PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Cerita tentang Si Ular

19/09/2022

Cerita tentang Si Ular

CERITA TENTANG SI ULAR

 

Kali ini saya ingin mengajak Anda bercerita tentang si ular. Ya, barangkali saja Anda memiliki cerita mengerikan atau menggelikan tentang binatang melata yang satu ini. Biar orang lain bisa juga membaca cerita Anda dan mengambil pelajaran dari apa yang Anda alami tersebut.

Saya juga punya beberapa cerita tentang ular. Anda boleh saja menganggap cerita saya ini mengada-ada. Atau Anda menganggapnya hanyalah sebuah lelucon yang tidak lucu. Saya juga tidak memiliki maksud lain selain berbagi cerita di kala senggang. Siapa tahu saja cerita saya ini bisa menginspirasi orang lain untuk menulis cerpen atau novel berbau ular.

Oya, sebelum saya memulai cerita saya, perlu juga saya sampaikan sedikit tentang pesan Rasulullah Muhammad SAW tentang si ular. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda: “Tidaklah kami pernah berdamai dengannya (ular) sejak kami memusuhinya, maka barangsiapa yang membiarkannya lantaran rasa takut, maka ia tidak termasuk golongan kami.“ [HR. Abu Daud, Hasan Shahih: Al Misykah (4139)] (https://almanhaj.or.id/4105-hukum-membunuh-ular.html).

Masih banyak hadits Rasulullah Muhammad SAW yang memerintahkan untuk membunuh ular. Anda tinggal mengetikkan kalimat “hadits tentang perintah membunuh ular” di mesin pencari google maka Anda akan menemukan banyak keterangan di sana. Atau jika Anda kebetulan memiliki kitab-kitab referensi tentang kumpulan hadits Rasulullah Muhammad SAW maka itu akan lebih baik dan lebih bisa dipertanggungjawabkan.

Ketika Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan atau melarang kita melakukan sesuatu, tentu saja ada suatu manfaat atau justru ada madharat (bahaya, merugikan) di dalamnya. Tidak mungkin Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan atau melarang sesuatu yang sia-sia. Saya sangat yakin tentang hal ini. Ketika Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan kita untuk membunuh ular, maka sudah pasti ada madharat yang bisa ditimbulkan oleh si ular atau sebaliknya ada manfaat yang bisa kita dapat dengan membunuh si ular. Namun tentunya perintah tersebut tidak lantas membolehkan kita membunuh secara membabibuta segala jenis ular dalam segala keadaan.

Dalam hadits lain Rasulullah Muhammad SAW menyatakan bahwa ular yang masuk ke dalam rumah kita hendaknya tidak serta-merta dibunuh, melainkan harus diperingatkan dan dihalau keluar rumah terlebih dahulu. Baru setelah si ular bandel, maka barulah kita lakukan tindakan tegas dengan membunuhnya, karena yang demikian itu dimungkinkan ada bahaya yang sedang mengancam kita. Demikian bijaknya Rasulullah Muhammad SAW dalam memperlakukan binatang.

Baiklah kita lanjutkan ceritanya.

Beberapa kali saya berurusan dengan ular, baik ular berbisa maupun ular biasa.  Pernah suatu kali saya sedang berjalan-jalan pagi. Keadaan masih remang-remang. Kebetulan di sisi kanan kiri jalan yang saya lalui ditumbuhi rumput liar. Saya berjalan pelan dengan kewaspadaan ekstra. Beberapa orang yang pernah melintasi jalan setapak tersebut menyatakan pernah melihat ular. Sekonyong-konyong ada sesuatu melompat pas di depan saya. Tentu saja secara reflek saya juga melompat. Jangan-jangan …. Setelah hari cukup terang saya kembali ke sana, dan ternyata benar. Ada seekor ular sedang sembunyi di balik daun-daun kering. Saya ambil sepotong kayu sepanjang satu depa lalu saya pukulkan tepat di kepalanya. Seketika ular itu mati. Saya bolak-balikkan tubuh si ular untuk memastikan apakah sudah benar-benar mati. Lalu saya tunjukkan kepada beberapa orang yang kebetulan sedang lewat. Benar, itu adalah jenis ular yang sangat berbisa. Orang-orang di kampung saya menyebutnya ular petok. Lalu saya menguburkan bangkai si ular petok di bawah pohon jambu bangkok.

Cerita kedua: Siang itu sepulang dari kebun bersama ayah, saya rebahan di dekat pintu alternatif di rumah orang tua saya. Cuaca siang itu cukup panas. Ketika sedang santai menikmati semilirnya angin siang hari, ketika mata saya mulai sayu menikmati kantuk, saya merasakan ada sesuatu yang menggerayangi tubuh saya. Secara reflek tangan saya menyentakkannya kuat-kuat. Ada benda terbentur ke dinding, dan ternyata …. Astaga! Ular! Heran juga saya kok ada ular slonong boy sich? Dari mana gerangan datangnya? Kemungkinan besar  si ular masuk melewati tumpukan kayu yang ada tepat di bawah jendela. Saya amati si ular. Hanya sebesar jari telunjuk. Panjangnya hanya sekitar 60 cm. Saya tanyakan ke ayah saya, ular itu bernama ular dumung (kobra Jawa) yang dalam bahasa latinnya disebut naja sputatrix. Ular ini termasuk jenis ular yang berbisa tinggi dan mematikan (https://siyap.magelangkab.go.id/Dashboard/detail_berita/). Jika bisa ular family elapidae (ular dengan bisa terkuat) ini mengenai mata maka dapat mengakibatkan kebutaan (https://dlhk.jogjaprov.go.id/menanggulangi-gangguan-kobra-jawa-naja-sputatrix). Ketika ular itu coba saya usir dia berdiri melawan sambil mendesis-desis. Maka saya tidak ragu lagi untuk membunuhnya.

Cerita ketiga: Di hari Minggu itu saya membersihkan pekarangan rumah. Sudah beberapa waktu saya tidak membersihkannya. Rumput mulai tumbuh. Awalnya semuanya baik-baik saja. Terakhir saya tinggal membersihkan tumpukan bonggol rumput gajah sisa pakan kambing yang seminggu sebelumnya dipotong oleh teman saya. Muncul keraguan dalam diri saya ketika mau membersihkannya. Jangan-jangan …. Maka sebagai langkah pengamanan tumpukan bonggol rumput gajah tersebut saya pisahkan sedikit demi sedikit menggunakan kayu bercabang. Hingga beberapa menit berikutnya, di bagian paling bawah tumpukan mata saya menatap sesosok ular melingkar. Kepalanya nongol di atas tubuhnya yang melingkar. Jika tidak diamati dengan seksama, ular itu tidak akan nampak. Warnanya hitam kecoklatan mirip sekali dengan warna sampah daun kering. Saya harus melakukan langkah cepat. Kayu yang saya pegang langsung saya pukulkan ke kepalanya. Dengan beberapa kali pukulan, si ular menggelepar. Saya balikkan tubuhnya untuk memastikan si ular telah mati. Tak salah lagi, ular itu adalah ular petok yang bisanya juga sangat membahayakan.

Teman saya pernah digigit ular petok. Dia dilarikan ke rumah sakit di lain kota untuk segera mendapatkan pertolongan. Bisa ular itu harus ditawarkan dengan suntikan. Alhamdulillah, bisa tertolong. Beberapa hari lalu teman saya tersebut menyatakan bahwa kadang-kadang dia masih merasakan nyeri di dadanya padahal gigitan ular itu terjadi sudah lebih delapan bulan lalu. Pernyataan teman saya ini menjadi bukti bahwa bisa ular petok sangat berbahaya.

Cerita ke-empat: Pernah suatu malam ada ular masuk ke garasi rumah saya. Lagi-lagi si ular petok. Entah sejak kapan ular itu menyusup masuk. Kebiasaan saya baru menutup rapat pintu garasi sekitar jam sepuluh malam. Anak sulung saya yang pertama kali melihat ular itu. Ketika itu dia disuruh ibunya menukarkan tabung gas ke toko yang jaraknya sekitar 200 m dari rumah saya. Hampir saja si ular terinjak anak saya. Untung saja anak saya waspada. Tanpa menunggu waktu lebih lama, saya langsung mencari pentungan. Ambil senter dan mengusirnya. Si ular tak mau keluar, maka dengan hati-hati saya memukulnya. Rupanya dia tak mau menyerah dan berusaha menyerang saya. Dengan ekstra hati-hati saya memburunya lalu memukulnya. Pukulan pertama masih belum telak. Pukulan berikutnya cukup membuat si ular KO. Kemudian saya menyempurnakannya dengan beberapa pukulan lagi. Setelah benar-benar mati saya menguburnya di dekat pohon pinang di samping rumah saya.

Cerita ke-lima: Sepulang dari sebuah acara sekitar jam sepuluh malam di jalan yang membelah persawahan menuju ke rumah saya, ada seekor ular yang terkenal sangat mematikan juga yaitu ular weling. Ular weling merupakan spesies Bungarus Candidus yang sering disebut sebagai ular belang (https://www.tribunnews.com/nasional/2020/02/13/9-hal-yang-harus-dilakukan-jika-bertemu-ular-weling-jangan-coba-untuk-melangkahinya). Ular weling sangat jarang dijumpai hingga orang-orang di kampung saya menyebutnya ular siluman. Ular tersebut dengan santainya menyeberang jalan yang hendak saya lewati. Spontan saya menghentikan laju motor saya. Saya biarkan si ular weling melintas menuju persawahan. Pada kejadian yang satu ini saya memang tidak melakukan tindakan apa pun. Selain memang saya tidak memiliki persiapan apa-apa, si ular weling juga tidak mengganggu saya. Mudah-mudahan si ular tidak membahayakan orang-orang yang sedang melintas atau sedang menggarap sawah.

Itulah beberapa cerita saya tentang si ular, binatang melata yang memang masih sering dijumpai di perkampungan. Sebenarnya masih ada beberapa cerita lain tentang si ular namun saya kira cukup ini dulu. Sekarang giliran Anda yang bercerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...