teori kepemimpinan
setidaknya ada dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka
meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua
gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan yang ada.
Kepala madrasah
dikatakan sebagai pemimpin yang efektif bilamana mampu
menjalankan perannya untuk mendorong, mempengaruhi, mengarahkan kegiatan dan
tingkah laku kelompoknya.
Kepala madrasah sangat berperan dalam mengembangkan tenaga kependidikan. Hal
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
oleh Siagian bahwa arah yang hendak ditempuh oleh organisasi menuju tujuan
harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana
dan prasarana yang tersedia.
Sedangkan menurut Daryanto,
model kepemimpinan yang paling cocok diterapkan di sekolah adalah kepemimpinan
pembelajarann karena misi utama sekolah mendidik semua siswa dan memberikan kesempatan
kepada mereka untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai yang
diperlukan untuk menjadi orang dewasa yang sukses dalam menghadapi masa depan
yang belum diketahui dan yang sarat dengan tantangan-tantangan yang sangat
turbulen. Misi inilah yang kemudian menuntut sekolah sebagai organisasi harus
memfokuskan pada pembelajaran (learning focused schools), yang meliputi
kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar (asesmen).
Definisi kepemimpinan
pembelajaran yang efektif menurut Petterson sebagaimana dikutip Daryanto adalah
sebagai berikut:
1.
Kepala sekolah
mensosialisasikan dan menanamkan isi dan makna visi sekolahnya dengan baik. Dia
juga mampu membangun kebiasaan-kebiasaan berbagi pendapat atau urun rembug
dalam merumuskan visi dan misi sekolahnya, dan dia juga selalu menjaga agar
visi dan misi sekolah yang telah disepakati oleh warga sekolah hidup subur
dalam implementasinya.
2.
Kepala sekolah melibatkan para
pemangku kepentingan dalam pengelolaan sekolah (manajemen partisipatif). Kepala
sekolah melibatkan para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan dan
dalam kegiatan operasional sekolah sesuai dengan kemampuan dan batas-batas
yuridiksi yang berlaku.
3.
Kepala sekolah memberikan
dukungan terhadap pembelajaran , misalnya dia mendukung bahwa pengajaran yang
memfokuskan pada kepentingan belajar siswa harus menjadi prioritas.
4.
Kepala sekolah melakukan
pemantauan terhadap proses belajar mengajar sehingga memahami lebih mendalam
dan menyadari apa yang sedang berlangsung di sekolah.
5.
Kepala sekolah berperan
sebagai fasilitator sehingga dengan berbagai cara dia dapat mengetahui
kesulitan pembelajaran dan dapat membantu guru dalam mengatasi kesulitan
belajar tersebut.
Dalam pelaksanaannya, keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah sangat
dipengaruhi hal-hal sebagai berikut:
1.
Kepribadian yang kuat. Kepala
sekolah harus mengembangkan kepribadiannya agar percaya diri, berani,
bersemangat, murah hati, dan memiliki kepekaan sosial.
2.
Memahami tujuan pendidikan
dengan baik. Pemahaman yang baikj merupakan bekal utama kepala sekolah agar
dapat menjelaskan kepada guru, staf, dan pihak lain serta menemukan strategi
yang tepat untuk mencapainya.
3.
Pengetahuan yang luas. Kepala
sekoah harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas tentang bidang
tugasnya maupun bidang yang lain yang terkait.
4.
Ketrampilan profesioanl yang
terkait dengan tugasnya sebagai kepala sekolah, yakni ketrampilan teknis
seperti penyusunan jadwal pelajaran dan memimpin rapat; ketrampilan hubungan
kemanusiaan misalnya bekerja sama dengan orang lain, memotivasi guru/staf;
serta ketrampilan konseptual, seperti memperkirakan masalah yang muncul serta
mencari pemecahannya.
Jika seorang kepala sekolah/madrasah memenuhi semua persyaratan di atas,
maka tujuan pendidikan akan dapat dicapai sesuai yang direncanakan. Oleh karena
itu seorang kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin/leader harus dapat
memahami, mendalami, dan menerapkan beberapa konsep ilmu manajemen.
b.
Kepala madrasah
sebagai motivator
Kepala madrasah merupakan
pendorong untuk melakukan suatu perbuatan tertentu dalam meraih keinginan. Motivasi merupakan
keinginan yang ada pada seseorang yang merangsang untuk melakukan tindakan.
Tugas kepala sekolah sebagai
motivator meliputi tiga hal yaitu kemampuan mengatur lingkungan kerja, seperti
mengatur ruang kepala sekolah, ruang TU, ruang kelas, lab, BK, OSIS,
perpustakaan, UKS, dan sebagainya; kemampuan mengatur suasana kerja, seperti
menciptakan hubungan kerja sesama guru/staf/karyawan yang harmonis, serta mampu
menciptakan rasa aman di sekolah; dan
kemampuan menetapkan prinsip penghargaan dan hukuman (reward and punishment)
termasuk di dalamnya mampu mengembangkan motivasi eksternal dan internal bagi
warga sekolah.
Prinsip-prinsip yang dapat
diterapkan kepala madrasah untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan
mampu meningkatkan profesionalismenya, antara lain:
1.
Para tenaga kependidikan akan
bekerja lebih giat apabila kegiatan yang diadakan menarik dan menyenangkan.
2.
Tujuan kegiatan perlu disusun
dengan jelas dan diinformasikan kepada para tenaga kependidikan dan para tenaga
kependidikan dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut.
3.
Para tenaga kependidikan harus
selalu diberitahu tentang hasil dari setiap pekerjaannya.
4.
Pemberian hadiah lebih baik daripada
hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan
5.
Usahakan untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya,
memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa kepala madrasah memperhatikan mereka,
mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai pernah memperoleh
kepuasan dan penghargaan.
Dengan demikian seorang kepala madrasah dalam fungsinya sebagai
motivator harus dapat mengupayakan supaya guru dan semua tenaga kependidikan
yang ada di lingkup madrasah bersangkutan selalu meningkatkan kemampuan dan
tanggung jawabnya dengan memperhatikan kesejahteraan, dan rasa kebersamaan
untuk mencapai produktifitas kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
c.
Kepala madrasah
sebagai supervisor
Dari beberapa pendapat yang
mengemuka tentang pengertian supervisi, Luk-luk Nur Munfidah menyimpulkan
supervisi pendidikan adalah semua usaha yang sifatnya membantu guru atau
melayani guru agar dapat memperbaiki, mengembangkan, dan bahkan meningkatkan
pengajarannya, serta dapat pula menyediakan kondisi belajar murid yang efektif
dan efisien demi pertumbuhan jabatannya untuk mencapai tujuan pendidikan dan
meningkatkan mutu pendidikan.
Konsep kepala sekolah sebagai
supervisor menunjukkan adanya perbaikan pengajaran pada sekolah yang
dipimpinnya. Perbaikan tampak setelah dilakukan sentuhan supervisor berupa
bantuan mengatasi kesulitan guru dalam mengajar. Untuk itulah kepala sekolah
perlu memahami program dan strategi pengajaran, sehingga ia mampu memberi
bantuan kepada guru yang mengalami kesulitan. Bantuan yang diberikan oleh
kepala sekolah kepada guru dapat berupa bantuan dukungan fasilitas, bahan-bahan
ajar yang diperlukan, penguatan terhadap penguasaan materi dan strategi
pengajaran, pelatihan, magang dan bantuan lainnya yang akan meningkatkan
efektivitas program pengajaran dan implementasi program dalam aktivitas belajar
di kelas.
Beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan oleh supervisor agar supervisi yang dilakukan berhasil,
sebagaimana dikutip Muhtar dari Piet Sahertian adalah sebagai berikut:
1.
Dilakukan berdasarkan
inisiatif guru, perilaku supervisor harus sedemikian teknis sehingga para guru
terdorong untuk minta bantuan supervisor.
2.
Ciptakan hubungan yang
bersifat manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
3.
Ciptakan suasana yang bebas
dimana setiap orang bebas dan berani mengemukakan apa yang dialaminya.
Supervisor berusaha dapat menjawab dan menemukan solusi atas apa yang
diharapkan guru.
4.
Obyek kajian adalah kebutuhan
guru yang riil, tentunya yang mereka alami.
5.
Perhatian dipusatkan pada
unsur-unsur spesifik yang harus diangkat dan diperbaiki.
Hasil dari supervisi harus
dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja guru dan pengembangan madrasah.
Supervisi bisa dilakukan melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan
individual dan simulasi pembelajaran. Adapaun keberhasilan kepala madrasah sebagai
supervisor bisa dilihat dari meningkatnya kesadaran guru untuk meningkatkan
kinerja dan meningkatnya ketrampilan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Maka supervisi
memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru yang pada akhirnya meningkatkan proses belajar mengajar dan
hasil akhir supervisi akan direfleksi pada peningkatan hasil belajar murid.
d.
Kepala madrasah
sebagai manajer
Manajemen pada hakekatnya
merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin,
dan mengendalikan usaha para anggota organisasi serta mendayagunakan seluruh
sumber-sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Maka peran seorang kepala madrasah sebagai manajer tentu adalah mengelola tenaga
kependidikan yang ada di madrasah yang dipimpinnya.
Dalam mengelola tenaga
kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala madrasah adalah
melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi guru. Dalam hal
ini, kepala madrasah seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan
yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan
profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Dalam rangka melakukan peran
dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah/madrasah harus memiliki strategi
yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau
kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menjunjung program sekolah/madrasah.
Kepala madrasah sebagai
manajer mempunyai 4 tugas penting, yaitu menyusun program madrasah, menyusun
organisasi kepegawaian di madrasah, menggerakkan staf (guru dan karyawan), dan
mengoptimalkan sumber daya madrasah.
Secara lebih rinci tugas
kepala sekolah/madrasah sebagai manajer dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.
Mengadakan prediksi masa depan
sekolah, misalnya tentang kualitas yang diinginkan masyarakat.
2.
Melakukan inovasi dengan
mengambil inisiatif dan kegiatan-kegiatan yang kreatif untuk kemajuan sekolah.
3.
Menciptakan strategi atau
kebijakan untuk menyukseskan pikiran-pikiran yang inovatif tersebut.
4.
Menyusun perencanaan, baik
prencanaan strategis maupun perencanaan operasional.
5.
Menemukan sumber-sumber
pendidikan dan menyediakan fasilitas pendidikan.
6.
Melakukan pengendalian atau
kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan dan hasilnya.
e.
Kepala madrasah sebagai administrator
Kepala sekolah/madrasah
sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai
aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan
pendokumenan seluruh program sekolah.
Tugas kepala sekolah sebagai
administrator berkisar pada enam hal penting, yaitu mengelola administrasi KBM
dan BK, mengelola administrasi kesiswaan, mengelola administrasi ketenagaan,
mengelola administrasi keuangan, mengelola administrasi keuangan, mengelola
adminstrasi sarana prasarana, dan mengelola adminstrasi persuratan.
Sebagai administrator sekolah,
kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi
administrasi yang diterapkan ke dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya,
seperti membuat rencana atau program tahunan, menyusun organisasi sekolah,
melaksanakan pengoordinasian dan pengarahan, dan melaksanakan pengelolaan
kepegawaian.
Karena kegiatan administratif
adalah kegiatan kelompok yang akan menghadapi berbagai situasi berkaitan dengan
kelembagaan, maka kemampuan kepala sekolah mengendalikan lembaga untuk bertahan
bahkan meningkat pada standard yang ditentukan menjadi sangat penting bagi
sekolah sebagai lembaga. Untuk menjamin kualitas kinerja terus meningkat, maka
kepala sekolah dengan cara-cara yang objektif dan profesional mendorong dan
memfasilitasi setiap guru untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya
sendiri. Situasi-situasi sederhana di sekolah seperti lingkungan sekolah, iklim
organisasi, interaksi antar personel, kegiatan rutin, budaya kerja dan
sebagainya merupakan hal yang penting dirawat dan senantiasa menjadi perhatian
kepala sekolah.
Tugas secara rinci pengelola
(administrator) pendidikan menurut Poerbakawatja dan Harahap seperti dikutip Syaiful
Sagala antara lain adalah:
1)
Perencanaan, yaitu menguraikan
dalam garis-garis besar hal-hal yang harus dikerjakan dan metode ke arah
pelaksanaan tujuan.
2)
Pengorganisasian, yaitu
penentuan suatu kerangka yang menunjukkan wewenang untuk mengatur bagian-bagian
dan membatasinya, serta mengoordinasikannya untuk tujuan tertentu.
3)
Menyusun suatu staf, yaitu
memasukkan dan melatih personel dan memelihara pekerjaan yang menguntungkan.
4)
Memimpin suatu tugas secara
terus-menerus, yaitu membuat keputusan-keputusan dan mencantumkannya ke dalam
peraturan-peraturan umum dan instruksi-instruksi yang berfungsi sebagai
pemimpin dalam usaha.
5)
Mengoordinasi, yaitu
menghubung-hubungkan berbagai bagian dari pekerjaan agar semua anggota kelompok
mendapatkan keputusan yang sama.
6)
Membuat laporan untuk atasan,
yang berarti bahwa pimpinan dan para bawahannya melalui catatan-catatan,
penyelidikan-penyelidikan, pengawasan yang selalu mengikuti seluk-beluk dan
pekerjaan.
7)
Menentukan anggaran belanja,
suatu perencanaan mengenai keuangan, pertanggungjawaban dan kontrol.
Rangkaian tugas kepala sekolah/madrasah ini menyiratkan adanya
kebijakan-kebijakan penting yang diambil kepala sekolah/madrasah sebagai
administrator di sekolah/madrasah yang dipimpinnya.
2.
Kinerja guru
Dalam kamus Umum
Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai
(1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang diperlihatkan,
(3) kemampuan kerja.
Kinerja pengajar
(guru) adalah perilaku atau respon yang memberi hasil yang mengacu kepada apa
yang mereka kerjakan ketika dia menghadapi suatu tugas. Kinerja tenaga pengajar
menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami tenaga pengajar,
jawaban yang mereka buat, untuk memberi hasil atau tujuan.
Aktivitas guru
dalam penilain kinerja pada dasarnya berkisar pada hal-hal berikut:
1)
Kegiatan sebelum mengaja.r
2)
Kegiatan selama mengajar.
3)
Kegiatan selama segmen
pengajaran reguler.
4)
Kegiatan tentang keterlibatan
tenaga pengajar (guru) dalam masyarakat pendidik atau lingkungannya secara
lebih luas.
Faktor yang
mempengaruhi kinerja menurut Mangkunegara (2000) sebagaimana dikutip Jerry H. Makawimbang
antara lain faktor kemampuan secara psikologis kemampuan (ability) pegawai
terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan).
Sedangkan menurut Gibson (1987) ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja yaitu (1) faktor individu; kemampuan, ketrampilan, latar belakang
keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial, dan demografi seseorang, (2) faktor
psikologis; persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja,
(3) faktor organisasi; struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,
sistem penghargaan (reward system).
Kinerja sangat
terkait dengan produktifitas, karena kinerja merupakan indikator dalam menentukan
bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktifitas yang lebi tinggi dalam
suatu organisasi. Oleh sebab itu upaya untuk mengadakan penilaian terhadap
kinerja atau prestasi kerja di suatu lembaga atau organisasi merupakan hal yang
sangat penting. Apabia penilaian kinerja ini di dilakukan di sekolah/madrasah,
tentu akan memberikan keuntungan bagi sekolah/madrasah bersangkutan, dan bagi
guru khususnya akan dapat mengetahui sejauh mana dan bagaimana prestasi
kerjanya dinilai oleh atasan atau team penilai. Kelebihan dan kekurangan yang
ada dapat menjadi cambuk dan motivasi dalam mencapai kemajuan di masa datang.
Studi tentang peran kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja
guru telah dikaji oleh peneliti dan praktisi. Adapun kajian terdahulu
antara lain:
1.
Penelitian yang dilakukan oleh
Ibadul Mutho’i berjudul Peran Kepala Madrasah dalam Pembinaan Guru
untuk Meningkatkan Prestasi Kerja Guru di MIN Slemanan Udanawu Blitar.
Kajian dalam
penelitian ini mencakup hal tentang bagaimana peran kepala madrasah ibtida’iyah negeri dalam
pembinaan guru untuk meningkatkan prestasi kerja guru. Dengan berbagai macam
upaya baik motivasi maupun strategi yang diakukan oleh kepala madrasah
yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi kerja guru, sehingga hal ini juga
akan berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran.
2.
Penelitian yang dilakukan oleh
Mutmainah Retno Utami yang berjudul Pengaruh Peran Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja Guru SMP
Negeri 8 Semarang.
Dalam penelitian
ini disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara peran kepala sekolah
terhadap kinerja guru SMP Negeri 8 Semarang, iklim sekolah juga berpengaruh
terhadap kinerja guru di SMP Negeri 8 Semarang, peran kepala sekolah lebih
berpengaruh terhadap kinerja guru SMP Negeri 8 Semarang dibandingkan dengan iklim
sekolah, dimana peran kepala sekolah berpengaruh sebesar 68,3 persen
Ibadul dan Mutmainah
lebih memfokuskan pada pengaruh peran kepala madrasah terhadap peningkatan prestasi kerja guru, sedangkan
penelitian ini membahas peran kepala madrasah sebagai motivator, supervisor dan leader dalam
meningkatkan kinerja guru.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian
mengenai peran kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru yang peneliti
lakukan di Madrasah Ibtida’iyah Negeri Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo
Kecamatan Watulimo
Kabupaten Trenggalek
ini menggunakan pendekatan kualitatif sebab jenis penelitian ini tidak hanya ingin mengumpulan
data dari segi kualitasnya saja, tetapi ingin juga memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam. Penulis tidak menemukan sumber datanya atau nara
sumber secara kuantitatif menggunakan purvose sampling. Purposif
sampling disebut juga dengan sample bertujuan. Sample bertujuan dilakukan
dengan cara mengambil subyek yang didasarkan
atas adanya tujuan tersebut. Pola tersebut
lazim disebut dengan creation baset
sampling
artinya bahwa penggunaan sumber data atau nara sumber dianggap cukup manakala
informasi yang diperlukan sudah cukup memadai sehingga sering kali jumlah nara
sumber atau sumber data memungkinkan untuk selalu berkembang dan bertambah.
Tesis
ini menggunakan rancangan studi multi situs penelitian yang berupaya mencari
kebenaran ilmiah dengan cara mempelajari secara mendalam perkembangan dari satu
individu, kelompok orang, lembaga dan
tidak mustahil perkembangan suatu kejadian khusus.
Studi
multi situs ini dimaksudkan untuk mencoba mengamati perkembangan dan fonomena yang
terjadi pada sebuah organisasi dalam hal ini organisasi yang menjadi obyek
penelitian adalah Madrasah Ibtida’iyah Negeri Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
Sifat
penelitian ini berupa penelitian deskriptif kualitatif. Oleh sebab itu
pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif dengan memakai
bentuk studi multi situs. Maksudnya dalam penelitian deskriftif kualitatif data
yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan data tersebut mungkin
berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainya sehingga
yang menjadi tujuan dalam penelitian deskriftif kualitatif ini adalah ingin
menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai apa adanya.
2. Kehadiran Peneliti
Instrumen
utama dalam penelitian ini adalah manusia. Karena itu
untuk menyimpulkan data secara koprehensif maka kehadiran peneliti di lapangan
sangat diutamakan karena mengumpulkan data dilakukan yang
sebenarnya tanpa dimanipulasi dibuat dan dipanjanglebarkan
Dalam
penelitian ini peneliti bertindak
sebagai instrumen sekaligus mengumpulkan data sehingga dapat dikatakan peneliti
bertindak sebagai instrumen kunci.
Peneliti dalam hal ini akan melakukan observasi, wawancara dan mengambil
dokumen.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti sengaja memilih lokasi penelitian di Madrasah Ibtida’iyah
Negeri Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten
Trenggalek dengan pertimbangan Madrasah Ibtida’iyah Negeri Model Prigi adalah
madrasah favorit dan menjadi sentral madrasah-madrasah lain. Madrasah Ibtida’iyah
ini memiliki guru-guru yang variatif dengan latar belakang pendidikan yang
beragam karena sudah ada beberapa guru yang memiliki pendidikan S.2 termasuk kepala
madrasahnya. Sedangkan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo, walau madrasah swasta juga
termasuk madrasah yang cukup diminati, memiliki murid cukup banyak sekitar 200
siswa, juga guru-guru yang memiliki
latar pendidikan beragam.
Dengan demikian sesuai dengan fokus masalah penelitian
yang telah dikemukakan, objek dalam tesis ini adalah Madrasah Ibtida’iyah Negeri
Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
yang berkenaan dengan peran kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru.
4.
Sumber
Data Penelitian
Sumber
data adalah subyek dari mana data diperoleh.
Sumber data diidentifikasikan menjadi 3 yaitu person, place dan paper.
1.
Person yaitu sumber data berupa orang yang
bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Dalam penelitian ini personnnya adalah kepala madrasah
Ibtida’iyah Negeri Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo
Kecamatan Watulimo
Kabupaten Trenggalek.
2.
Place yaitu sumber data berupa tempat
atau sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak,
meliputi fasilitas gedung, kondisi lokasi, kegiatan belajar-mengajar, kinerja,
aktifitas dan sebagainya yang ada di Madrasah Ibtida’iyah Negeri
Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
3.
Paper yaitu data berupa simbol atau
sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar,
simbol-simbol dan lain-lain. Dalam penelitian ini papernya adalah berupa
benda-benda tertulis seperti: buku-buku, arsip, catatan-catatan, dokumen yang ada di kepala Madrasah Ibtida’iyah Negeri
Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
5.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1)
Obsevasi Partisipan
Observasi
adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek
penelitian. Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa observasi meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat
indera. Jadi observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba, dan pengecap.
Dengan
demikian dapat difahami bahwa observasi merupakan suatu teknik yang digunakan
dalam mengumpulkan data dengan memusatkan segenap perhatian terhadap suatu
obyek penelitian dengan menggunakan seluruh indera.
Jenis
observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan. Menurut Burhan
Bungin Observasi partisipan adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap
obyek pengamatan langsung dengan hidup bersama, merasakan serta berada dalam
sirkulasi kehidupan obyek.
Dengan
demikian peneliti melibatkan diri atau berinteraksi dengan kegiatan yang
dilakukan subyek dalam lingkungannya dengan mengumpulkan data secara sistematis
dari data yang diperlukan. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data karena
dengan teknik ini akan diperoleh informasi dan data tentang letak geografis,
keadaan madrasah, sarana dan prasarana, kondisi organisasi serta segala aspek
yang ada dalam lingkup peran Kepala madrasah Ibtida’iyah Negeri Model
Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek .
2)
Wawancara Mendalam
Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Patton sebagaimana dikutip Mantja mengemukakan bahwa tujuan wawancara adalah
untuk mendapatkan atau menemukan apa yang terdapat di dalam pikiran orang lain.
Wawancara digunakan untuk menemukan sesuatu yang tidak mungkin diperoleh
melalui pengamatan secara langsung.
Metode
wawancara digunakan dalam penelitian ini karena mempunyai beberapa keunggulan
yang mungkin tidak dimiliki oleh metode penelitian lainnya. Keunggulan tersebut
sebagaimana diungkap oleh Sukardi berikut ini:
a.
Penelitian memperoleh jawaban yang
relatif tinggi dari responden.
b.
Peneliti dapat membantu menjelasakan
lebih, jika ternyata responden mengalami kesulitan menjawab karena ketidak
jelasan pertanyaan.
c.
Peneliti dapat mengontrol jawaban
responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang
diakibatkan oleh pertanyaan dalan proses wawancara.
d.
Peneliti dapat memperoleh informasi
yang tidak dapat diungkapkan dengan cara kuesioner maupun observasi. Informasi
tersebut misalnya, jawaban yang sifatnya pribadi dan bukan pendapat kelompok,
atau informasi alternatif dari suatu kejadian penting.
Dalam
kaitannya dengan penelitian ini, bentuk wawancara yang digunakan peneliti
adalah wawancara mendalam, yaitu dalam melakukan wawancara peneliti tidak
menggunakan guide tertentu, dan semua
pertanyaan bersifat spontan sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dirasakan
pada saat pewawancara bersama responden dalam hal ini kepala madrasah
dan guru Madrasah Ibtida’iyah Negeri Model Prigi dan juga Madrasah Ibtida’iyah
Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
3)
Dokumentasi
Data
penelitian kualitatif sebagian besar diperoleh dari manusia dan perilakunya,
walaupun data itu lebih banyak diperoleh dari sumber wawancara, tetapi data
tersebut juga dapat diperoleh dari sumber data yang bukan manusia dan bersifat
non interaktif.
Data
non interaktif ini biasanya berupa dokumen/arsip. Dokumentasi berarti catatan
(bahan tertulis), surat bukti. Pada penelitian, dokumentasi digunakan sebagai
sumber data untuk menguji, menafsirkan serta meramalkan.
Mantja
menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif data dokumen biasanya dianggap
sebagai data sekunder, karena data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari tangan pertama yaitu subyek penelitian, partisipan dan informan.
Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data yang berupa dokumen atau catatan-catatan yang ada di Madrasah Ibtida’iyah Negeri
Model Prigi dan Madrasah Ibtida’iyah Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
6.
Analisis
Data
Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sistesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis
data dalam penelitian kualitatif menurut Matthew B. Milles terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan,
yaitu: reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan
kesimpulan.
1) Reduksi data
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitive yang
memerlukan kecerdasan, keluasan, dan kedalaman wawasan yang tinggi.
Data yang didapat dari lokasi
penelitian dituangkan dalam laporan secara rinci. Kemudian dalam proses ini
peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana
yang akan dihilangkan dan mana yang akan dipakai sebagai data penelitian. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk mendapatkan
data selanjutnya.
2)
Penyajian data
Penyajian
data atau display data
merupakan
proses penyajian sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data dimaksudkan untuk mempermudah peneliti
melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian secara
akurat (valid).
3)
Verifikasi data (conclusion drawing)
Dalam
penelitian ini proses verifikasi dilakukan terus menerus selama proses
penelitian berlangsung. Saat memasuki obyek penelitian (lapangan) serta selama
proses pengumpulan data, peneliti berusaha menganalisis serta mencari arti dari
data yang terkumpul, yakni mencari pola-pola, penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat serta proposisi. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Analisis data interaktif model Miles dan Huberman
sebagaimana dikutip Andi Prastowo dapat digambarkan pada bagan berikut:
Bagan 1. Analisis Data Interaktif Model
7.
Pengecekan Keabsahan data
Pengecekan atau pemeriksaan diperlukan untuk
menjamin keabsahan data. pemeriksaan data menganut teknik tertentu yang
dipandang sesuai dengan model penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian kualitatif, ada berbagai
model teknik pemeriksaan keabsahan data, yakni perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial,
kajian kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci, audit kebergantungan,
dan audit kepastian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik ketekunan pengamatan,
triangulasi, dan pengecekan sejawat.
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara
peneliti mengadakan pengamatan secara teliti dan cermat, serta berkesinambungan. Dengan cara seperti
ini maka kepastian data dari urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis.
Untuk mendukung cara ini, peneliti banyak membaca referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang
diteliti. Dengan membaca ini maka diharapkan wawasan peneliti akan semakin luas
dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu
benar/terpercaya atau tidak.
Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Ada tiga macam
triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi
waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui berbagai sumber. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik berbeda. Sedangkan
triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
Pengecekan
sejawat dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang didapatkan dalam bentuk
diskusi dengan rekan-rekan
sejawat. Dengan diskusi
akan menghasilkan
masukan dalam bentuk kritik, saran, arahan, dan lain-lain sebagai bahan
pertimbangan berharga bagi proses pengumpulan data selanjutnya dan analisis
data sementara serta analisis data akhir.
8.
Tahapan-Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan
penelitian dalam penelitian kualitatif menurut Moleong seperti dikutip oleh Ahmad Tanzeh terdiri
dari tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisa data, dan tahap
pelaporan hasil penelitian.
Dalam tahap pralapangan, peneliti melakukan
persiapan yang terkait dengan kegiatan penelitian, misalnya mengirim surat ijin
ke tempat penelitian. Apabila tahap pralapangan sudah berhasil dilaksanakan,
peneliti melanjutkan ke tahap berikutnya sampai pada tahap pelaporan penelitian
tentang peran kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru di MIN Model
Prigi dan MI Margomulyo Watulimo Trenggalek.
Penelitian
ini direncanakan mulai 28 Mei 2013 sampai dengan 24
Agustus 2013. Akan tetapi bila data yang dikumpulkan dirasa belum mencukupi
maka peneliti akan memeperpanjang waktu penelitian hingga tanggal 7 September
2013.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan tesis ini dibagi menjadi enam bab,
yaitu:
Bab I: Pendahuluan, membahas tentang: Latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan
penegasan istilah.
Bab II: Kajian pustaka, membahas tentang: Peran kepala
madrasah, kinerja guru, serta hasil penelitian terdahulu.
Bab III: Metode penelitian, membahas tentang: Pendekatan
dan rancangan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,
teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, serta
tahapan-tahapan penelitian.
Bab IV: Paparan data dan temuan penelitian, membahas
tentang: Visi dan misi madrasah serta peran kepala madrasah sebagai leader
(pemimpin), manajer, supervisor, administrator, motivator dalam meningkatkan
kinerja guru.
Bab V: Pembahasan temuan penelitian
BabVI: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
Arikunto, Suharsimi, Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rineka Cipta,
1992.
_______, Prosedur Penelitian, Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Badudu, Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001.
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial:
Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
Daryanto, Peran
Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media, 2011.
Dirawat, dkk., Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
Mantja, W., Etnografi: Desain Penelitian
Kualitatif dan Manajemen Pendidikan. Malang: Wineka Media, 2005.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin,
1989.
Mulyasa, E., Manajemen Berbasis sekolah: Konsep
Strategi dan Implementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003.
_________, Menjadi Kepala Sekolah Profesional
dalam Konteks Mensukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Nawawi, Hadari,
dan Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2004.
Ndraha, Taliziduhu, Pengantar
Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995.
Sagala, Syaiful, Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2010.
Siagian,
Sondang P., Manajemen Stategik. Jakarta: PT. Bumi Aksara,1994.
______, Metode Penelitian Pendidikan
Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
Tanzeh, Ahmad, & Suyitno, Dasar-DasarPenelitian. Surabaya: Elkaf,
2006.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya. Bandung: PT. Citra Umbara, 2003.
Wahjusumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik
dan Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003.
Wiraatmadja, Rochiati,
Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosda Karya, 2007.
Sondang P. Siagian, Manajemen
Stategik (Jakarta: PT. Bumi Aksara,1994), h. 46.
Badudu Zein, Kamus
Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan), h. 697.