PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Proofreading Sebelum Posting

06/02/2023

Proofreading Sebelum Posting

 

PROOFREADING SEBELUM POSTING

Oleh: Nanang M. Safa

 


Tema                          : Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Judul                          : Proofreading Sebelum posting

Pertemuan ke           : 12
Gelombang ke          : 28

Nara Sumber             : Susanto, S.Pd

Moderator                  : Helwiyah, S.Pd, M.M

 

Ada istilah proofreading (orangnya dinamakan proofreader) dan editing (orangnya disebut editor) dalam dunia kepenulisan. Masih banyak orang, tak terkecuali para penulis sendiri yang menganggap keduanya sama saja. Padahal keduanya mirip namun tak persis sama. Persamaannya ada pada tanggung jawabnya yakni memeriksa serta memperbaiki kesalahan pada naskah buku sebelum siap cetak. Editor bertanggungjawab penuh terhadap naskah buku secara keseluruhan, termasuk pada penempatan tanda baca dan struktur kalimatnya, sedangkan tugas  proofreader tidak sedalam itu. Tugas utama seorang  proofreader lebih pada memeriksa dan membaca teks/naskah untuk memastikan kualitas ejaan dan kesalahan gramatika, termasuk penempatan tanda baca hingga kesesuaian penggunaan huruf kapital dan huruf kecil. Bisa diibaratkan, editor itu seorang dokter bedah sedangkan proofreader memastikan pasien yang akan dibedah siap serta memastikan hasil bedahnya rapi dan bagus.

Jika ingin memahami lebih lanjut tentang proofreading (tugas proofreader), saya ajak Anda menyimak materi yang disampaikan Susanto yang menjadi nara sumber pertemuan ke-12 Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI berikut ini.

Tulisan yang baik adalah tulisan yang minim typo (salah ketik/salah tulis). Tulisan yang baik adalah tulisan yang mudah difahami. Semuanya ini berkaitan erat dengan tugas seorang proofreader.

Proofreading dilakukan sesudah naskah jadi. Seorang penulis (apalagi penulis pemula) sebisa mungkin hendaknya menghindari proofreading ketika tulisan baru separo jalan alias belum jadi. Pada kegiatan proofreading, silahkan Anda periksa ejaan, tanda baca, penggunaan huruf kapital, juga struktur kalimatnya. Maka senjata utama seorang proofreader adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang sejak 16 Agustus 2022 kembali pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Ketetapan itu merujuk pada Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Proofreading yang dilakukan pada jenis tulisan yang berbeda tentu juga berbeda. Misalnya ketika seorang proofreader melakukan proofreading naskah cerpen tentu akan berbeda ketika melakukan proofreading pada naskah ilmiah. Beberapa jurnal mewajibkan para penulis untuk memproofread artikel mereka terlebih dahulu sebelum dikirim ke editor. Tujuannya agar tulisan yang dikirim bisa diterima logika. Permasalahannya, jika Anda melakukan proofreading atas tulisan Anda sendiri, bisa jadi Anda merasa semua sudah logis dan dapat difahami.

Lalu bagaimana menyiasati hal seperti ini?

Dengan mengendapkan terlebih dahulu tulisan Anda, maka hal ini bisa dihindari. Anda bisa juga meminta orang lain untuk membaca tulisan Anda. tidak hanya satu orang. Anda bisa meminta teman Anda, istri Anda, atau orang-orang di sekitar Anda  untuk membaca tulisan Anda. Mereka bisa juga menjadi proofreader untuk tulisan Anda. Analoginya, pemain bola akan fokus dan merasa sudah benar menggiring serta menendang ke arah yang benar. Namun kenyataannya, penonton di tribun sepertinya lebih tahu ke arah mana seharusnya bola ditendang. Bukalah hati dan fikiran untuk menerima kritik dan saran.

Akhirnya yang perlu difahami adalah ketika menulis gunakanlah ilmu menulis. Janganlah menulis dengan dibayangi ketakutan struktur kalimatnya kacau, pilihan katanya amburadul, penggunaan tanda bacanya morat-marit, dan seterusnya. Rangkai huruf menjadi kata, rangkai kata menjadi kalimat, rangkai kalimat menjadi paragraf, dan rangkai paragraf menjadi naskah. Jangan terburu-buru menyuguhkannya ke pembaca. Biarkan saja dulu, lalu lakukan proofreading untuk memastikan bahwa tulisan yang akan Anda suguhkan benar-benar bebas dari kesalahan-kesalahan kecil yang bisa mengganggu kenikmatan pembaca.

Ingatlah! Bagi pemikir, buah fikirnya hanya akan bersemayam dalam fikiran jika tak diucapkan dan ditulis. Bagi pembicara, pembicaraannya hanya akan menguap lewat suara bila tak dituliskan. Bagi penulis, tulisannya hanya akan tersimpan dalam catatan jika tak dipublikasikan. Bagi penulis media, tulisnnya akan tertimpa materi tulisan lain jika tak dibukukan. Maka ucapkan dan tuliskan yang ada dalam fikiran. Publikasikan dan bukukan apa yang sudah ditulis agar banyak orang yang dapat membacanya. Abadikanlah dalam bentuk  kumpulan buah fikiran yang tertulis dan tersusun rapi dalam sebuah buku. Pada saatnya, tulisan-tulisan Anda akan menjadi bukti sejarah tentang keberadaan Anda di dunia.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...