SIMBIOSIS MUTUALISME ALA ORANG KAMPUNG
Anda masih ingat isitilah simbiosis mutualisme?
Istilah ini seingat saya identik dengan pelajaran biologi. Simbiosis mutualisme ialah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis namun saling menguntungkan satu sama lain. Hubungan ini sangat positif karena kedua belah pihak sama-sama diuntungkan (https://ditsmp.kemdikbud.go.id/tiga-simbiosis-yang-terjadi-dalam-kehidupan-mutualisme-komensalisme-dan-parasitisme/).
Dalam simbiosis mutualisme sering dicontohkan interaksi antara bunga dan lebah atau antara kerbau dan burung jalak. Bunga akan diuntungkan dengan datangnya lebah yang mengisap madunya, berpindah dari satu bunga ke bunga lain, Dengan cara ini si lebah dapat membantu proses pembuahan. Di lain pihak, si lebah juga sangat diuntungkan dengan madu yang dihasilkan bunga. Lebah bisa mengumpulkan banyak madu sebagai makanan cadangan. Demikian juga dalam interaksi antara kerbau dan burung jalak. Kerbau sangat diuntungkan dengan kedatangan burung jalak yang begitu telaten mencari kutu yang sembunyi di sela bulu-bulunya. Di lain pihak, si kerbau juga sangat diuntungkan karena bisa mendapatkan makanan gratis sumber protein.
Jika kita tarik dalam arena kehidupan yang lebih luas, istilah simbiosis mutualisme menyangkut segala hubungan yang saling menguntungkan. Inilah hal remeh-temeh yang ingin saya tulis kali ini.
Saya memiliki beberapa petak kebun warisan orang tua saya dan juga hasil tabungan sendiri. Kebun-kebun tersebut telah ditanami beberapa jenis tanaman. Namun sayangnya, karena rutinitas keseharian saya yang tidak ada kaitannya dengan berkebun, akhirnya lahan kebun saya kurang terurus. Memang sangat disayangkan.
Tentu Ada rasa bersalah dalam diri saya. Saya ingat betul dengan jerih payah ayah dan ibu saya dulu. Mereka begitu telaten dan rajin mengolah, menanam, dan merawat beragam tanaman yang ada di lahan perkebunan tersebut. Hasil kebun juga yang telah mengantarkan kami (lima bersaudara) lulus perguruan tinggi. Kebun-kebun tersebut adalah buah keringat dan perjuangan ayah ibu saya. Namun apa boleh buat, saya tetap tidak bisa mengelolanya dengan baik. Jangankan untuk mengolahnya, untuk sekedar menyambanginya saja belum tentu bisa saya lakukan setiap sebulan sekali. Maka jadilah lahan kebun tersebut dipenuhi rumput liar setinggi lutut bahkan lebih. Akibat lanjutannya tentu hasilnyapun menurun jauh, tidak sebanyak dulu. Lalu muncullah simbiosis mutualisme ala orang kampung seperti yang saya tulis pada judul di atas.
Sekitar tiga bulan lalu datanglah tetangga jauh saya bertamu ke rumah saya. Pak Mat namanya. Pak Mat meminta izin kepada saya untuk mengolah lahan kebun saya yang kebetulan dekat dengan rumahnya. Dengan senang hati tentu saya mengizinkannya dengan beberapa persyaratan. Bukan apa-apa, persyaratan ini semata-mata hanya untuk menegaskan agar tidak timbul masalah di kemudian hari. Inti dari persyaratan yang saya ajukan adalah saya mengizinkannya asalkan tidak sampai merusak tanaman yang telah ada. Selain itu saya minta agar tanaman baru yang akan ditanam Pak Mat di lahan kebun saya bukan tanaman berumur panjang apalagi tanaman permanen, seperti durian, pisang, kelapa, dan sejenisnya. Pak Mat mengiyakan persyaratan yang saya ajukan. Akhirnya jadilah Pak Mat mengolah lahan kebun saya.
Dua bulan berikutnya, saya sempatkan nyambangi (menengok) kebun saya tersebut. Sungguh nyata perubahannya. Saya lihat lahan kebun saya menghijau. Pohon singkong berderet rapi begitu suburnya. Rupanya Pak Mat memang seorang pekerja keras. Menurut perkiraan saya sekitar tiga bulan lagi pohon singkong tersebut sudah bisa dipanen.
Di sisi lain, yang membuat saya ikut senang, kelapa genjah entok saya ikut terawat dengan baik. Rumput liar di sekitarnya tidak ada lagi. Dulu bibit kelapa saya ini hampir tidak kelihatan pertumbuhannya, dari bulan ke bulan tetap begitu-begitu saja. Kemudian muncul inisiatif saya untuk menebangi pohon kakao (coklat) yang hasilnya menurut perhitungan saya jauh dari memuaskan. Dan benar adanya, ternyata setelah belasan pohon kakao tersebut saya tebang habis, bibit kelapa genjah entok saya mulai kelihatan pertumbuhannya. Dan sekarang, lebih terbantu lagi oleh Pak Mat yang mengolah lahan kebun saya.
Inilah simbiosis mutualisme ala orang kampung. Pak Mat untung, saya pun untung. Pak Mat senang, saya pun ikut senang. Pak Mat panen, saya pun ikut panen.
Selamat bekerja Pak Mat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...