MENJADI TUKANG SERVIS DADAKAN
Kali ini saya hanya ingin bercerita. Cerita saya ini tentang aksi saya ketika menjadi tukang servis dadakan.
Sudah tiga hari keranjang pakaian kotor yang ditaruh di samping pintu kamar mandi terisi penuh. Maklum saja, kami termasuk keluarga besar. Saya dan istri saya ditambah 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan kami tentu menghabiskan banyak pakaian selama 3 hari itu.
Tidak biasanya istri saya membiarkan keranjang itu penuh. Setiap dua hari sekali keranjang itu pasti kosong, tak terisi pakaian kotor. Usut punya usut ternyata itu akibat dari ngadatnya mesin cuci di rumah kami. Mesin cuci itu tidak bisa menampung air. Selang pembuangan tidak bisa menutup. Istri saya berencana memanggil tukang servis namun belum juga kesampaian.
Rasa penasaran saya akhirnya tergugah juga. Saya berfikir, masak iya sich mesin cuci yang baru satu tahun dua bulan dibeli begitu cepatnya rusak? Apalagi mengingat merk mesin cuci tersebut juga bukan sembarang merk.
Saya mulai beraksi.
Aksi ke-1: Saya periksa selang pembuangan air yang kata istri saya tidak bisa menutup biarpun knop penutupnya sudah diaktifkan. Saya coba isi air di bak penampungan. Memang seperti yang dikatakan istri saya, airnya langsung mengalir habis tak tersisa. Saya gerak-gerakkan selang pembuangan itu, tetap saja airnya mengalir deras. Saya harus segera mencari penyebabnya.
Aksi ke-2: Saya copot colokan penghubung aliran listrik untuk langkah pengamanan. Aliran listrik tentu sangat membahayakan keselamatan. Kesalahan kecil saja bisa mendatangkan musibah kematian. Apalagi jika bersentuhan dengan air. Maka saya rasa sudah sangat tepat langkah kedua yang saya lakukan.
Aksi ke-3: Saya coba putar knop pembuka dan penutup selang pembuangan. Sepertinya tidak masalah. Knop itu berfungsi sebagaimana mestinya. Bisa membuka dan menutup sesuai penunjuk tulisan di atas knopnya.
Aksi ke-4: Saya mulai memeriksa lebih dalam. Saya buka bagian tabung penampung air (tabung pencucian). Bisa saja benda-benda logam yang yang acapkali lolos sensor ketika istri saya memasukkan pakaian ke tabung mesin cuci mengakibatkan kebocoran. Lagi-lagi tidak ada tanda-tanda keretakan apalagi pecah atau berlobang.
Aksi ke-5: Pemeriksaan saya lanjutkan ke bagian tabung pengeringan. Di sinilah saya menemukan kejanggalan. Bagian atas tabung pengeringan itu pecah di beberapa bagian, 60% sisanya juga sudah retak-retak, tinggal menunggu waktu saja untuk pecah juga. Namun penemuan inipun masih menyisakan satu pertanyaan, “Masak ia sich akibat pecah di bagian atas tabung pengeringan bisa menyebabkan selang pembuangan tak bisa menutup?”
Sepertinya saya harus melakukan pengamatan lebih dalam lagi. Saya mencoba membuka tutup di bagian penghubung antara tabung penampung air dengan tabung pengeringan. Lobang penghubung ini merupakan tempat selang berada. Saya ingin memastikan jalur penghubung tersebut juga tidak bermasalah. Namun ternyata untuk membuka penutup jalur penghubung tersebut juga tidak semudah yang saya bayangkan.
Sementara saya putuskan untuk istirahat. Saya minta istri saya membuatkan secangkir kopi. Kebetulan ada pisang goreng juga. Cukup pas dinikmati sambil ngeses (menikmati angin sepoi-sepoi).
Sambil ngopi terpikir di benak saya untuk membuka YouTube. Saya ketikkan “Cara membuka tutup penghubung tabung penampung dan pembuangan air di mesin cuci”. Beberapa video tutorial muncul, kebanyakan tentang cara membersihkan mesin cuci. Saya buka beberapa video tutorial. Akhirnya saya dapatkan juga cara membuka tutup penghubung tersebut.
Tanpa menunggu lama saya lanjutkan aksi saya.
Aksi ke-6: Saya ambil obeng lalu coba saya congkel tutup penghubung tabung –seperti video tutorial yang baru saja saya lihat–. Cukup sulit juga rupanya. Sempat muncul keraguan jangan-jangan aksi ke-6 saya ini malah akan menimbulkan kerusakan lebih parah. Tidak mengatasi masalah malah memunculkan masalah baru.
Saya kembali menonton video tutorialnya. Cara saya sudah benar. Saya mencongkelnya lebih kuat lagi, dan … klothak, penutupnya jatuh. Lega rasanya. Aksi ke-6 saya berhasil.
Saya mulai memeriksa bagian dalamnya. Saya telusuri selang sepanjang kurang lebih setengah meter yang terhubung ke knop pembuangan. Ada per/kumparan logam di bagian bawah. Saya gerak-gerakkan. Sepertinya per itu tidak bisa menutup ke bawah secara sempurna. Saya coba berulang. Saya semakin yakin per itu memang tidak menutup hingga ke bawah secara sempurna. Tapi mengapa? Jangan-jangan ….
Aksi ke-7: Saya ambil senter. Saya arahkan lampu senter ke lorong bawah per. Dan ternyata …. Di sela-sela lorong itu ada benda yang mengganjal. Pantas saja si per tidak bisa menutup sempurna. Saya ambil benda itu, ternyata pecahan tabung pembuangan. Barangkali saja pecahan itu terlempar ketika tabung pengeringan berputar, dan masuk ke lorong bawah per. Jangan-jangan ….
Selanjutnya lampu senter itu saya arahkan ke lobang bawah tabung pengeringan. Ternyata di sana terdapat beberapa pecahan tabung berserakan. Pantas saja suaranya kemrosak (berisik). Saya harus mengambilinya satu persatu. Bisa saja pecahan-pecahan itu kembali masuk ke lorong penghubung dan mengganjal per. Namun saya sempat bingung bagaimana cara mengambilnya. Lorong itu tidak cukup lebar untuk bisa saya jangkau dengan tangan saya. Saya harus menemukan cara yang pas dan praktis.
Saya berjalan melenggang ke cangkir kopi saya yang tentu saja sekarang sudah dingin. saya seruput dengan pelan sambil memandangi mesin cuci yang membisu di sudut ruangan. Aha…. Saya harus segera melakukan aksi terakhir saya.
Aksi ke-8: Saya ambil tongkat kecil sepanjang satu meter. Di bagian bawah tongkat itu saya tempeli double tape khusus. Double tape itu memiliki daya rekat cukup kuat, tidak seperti double tape pada umumnya. Double tape itu saya beli secara online. Dan ternyata … cara ini memang jitu. Satu-persatu pecahan tabung tersebut bisa saya evakuasi dari lorong sempit tabung pengeringan hingga tuntas.
Ah, lega … rasanya.
Itulah cerita saya hari ini. Anda juga punya cerita tentang menjadi tukang servis dadakan? Mari berbagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...