WASPADA! WRITER’S BLOCK
Oleh: Nanang M. Safa
Tema : Mengatasi Writer’s Block
Judul : Waspada! Writer’s Block
Pertemuan ke : 7
Gelombang ke : 28
Nara Sumber : Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr
Moderator : Raliyanti, S.Sos, M.Pd
Di dalam kesulitan pasti ada kemudahan. Kita sendiri yang menciptakan kesulitan demi kesulitan sehingga hidup menjadi terasa sulit. Lalu apa kaitannya dengan menulis?
Siapa pun yang ingin menjadi penulis hebat, maka harus siap dengan prosesnya. Tak bisa instan tentu. Diperlukan latihan dan ketekunan yang sungguh-sungguh. Tidak bisa sambil lalu, apalagi hanya menunggu kesempatan. Jika Anda benar-benar ingin menjadi seorang penulis maka Anda sendirilah yang harus menciptakan kesempatan itu.
Okeylah, saya sendiri belum merasa layak disebut sebagai penulis apalagi seorang penulis hebat. Saya baru memiliki lima belasan buku antologi bersama dan tiga buku solo. Namun setidaknya saya telah memulainya. Dan saya ingin mengajak Anda untuk mengejar ketertinggalan. Bukankah buku merupakan mahkota seorang penulis? Buku menjadi bukti eksistensi seseorang yang meneguhkan diri sebagai penulis, apalagi buku ber-ISBN.
Jika Anda sepakat bahwa menulis itu sangat bermanfaat maka apapun alasannya, entah karena iseng (pada mulanya), untuk mengisi waktu luang, karena hobi, karena passion, karena tuntutan profesi, atau karena apapun, maka menulis itu minimal bisa menjadi katarsis. Katarsis sendiri merupakan cara untuk melampiaskan emosi secara positif agar seseorang merasa lebih lega dan bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan perasaan yang lebih baik (https://www.alodokter.com/memahami-katarsis-pelepasan-emosi-yang-baik-untuk-kesehatan-mental).
Namun Anda harus ekstra waspada dengan virus yang bernama writer’s block. Virus ini sering menjangkiti para penulis, tak perduli para penulis hebat sekelas J.K. Rowling sekalipun, apalagi penulis pemula.
Apa sich wrtiter’s block itu?
Istilah writer’s block pertama kali diperkenalkan oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalisis dari Amerika Serikat tahun 1947. Bergler menyebut writer’s block sebagai salah satu dari sekian banyak manifestasi “masokisme psikis” atau sabotase diri, yang merupakan keinginan bawah sadar untuk mengalahkan kesadaran seseorang dan untuk menikmati kekalahan yang dibangun sendiri oleh orang yang bersangkutan (https://penerbitdeepublish.com/writers-block/). Jadi writer’s block itu merupakan jebakan bagi seorang penulis dimana dia merasa tidak memiliki kemampuan untuk bergerak maju dan menulis sesuatu yang baru. Secara simpel writer’s block itu adalah kondisi dimana seorang penulis mengalami kebuntuan dalam menulis. Kebuntuan ini jika tidak segera disadari dan dilawan maka akan membuat penulis bersangkutan kurang atau bahkan tidak produktif lagi menulis.
Writer’s block ibarat sebuah virus yang bisa menjangkiti seorang penulis kapan pun. Writer’s block bisa menjangkiti penulis dalam hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, bahkan tahun, tergantung seberapa cepat seorang penulis menyadari dan mengatasinya.
Ditta Widya Utami yang menjadi nara sumber pada Kelas Menulis Belajar Nusantara (KBMN) PGRI pertemuan ke-7 menjelaskan beberapa hal yang dapat mengakibatkan writer’s block.
Pertama: Mencoba metode atau topik baru dalam menulis. Hal ini sebenarnya seperti pisau bermata dua. Di satu sisi bisa menjadi penyebab munculnya writer’s block namun di lain sisi justru bisa menjadi obat untuk writer’s block itu sendiri. Bisa menjadi penyebab misalnya, Anda senang menulis cerpen atau puisi, lalu tiba-tiba Anda harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang jauh berbeda. Jika Anda tak lekas beradaptasi, bisa jadi Anda malah akan terserang virus writer’s block.
Lalu bagaimana hal ini bisa menjadi salah satu obat writer’s block?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, Anda harus mengetahui lebih dulu penyebab writer’s block kedua dan ketiga.
Kedua: Terjadinya stress yang merupakan manifestasi dari ketegangan jiwa, tekanan batin, dan kelelahan fisik. Di sinilah Anda butuh rehat sejenak dan refreshing. Nah, menulis hal-hal baru yang berbeda dengan yang biasa Anda tulis tentu akan memberikan pengalaman yang menyenangkan. Saya pun juga telah mempraktekkannya. Di kala saya mengalami kebosanan menulis hal-hal yang serius maka saya akan beralih menulis puisi atau cerpen, atau juga menulis dalam bahasa Jawa sebagai refreshing. Dan ternyata benar adanya, cara ini cukup ampuh untuk mengobati writer’s block yang menjangkiti saya.
Ketiga: Terlalu perfeksionis. Hal positif sekalipun jika sudah terkontaminasi kata “terlalu” tentu tidak positif lagi. Termasuk ketika Anda terlalu perfeksionis dalam menulis, semisal apakah tulisan Anda benar-benar sudah sesuai dengan kaidah penulisan tata bahasa yang baik dan benar. Atau apakah tulisan Anda sudah benar-benar terbebas dari typo (salah ketik). Atau apakah tulisan Anda akan dibaca banyak orang, dan seterusnya. Sudahlah, ikuti saja jari-jari Anda ingin mengetik apa. Bebaskan saja pikiran Anda mengembara ke mana. Tak perlu Anda paksa untuk menjadi sempurna. Yakin saja, pada saatnya tulisan Anda akan menemui takdirnya sendiri.
Selanjutnya saya ingin mengajak Anda mempelajari cara mengatasi writer’s block.
Cara pertama yang bisa dilakukan adalah Anda harus menulis hal-hal yang membuat Anda senang, termasuk genre tulisan yang membuat Anda merasa lebih nyaman di dalamnya. Fiksi atau non fiksi, silahkan saja. Keduanya sama-sama istimewa dan bisa membawa Anda meraih mahkota Anda sebagai seorang penulis.
Cara kedua, silahkan Anda pilih waktu yang tepat. Andalah yang paling tahu kapan saatnya Anda harus mulai menulis dan kapan saatnya harus beristirahat. Setelah salat subuh, saat jeda istirahat, atau sebelum tidur malam. Silahkan Anda tentukan sendiri.
Cara ketiga, Anda tidak perlu terjebak dengan pernyataan “tulisan yang baik adalah tulisan yang dibaca banyak orang”. Anda bisa merubahnya menjadi “jikapun tulisan saya dibaca oleh beberapa orang saja, berarti tulisan saya tersebut memberikan manfaat bagi dia”. Bukankah lebih baik tulisan kita dibaca sedikit orang tapi bisa memberikan manfaat atau bisa menginspirasinya, daripada dibaca banyak orang tapi hanya sekedar pengisi waktu luang saja?
Cara keempat, ketika Anda mengalami keraguan saat menulis, karena ide mandek di tengah jalan atau penyebab lainnya, cobalah untuk melakukan teknik free writing alias menulis bebas. Saat mandek misalnya, coba tulis saja: "Sekarang ini saya sedang buntu menulis. Entah mengapa tiba-tiba mandek. Seperti sedang berlari sprint lantas menabrak tembok..., dan seterusnya." Atau bisa juga, "Jujur, saat ini saya ragu. Ragu jika tulisan saya ini tak seindah pelangi, seharum mawar, atau sebaik intan yang akan dipandang banyak orang. Banyak ketakutan yang muncul dalam benak saya.., dan seterusnyat". Dengan teknik free writing (biarkan tangan menulis dan ide muncul belakangan, tak perlu bingung benar salah yang penting nulis). Dengan teknik free writing, insya Allah virus writer’s block akan hilang dengan sendirinya.
Anda harus ingat satu hal, bagian paling sulit untuk menghilangkan writer’s block adalah tidak percaya diri dengan tulisan Anda sendiri. Perbanyaklah membaca sesuai keperluan Anda. Misalnya, ketika Anda ingin menulis cerpen maka perbanyaklah membaca cerpen, dan seterusnya. Jangan lupa, membacanya harus seperti kacang goreng. Dinikmati, diresapi kata-katanya, kenali diksi yang digunakan, dan sebagainya. Bukankah makan kacang goreng lebih nikmat bila perlahan, bukan sekaligus
Nikmatilah masa-masa di mana Anda bisa menikmati proses menulis itu sendiri. Ingatlah kembali niat awal Anda menulis. Sertai do’a agar Allah menolong Anda. Tidak usah terlalu cemas dengan penilaian dan komentar orang lain. Jika baik jadikan motivasi, jika jelek abaikan saja daripada membunuh semangat Anda. Orang yang mengkritik Anda pun memiliki banyak kekurangan.
Ada kata bijak yang mengatakan, "It doesn't matter how brilliant is your brain. If u do not speak up, it would be zero." Tidak peduli seberapa cemerlang otak Anda. Jika Anda tidak berbicara, itu akan menjadi nol alias tidak berarti apa-apa. Mari tuangkan dan sampaikan ide-ide Anda, pemikiran pemikiran Anda, perasaan-perasaan Anda agar menjadi lebih bermakna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...