AYO UNJUK KARYA DI BULAN BAHASA
Oleh: Nanang M. Safa
“Kami Poetra dan Poetri Indonesia
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia”
Demikianlah bunyi butir ketiga naskah Sumpah Pemuda yang diikrarkan oleh para pemuda dari barbagai penjuru nusantara pada 28 Oktober 1928. Rupanya, tak banyak orang tahu atau ingat, apalagi memperingati. Padahal bulan Oktober merupakan hari lahirnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Tak terasa di tahun 2022 bahasa Indonesia telah berusia 94 tahun. Usia tersebut sudah tidak muda lagi namun keberadaan Bulan Bahasa terasa masih asing di telinga masyarakat Indonesia.
Kelahiran Bahasa Indonesia yang bertolak dari peristiwa Sumpah Pemuda mengingatkan kita tentang arti pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa. Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mengidentifikasi tidak kurang dari 442 bahasa daerah di Indonesia. Bertolak dari keragaman itu, bangsa Indonesia menjadi sadar akan arti persatuan. Meskipun beragam latar bahasanya, bangsa Indonesia terhubung satu sama lain melalui bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Meskipun penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia cenderung tergusur oleh pemakaian bahasa asing, bahasa Indonesia masih tetap memegang fungsinya sebagai sarana komunikasi yang menyatukan bangsa Indonesia.
Konsekuensi bunyi butir ketiga Sumpah Pemuda adalah bahwa masyarakat Indonesia berkomitmen untuk menempatkan Bahasa Indonesia lebih tinggi dibanding bahasa lain baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Wujud dari komitmen tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam berbagai kesempatan. Selain itu ikut pula memperingati bulan bahasa dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. Bulan Bahasa melibatkan masyarakat luas, tidak hanya siswa, mahasiswa, guru, dan dosen, tetapi juga orang asing yang berada di luar negeri, sehingga tepat bila bulan bahasa menjadi momentum untuk menggairahkan Bahasa Indonesia di tengah masyarakat.
Dengan penyelenggaraan Bulan Bahasa dan Sastra setiap tahun, Pusat Bahasa selain berupaya membina dan mengembangkan Bahasa dan Sastra Indonesia, juga bertekad memelihara semangat dan peran serta masyarakat luas dalam menangani masalah bahasa dan sastra itu. Bahasa Indonesia yang selalu berkembang membentuk dinamika tersendiri. Perkembangannya menuntut pemeliharaan jati diri dan karakter bangsa Indonesia.
Peringatan bulan bahasa dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan kualitas berbahasa. Keterampilan berbahasa telah diajarkan pada siswa sejak bangku Sekolah Dasar (SD) bahkan pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Mendengar, membaca, menulis, dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa sesuai tingkat masing-masing pada setiap jenjangnya. Untuk memenuhi tuntutan tersebut maka tepat jika bulan bahasa dimanfaatkan sebagai ajang perlombaan dalam mengasah keterampilan berbahasa.
Mari berkarya. Meriahkan Bulan Bahasa dan Sastra dengan aksi dan kreasi. Budayakan membaca dan menulis di manapun Anda berada. Apalagi bagi Anda yang bersentuhan dengan dunia pendidikan. “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Demikianlah ungkapan salah seorang penyair besar Indonesia Pramoedya Ananta Toer bahwa menulis adalah bekerja untuk keabadian. Karena orang yang menuliskan ilmu dan pengetahuannya, baik di media online maupun di media cetak, tulisannya akan dibaca oleh khalayak yang tidak terbatas. Namanya terus dikenang bersama dengan karya-karyanya.
Banyak tokoh dunia yang mampu merubah dunia melalui pemikiran-pemikiran yang dituangkannya dalam tulisan. Jika pemikiran dan penemuan mereka tidak diabadikan dalam tulisan, maka sudah pasti saya dan Anda akan kesulitan mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu marilah kita isi momentum Bulan Bahasa dan Sastra dengan berkarya. Anda bisa menulis apapun yang dapat Anda tulis demi mengabadikan pemikiran di masa datang. Keterampilan berbahasa tidak cukup hanya dibuktikan dalam bentuk angka-angka yang berjejer rapi di buku rapor. Namun keterampilan berbahasa akan lebih nyata jika diwujudkan dalam bentuk karya tulis: puisi, cerpen, artikel, karya jurnalistik, dan berbagai karya tulis lain.
Memelihara bahasa Indonesia bukan hanya tugas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB), melainkan juga tugas seluruh rakyat Indonesia. Kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra yang diselenggarakan setiap tahun adalah upaya BPPB untuk membina dan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia, serta bertekad memelihara semangat dan meningkatkan peran serta masyarakat luas dalam menangani masalah bahasa dan sastra itu.
Jangan sampai Anda pintar luar biasa namun tidak satupun karya yang pernah Anda hasilkan. Hingga akhirnya seperti kata Pramoedya Ananta Toer, Anda akan hilang dari sejarah dan masyarakat. Karena itu menulislah untuk keabadian. Jadikan bulan bahasa sebagai momentum untuk menggelorakan semboyan “Ayo Unjuk Karya di Bulan Bahasa”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...