PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Diklat Publikasi Ilmiah bagi Guru antara Tuntutan dan Kebutuhan

06/02/2023

Diklat Publikasi Ilmiah bagi Guru antara Tuntutan dan Kebutuhan

 

DIKLAT PUBLIKASI ILMIAH BAGI GURU

ANTARA TUNTUTAN DAN KEBUTUHAN

Oleh: Nanang M. Safa

 

Menghasilkan publikasi ilmiah adalah salah satu tuntuan bagi seseorang yang berprofesi sebagai guru. Sebagaimana dinyatakan dalam Permen PAN-RB  Nomor 16 Tahun 2009. Pada BAB VII pasal 16  jelas dinyatakan bahwa untuk kenaikan pangkat dan golongan bagi guru dari III/a sampai ke IV/e, guru disyaratkan memiliki karya tulis ilmiah, termasuk dalam bentuk buku. Namun kenyataannya, sedikit sekali guru yang dapat menghasilkan publikasi ilmiah yang bisa memenuhi ketentuan Permen PAN-RB tersebut. Hal ini tentu saja dapat merugikan guru itu sendiri maupun lembaga pendidikan tempat di mana dia ditugaskan.

Seperti pernah dikemukakan Sulistiyo, mantan ketua PGRI bahwa ada sekitar 800.000 guru yang stagnan di IV/a karena tidak bisa membuat karya tulis ilmiah. Di SD, sebanyak 30,4 persen guru terhenti di golongan IV/a. Di SMP, guru golongan IV/a sebanyak 28,3 persen. Hanya sedikit yang bisa ke golongan IV/b ke atas, bahkan tidak ada guru SD dan SMP yang bisa ke IV/e (Kompas, 6/11/2014).

 

Sejalan dengan Program Literasi Sekolah

Gong literasi telah ditabuh. Pemerintah sepertinya tidak ingin tertinggal lebih jauh lagi dengan negara tetangga. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama kini sedang menggalakkan literasi bagi peserta didik dan tenaga pendidik.

Literasi terutama berkaitan langsung dengan kegiatan membaca dan menghasilkan karya tulis. Keterampilan membaca berperan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Membaca adalah gerbang pengetahuan. Tentu semua sudah maklum bahwa siapapun yang malas membaca maka akan sempit pengetahuan. Orang yang sempit pengetahuan tentu juga akan miskin inovasi. Menghasilkan karya tulis menjadi bukti otentik bagi bangsa yang suka membaca. Karya tulis yang dipublikasikan di media massa, baik cetak maupun elektronik menjadi bukti nyata bahwa bangsa tersebut memang bangsa yang cinta ilmu pengetahuan dan memiliki peradaban yang maju. Sebesar apapun suatu bangsa jika tidak diabadikan dalam karya tulis maka dalam kurun tidak lama bangsa tersebut akan terhapus dari sejarah dunia.

Menulis adalah bagian dari program literasi yang harus dikembangkan di lembaga pendidikan, termasuk madrasah. Sedangkan guru adalah nara sumber dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang tentu saja sangat kaya ide, inspirasi, dan pengalaman, baik yang berkenaan langsung dengan bidang ilmu yang diajarkan maupun ide-ide lain yang diperolehnya dalam berbagai kegiatan kependidikan.

Minimnya jumlah guru yang menghasilkan publikasi ilmiah tentu saja merupakan sebuah keprihatinan yang memiriskan. Dapat dibayangkan seandainya saja menghasilkan publikasi ilmiah tidak dimasukkan dalam prasyarat untuk kenaikan pangkat, maka guru yang mau menulis mungkin bisa dihitung dengan jari.

 

Antara Tuntutan dan Kebutuhan

Pendidikan dan Pelatihan (diklat) bukanlah sekedar untuk memenuhi tuntutan atau untuk mendulang angka kredit semata yang diperlukan untuk kenaikan pangkat. Pelaksanaan diklat mengintegrasikan teori dan praktik serta internalisasi nilai-nilai keagamaan secara inhern artinya para peserta diklat dikondisikan sedemikian rupa sehingga sepulang mengikuti diklat para peserta benar-benar merasa mengalami perubahan berarti dibanding sebelum mengikuti diklat. Bagi seorang guru, menghasilkan publikasi ilmiah seharusnya tidak hanya dipandang sebagai sebuah tuntutan, namun harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan mutlak atas nama ilmu pengetahuan. Inilah yang seharusnya dijadikan landasan berfikir para guru agar lebih bersemangat mengikuti diklat.

Ingat! Perubahan besar selalu diawali dengan tulisan. Banyak sejarah yang telah menjadi saksi. Perubahan sosial, politik, ekonomi, serta pendidikan banyak diawali dari gerakan menulis. Kata menjadi kalimat, kalimat menjadi konsep, konsep menjadi teori, teori menjadi disiplin ilmu. Sebuah perjalanan panjang dalam dunia ilmiah yang akan menjadi ruh dalam setiap perubahan. Penulis hebat pasti menjadi ikon penting dalam sejarah perubahan. Konstribusi penulis hebat akan selalu dikenang dan menjadi karya yang tidak terlupakan di setiap zaman, bahkan dalam dekade dan rentang waktu yang sangat panjang.

Jika saja seorang guru menyadari akan kebutuhan dan arti pentingnya menghasilkan publikasi ilmiah, maka tidak akan ada kata ogah atau malas untuk mengikuti diklat publikasi ilmiah. Bahkan dia akan senang hati dan merasa bersyukur mendapat kesempatan langka untuk mengikuti diklat publikasi ilmiah tersebut.

Prinsipnya adalah bahwa apapun yang terjadi, sebagai seseorang yang telah mengikrarkan diri sebagai seorang pencinta dan pengemban ilmu pengetahuan (guru), maka kita harus sepenuh hati untuk nawaitu thalabul ilmi di manapun ilmu itu berada. Bukankah tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan? Bukankah tidak ada kemudahan tanpa kesulitan? Bukankah tidak ada ilmu pengetahuan tanpa niat dan tekad untuk mendapatkannya? Dan bukankah para bijak menyatakan “If we think can do the best, insya ALLAH we can do it”. Selanjutnya terserah Anda!

 

 

1 komentar:

  1. Perubahan Adalah hasil akhir dari semua pendidikan

    BalasHapus

Silahkan komentar ya...