KOLEKSI MAINAN ANAK-ANAK SAYA
Dunia anak-anak adalah dunia permainan. Masa kanak-kanak adalah masa bermain. Maka sangat wajar jika hampir semua anak-anak menyukai mainan. Jika ada anak-anak yang tidak menyukai mainan justru akan menimbulkan pertanyaan, “Ada apa dengan si anak?” Dan jawabannya bisa saja si anak adalah anak istimewa yang memang tidak seperti anak kebanyakan. Atau justru kebalikannya, si anak adalah anak abnormal yang juga tidak seperti anak kebanyakan.
Ketika anak Anda sedang bermain, di situlah sebenarnya mereka sedang berimajinasi, bereksplorasi, dan berkreatifitas. Dalam bermain tersebut anak-anak sedang belajar untuk memahami diri sendiri (apa yang hendak dimainkannya, di mana dia akan bermain, dengan siapa dia akan bermain, dan kapan dia akan bermain), belajar mengendalikan emosinya, dan belajar memenuhi kebutuhannya.
Ketika bermain, anak Anda juga sedang belajar meningkatkan rasa percaya dirinya. Bermain tentu membutuhkan pengetahuan dan keterampilan. Tiap-tiap permainan tentu memiliki tingkat kesulitan berbeda. Apalagi jika permainan tersebut merupakan permainan baru bagi si anak. Coba Anda perhatikan anak Anda ketika bermain. Pertama pasti mereka akan enggan dan malu-malu untuk melakukannya. Kemudian lambat laun mereka mulai memegangnya dan selanjutnya memainkannya hingga akhirnya tanpa diajakpun mereka akan bermain sendiri atau justru akan mengajak Anda untuk bermain. Nah, di situlah rasa percaya diri anak Anda terpupuk.
Masih banyak lagi manfaat permainan bagi anak-anak hingga di dunia pendidikan pun muncul istilah “bermain sambil belajar”, atau dibaca dari belakang “belajar sambil bermain”. Toch ruhnya sama yakni mengajak anak-anak untuk bisa menikmati dunianya sekaligus mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
Selanjutnya saya ingin berbagi cerita dengan Anda tentang koleksi mainan anak-anak saya.
Anda tentu juga sudah membaca cerita saya sebelumnya tentang keempat anak saya pada judul tulisan: “Ayo Mengenali Bakat Anak-Anak Kita”. Dalam tulisan remeh-temeh tersebut saya sudah menceritakan cukup panjang tentang bakat anak-anak saya. Intinya saya ini memiliki 4 anak, 3 putera dan 1 puteri.
Mengapa saya sampaikan ini? Ya, agar saya mudah untuk mengawali cerita saya saja. Dengan 4 anak ini, tentu saya menghabiskan banyak waktu untuk bermain dengan anak-anak saya kan? Jadi Anda tidak usah ragu-ragu lagi bahwa yang saya tulis ini fakta bukan fiksi.
Anak-anak lazimnya memang suka kepada mainan. Rasa sukanya ini secara otomatis akan mendorongnya untuk mengoleksi mainan. Mainan yang saya maksud di sini adalah apa saja yang menjadikan anak asyik berlama-lama bersamanya yakni berupa benda-benda nyata. Bukan mainan dalam bentuk aplikasi semisal game online dan sejenisnya yang sekarang memang sedang booming di kalangan anak-anak dan remaja.
Lalu apa istimewanya dengan mengoleksi mainan? Apakah saya ingin pamer tentang koleksi mainan anak-anak saya? Ya, tentu saja. Anda tahu, koleksi mainan anak saya ada satu peti penuh. Sejak si sulung sampai si bungsu peti kayu tersebut masih setia menemani anak-anak saya bermain. Isinya pun silih berganti, datang dan pergi, hilang satu tumbuh sepuluh.
Anda tahu apa koleksi mainan anak-anak saya?
Tak pernah sekalipun saya membelikan anak saya mainan sebenar-benarnya mainan, seperti anak-anak kebanyakan. Sejak pertama saya memang berprinsip “Apapun bisa dijadikan mainan. Jadi untuk apa membeli mainan mahal. Toch pada akhirnya hanya terbuang percuma.”
Anda juga sudah pasti hafal kebiasaan anak-anak. Mereka adalah tipe yang tidak setia. Ketika menginginkan sebuah mainan mereka akan merengek, merayu, bahkan meraung-raung untuk bisa mendapatkannya. Namun ketika mainan tersebut telah berhasil dimilikinya maka tak berapa lama mainan tersebut akan diterlantarkannya atau dimutilasi lalu dilemparkan begitu saja. Nah lo, kasihan banget kan si mainan. Maka sekali lagi, tak pernah sekalipun saya membelikan mainan mahal untuk anak-anak saya.
Pernah dulu si sulung memiliki sebuah mobil-mobilan remote control. Mainan ini adalah pemberian dari tetangga saya yang kerja di luar negeri. Saya tidak tahu pasti berapa harga mainan ini. Menurut perkiraan saya di atas 250 ribu. Mainan mahal ini hanya bertahan 2 minggu saja. Selanjutnya silahkan Anda tebak sendiri apa yang terjadi dengan si mobil remote control. Maka sejak itu semakin kuat prinsip saya untuk tidak mengajak anak-anak saya ke toko mainan. Istri saya juga memakluminya.
Lalu apa mainan anak-anak saya? ya seperti yang saya bilang di atas, semua barang yang bisa dijadikan mainan. Kardus, botol bekas, plastik, atau apapun yang bisa dijadikan mainan-lah pokoknya. Dan ternyata anak-anak saya happy-happy saja. Tak pernah protes, tak pernah merajuk, juga tak pernah merebut mainan temannya. Justru teman-temannya yang seringkali datang ke rumah untuk bermain bersama dengan koleksi mainan anak saya yang satu peti tadi.
Anda boleh saja menganggap saya orang tua pelit. Itu memang prinsip saya. Namun Anda juga harus saya beritahu tentang prinsip saya yang lain. Sebagai penyeimbang, sesekali saya ajak anak-anak saya ke toko buku atau ke pameran buku. Inilah saatnya untuk memuaskan keinginan anak-anak saya –dan tentu juga saya sendiri–. Mereka dengan riang akan memilih buku-buku bergambar dan buku cerita yang mereka sukai. Biarpun mereka tidak selalu membacanya secara tuntas namun setidaknya mereka bisa mengajak teman-temannya untuk belajar mencintai buku.
Nah, sudah tidak penasaran lagi kan dengan koleksi mainan anak-anak saya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...