PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Belajar Menulis Buku Ajar

25/02/2023

Belajar Menulis Buku Ajar

 

BELAJAR MENULIS BUKU AJAR

Oleh: Nanang M. Safa

 


Tema                          : Menulis Buku ajar

Judul                          : Belajar Menulis Buku Ajar

Pertemuan ke           : 19
Gelombang ke          : 28

Nara Sumber             : Dr. Mudafiatun Isriyah, M.Pd

Moderator                  : Mutmainah

 

Buku ajar merupakan sumber utama pembelajaran, dan orang yang paling berkompeten menulis buku ajar tiada lain adalah guru atau dosen. Mengapa demikian? Ya, karena guru atau dosenlah yang menguasai bidang ilmu yang diajarkannya. –untuk selanjutnya saya akan memfokuskan pembahasan pada guru–Guru juga sudah pasti memiliki kemampuan menulis karena syarat formal menjadi guru minimal berijazah Sarjana Strata 1 (S.1). Dan untuk mendapatkan gelar tersebut seseorang tentulah harus berhasil melewati serangkaian proses mulai dari mengadakan riset dan menulis laporan hasil riset tersebut untuk selanjutnya harus mempertanggungjawabkan secara ilmiah laporan hasil risetnya di ruang sidang di depan tim penguji. Guru juga pasti lebih mengenali para siswanya termasuk tentang karakteristik materi pelajaran yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Maka akan sangat baik jika guru sendirilah yang menulis buku ajar.

Buku ajar bisa diartikan sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, dalam hal ini guru. Buku ajar harus memuat maksud dan tujuan instruksional yang juga dilengkapi dengan sarana pengajaran yang mudah dipahami (https://penerbitdeepublish.com/pengertian-buku-ajar/).

Buku ajar ditulis sebagai media untuk membantu guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bagi guru kehadiran buku ajar akan sangat membantu mempermudah dalam menyampaikan materi pelajaran. Sementara bagi siswa dengan adanya buku ajar akan dapat memudahkan dalam mempelajari kembali materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga akan membantu meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran tersebut. Dengan adanya buku ajar, siswa tidak semata bergantung pada guru sebagai satu-satunya sumber informasi belajar, siswa bisa belajar di mana saja dan kapan saja, serta siswa dapat mengembangkan potensi belajarnya sesuai daya tangkap dan daya pemahamannya masing-masing.

 

Bagaimana Menulis Buku Ajar?

Jika guru ingin menulis buku ajar maka harus berpedoman pada trilogy pembelajaran yakni ada tujuan, ada strategi pembelajaran, dan ada penilaian (evaluasi). Seorang guru pada hakekatnya memiliki kewajiban untuk menulis buku ajar sendiri sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Seorang guru sudah pasti menguasai bidang ilmu pengetahuan tertentu sesuai kualifikasi pendidikannya, guru juga memiliki kemampuan berbahasa yang baik, dan yang paling penting guru memiliki komitmen.

Jika guru mau menulis buku ajar maka guru yang bersangkutan akan mendapatkan banyak keuntungan yakni bisa mendapatkan angka kredit yang akan bermanfaat bagi kenaikan pangkatnya, mendapatkan insentif, keuntungan finansial (mendapatkan royalty jika diterbitkan di penerbit mayor), meneguhkan eksistensi diri sebagai seorang guru, bisa menjadi bukti jejak keilmuannya, bisa membangun personal branding, serta bisa dijadikan sebagai media ekspresi di bidang literasi.

Guru adalah seorang peneliti dan pembelajar. Pengalaman dan kurikulum merupakan pegangan guru dalam menulis buku ajar. Buku ajar paling sederhana bagi seorang guru bisa berbentuk diktat, modul, buku petunjuk praktikum, dan naskah tutorial.

Ada hal yang harus dipahami oleh guru tentang perbedaan antara buku ajar dengan buku teks. Buku ajar ditulis dan dirancang khusus digunakan untuk siswa, dalam buku ajar dijelaskan tentang tujuan pembelajaran, buku ajar disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel, strukturnya disusun berdasarkan kompetensi yang akan dicapai, terdapat ruang latihan lazimnya berbentuk soal latihan, menyertakan rangkuman, kepadatan materi berdasarkan kebutuhan siswa, memiliki mekanisme untuk memunculkan feedback dari siswa, serta dilengkapi dengan petunjuk penggunaannya.

Sedangkan buku teks ditulis untuk pembaca umum dan dipasarkan secara luas, tidak selalu menjelaskan tujuan pembelajaran, disusun secara linier, strukturnya berdasarkan logika bidang ilmu, tidak selalu ada materi untuk latihan, tidak selalu disertai rangkuman, tidak selalu memiliki mekanisme untuk memunculkan feedback serta tidak memberikan petunjuk penggunaannya.

Menulis buku ajar dapat dilakukan dengan tiga cara:

1.  Penataan informasi (compilation text).

Seorang guru melakukan kompilasi bahan/materi dari berbagai sumber yang ada berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun.

2.  Pengemasan kembali (information repackaging).

Seorang guru melakukan pengemasan kembali dari sumber-sumber yang telah ada disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi yang ingin dicapai dalam RPP.

3.  Menulis sendiri (starting from scratch).

Seorang guru menulis sendiri berdasarkan kepakarannya sesuai mata pelajaran yang diampu.

Bagaimanakah Prosedur Penulisan Buku Ajar?

1.  Mengumpulkan seluruh buku, artikel jurnal ilmiah, dan sumber acuan lain yang digunakan dalam mata pelajaran.

2.  Menentukan bagian-bagian buku, artikel jurnal ilmiah, dan bagian dari sumber acuan lain yang digunakan perbahan kajian.

3.  Memfotokopi seluruh bagian dari sumber yang digunakan perbahan kajian.

4.  Memilah hasil fotokopi tersebut berdasarkan urutan bahan kajian.

5.  Membuat dan menulis halaman penyekat bahan untuk setiap bahan kajian.

6.  Bahan-bahan yang sudah dilengkapi dengan halaman penyekat untuk setiap bahan kajian kemudian dijilid rapi (selanjutnya difotokopi untuk dibagi kepada siswa).

7.  Membuat dan menulis pedoman guru dan pedoman siswa untuk mendampingi bahan yang sudah dikompilasi tersebut.

Selanjutnya, guru juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan materi agar buku ajar yang ditulis dapat memberikan manfaat nyata bagi guru maupun siswa. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1.     Prinsip relevansi.

Materi dalam buku ajar seharusnya dapat memberikan kontribusi nyata bagi ketercapaian tujuan pembelajaran dan kemampuan akhir. Misalnya jika kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa adalah menghafal fakta maka materi yang disajikan juga berupa fakta.

2.     Prinsip konsistensi.

Materi pembelajaran harus konsisten dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai. Jika kemampuan akhir yang harus dikuasai siswa tiga macam (pengetahuan, sikap, dan keterampilan), maka materi buku ajar yang harus dikembangkan juga harus meliputi tiga macam kemampuan tersebut.

3.     Prinsip kecukupan.

Materi yang dicantumkan dalam buku ajar hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kemampuan akhir yang diharapkan. Materi harus sesuai dengan porsinya, tidak kurang dan tidak lebih. Jika materinya terlalu sedikit maka akan kurang membantu ketercapaian tujuan pembelajaran dan kemampuan akhir. Sebaliknya, jika materinya terlalu banyak maka akan menyita waktu dan tenaga untuk hal-hal yang tidak perlu.

Pada bagian akhir tulisan ini saya hanya ingin menegaskan bahwa guru adalah figur inspiratif bagi siswa. Inilah ruang yang harus diisi oleh guru. Karya guru akan menjadi prasasti bagi siswa. Buku ajar yang ditulis oleh guru tentu saja sangat dinantikan oleh siswa. Jangan sia-siakan harapan mereka! Marilah menjadi guru yang kreatif!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...