MARI MEMPERINDAH RUMAH KITA
Oleh: Nanang M. Safa
"Sebaik-baik rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengan baik. Dan seburuk-buruk rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan jahat (diabaikan)"
Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwatkan oleh Ibnu Majah tersebut merupakan sindiran halus bagi kita untuk selalu memperhatikan keberadaan anak-anak yatim di sekitar kita. Makna rumah dalam arti luas tentu bukan sekedar sebuah bangunan fisik yang terdiri dari tiang atau dinding, sekat-sekat dan atap. Namun lebih dari itu pengertian rumah yang dimaksudkan di sini bisa saja lembaga, perusahaan, sekolah, instansi, masyarakat atau sebagai sebuah Negara. Dalam tulisan ini saya sengaja memfokuskan pada sekolah sebagai obyek pembahasan sesuai bidang kerja saya sebagai tenaga pendidik.
Sebuah sekolah merupakan sebuah gambaran utuh sebagai sebuah keluarga. Kepala sekolah sebagai kepala rumah tangga, guru dan tenaga kependidikan sebagai ibu dan siswa atau peserta didik sebagai anak-anaknya. Dalam hal ini tentu kepala sekolah sesuai kedudukan dan kapasitasnya memiliki tanggung jawab paling besar. Jika kita kembali pada hadits Rasulullah Muhammad SAW di atas maka sudah pasti jelek atau baiknya sebuah sekolah sangat tergantung pada peran dan program kepala sekolahnya. Termasuk dalam lingkup ini adalah perhatian dan kepedulian kepala sekolah terhadap keberadaan anak-anak yatim di sekolah yang dipimpinnya.
Data Anak Yatim
Istilah yang sering digunakan untuk menyebut anak-anak yang telah ditinggal mati orang tuanya sebelum masuk masa baligh (dewasa) adalah yatim (ditinggal mati bapaknya), piatu (ditinggal mati ibunya) atau yatim piatu (ditinggal mati bapak dan ibunya). Esensi dari ketiga istilah ini sebenarnya sama yang intinya adalah anak-anak yang telah kehilangan arang-orang yang mestinya bertanggung jawab terhadap hidupnya, dalam arti memenuhi kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan, dan kebutuhan fisik lain termasuk biaya pendidikan, kesehatan, dll), maupun kebutuhan psikisnya termasuk perhatian, kasih sayang, rasa aman, dll.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal tentu punya data lengkap mengenai seluruh siswa yang ada di sekolah tersebut. Data ini selain diperlukan untuk kepentingan formal (kedinasan), juga sangat diperlukan untuk kepentingan intern sekolah bersangkutan. Di sekolah tempat saya bertugas dari jumlah keseluruhan 680 siswa, ada 36 siswa yang berstatus yatim/piatu/yatim piatu.
Dalam sebuah kesempatan, penulis sempat berbincang dengan kepala sekolah tentang keadaan anak-anak yatim ini, hingga perbincangan tersebut sampai pada kesimpulan yang bermuara pada hadits Rasulullah Muhammad SAW tersebut yaitu bahwa mereka seharusnya memang mendapat perhatian lebih dibanding siswa lain yang tidak berstatus yatim, dalam arti harus diupayakan santunan. Selanjutnya kesempatan bagus tersebut penulis maksimalkan dengan memberikan sebuah ide (usulan) agar bulan Ramadlan yang sekaligus akan disusul bulan Syawal dijadikan sebagai bulan menyantuni anak-anak yatim dengan tema "Mari Memperindah Rumah Kita".
Sasaran Program
Sasaran utama pada program "Mari Memperindah Rumah Kita" adalah para pendidik dan tenaga kependidikan yang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil), dengan tetap membuka kran selebar-lebarnya bagi non PNS yang ingin ikut berpartisipasi. Dari 50 pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah ini, yang berstatus PNS sejumlah 36 orang. Dengan demikian jika saja satu orang PNS berkenan merelakan Rp. 400.000,- (Empat Ratus Ribu Rupiah) –tidak sampai seperempat gaji pokok satu bulan untuk PNS golongan III/a- maka akan terkumpul dana Rp. 14.400.000,- (Empat Belas Juta Empat Ratus Ribu Rupiah). Dengan demikian tiap anak yatim akan mendapatkan santunan sebesar Rp. 550.000,- (Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Jumlah tersebut memang masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadlan dan Idhul Fitri untuk 25 anak yatim yang terdata di sekolah kami. Namun setidaknya sebagai langkah awal sudah cukup memberikan angin segar untuk melanjutkannya di bulan Ramadlan berikutnya. Dan setidaknya lagi bisa dijadikan motivasi bagi kami untuk lebih memperhatikan anak-anak yatim di sekolah kami (baca: rumah kami).
Tawaran Surga
Islam sangat memperhatikan keberadaan anak-anak yatim. Allah telah menegaskan bahwa orang-orang Islam yang tidak perduli terhadap anak-anak yatim termasuk salah seorang pendusta agama (Islam) dan sudah pasti nantinya akan berada di neraka bersama orang-orang yang enggan bersedekah, orang-orang yang shalat semau-maunya dan orang-orang yang berbuat riya' (suka pamer) sebagaimana yang tercantum dalam Qur'an surat al Ma'uun.
Sebaliknya Islam sangat menghargai orang-orang yang perduli terhadap keberadaan anak-anak yatim sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Muhammad SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang artinya; "Aku dan orang-orang yang menyayangi anak yatim di surga seperti ini. Rasululloh menunjukkan telunjuk dan jari tengahnya, serta beliau merenggangkan antara keduanya". Isyarat ini menggambarkan besarnya penghargaan Rasululloh SAW terhadap orang-orang yang dengan tulus ikhlas mau memperhatikan anak-anak yatim. Jadi kenapa tawaran surga yang ada di depan mata tidak segera Anda raih?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...