PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Menembus Penerbit Mayor Bukan Mission Impossible

09/03/2023

Menembus Penerbit Mayor Bukan Mission Impossible

MENEMBUS PENERBIT MAYOR BUKAN MISSION IMPOSSIBLE

Oleh: Nanang M. Safa

 


Tema                          : Menjadi Penulis Penerbit Mayor

Judul                          : Menembus Penerbit Mayor Bukan Mission Impossible

Pertemuan ke           : 26

Gelombang ke          : 28

Nara Sumber             : Joko Irawan Mumpuni

Moderator                  : Raliyanti

 

Istilah penerbit mayor merujuk pada penerbit yang sudah memiliki terbitan buku puluhan ribu judul dan setiap tahunnya harus menerbitkan ratusan judul buku secara konsisten. Makanya untuk bisa menjadi penerbit mayor diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bisa sampai puluhan tahun. Salah satu penerbit mayor yang tetap eksis di tengah terjangan arus digital adalah Penerbit Andi Yogyakarta.

Joko Irawan Mumpumi (Direktur Penerbitan Penerbit Andi Yogyakarta yang juga anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY dan Asesor BNSP) yang menjadi nara sumber pertemuan ke-26 pada Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI berbagi informasi berkaitan dengan cara menembus penerbit mayor.

Ada dua kategori jenis buku yakni buku teks yaitu buku yang digunakan di sekolah (buku pelajaran) dan buku yang digunakan di kampus (buku perguruan tinggi), serta buku non teks yaitu buku-buku populer. Buku-buku non teks dikelompokkan lagi menjadi dua yakni buku fiksi dan buku non fiksi. sedangkan buku perguruan tinggi dikelompokkan menjadi buku eksak dan buku non eksak.

Ketika Anda ingin menerbitkan buku Anda di penerbit mayor maka Anda harus mengenali jenis-jenis tulisan yang diminati pembaca. Trend terakhir menunjukkan bahwa buku jenis fiksi paling diminati pembaca (75%), disusul buku non fiksi (41%), buku bisnis (33%), buku sains populer (31%), buku literatur hobi (24%), dan buku literatur sains (22%).

Ditinjau dari sisi pembaca, orang membeli buku karena memang suka membaca menempati posisi paling tinggi (49%), membeli buku untuk belajar/bekerja (27%), membeli buku untuk menghilangkan stres (15%), dan membeli buku untuk hadiah (8%).

Hal-hal yang mendorong seseorang membeli buku secara berurutan adalah membeli buku karena keputusan sendiri (49%), karena adanya harga diskon (43%), karena bukunya memenangkan penghargaan (41%), karena rekomendasi teman (33%), karena melihat/membaca review bloger (27%), dan karena bukunya telah difilmkan (6%).

Sedangkan trend orang Indonesia dalam membeli buku paling tinggi tetap membeli buku cetak di toko buku secara langsung (73%), membeli buku cetak di toko online (55%), download gratis (31%), membeli ebook di toko online (27%), melalui subkripsi berbayar (6%), melalui audio di toko online (2%), dan membeli buku dalam bentuk CD audiobook (1%).

Rendahnya tingkat literasi masyarakat ikut mempengaruhi industri perbukuan di Indonesia. Rendahnya tingkat literasi tersebut dapat dideteksi dari rendahnya minat baca dan minat tulis serta terjadinya banyak pembajakan dan pelanggaran hak cipta.

Masing-masing penerbit mayor tentu memiliki tata aturan dan sistem seleksi naskah buku yang berbeda. Bagi penerbit Andi salah satu penentu bagi lolosnya naskah buku di Penerbit Andi adalah trend dari google trend. Agar naskah buku bisa diterbitkan di penerbit Andi, jumlah sitasi minimal 2000. Dalam hal ini penerbit Andi berpedoman pada data dari Google Scholar/Google Cendekia. Selain itu reputasi penulis juga masuk pertimbangan utama.

Penerbit mayor tentu tidak mau ambil resiko dengan menerbitkan buku-buku yang tidak laku di pasaran. Penolakan tersebut mayoritas disebabkan tema yang ditulis tidak lagi menjadi trend atau penulisnya belum memiliki reputasi di dunia kepenulisan. Maka bagi penulis pemula jika ingin bukunya bisa menembus penerbit mayor hanya ada dua cara yakni menulis buku dengan tema yang sedang menjadi trend atau berkolaborasi dengan penulis kondang yang sedang menjadi buruan pembaca.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...