PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Menulis Hal yang Remeh-Temeh

29/07/2021

Menulis Hal yang Remeh-Temeh

MENULIS HAL YANG REMEH-TEMEH

Oleh: Nanang M. Safa

 


Entahlah, belakangan ini saya tiba-tiba saja suka menulis hal-hal yang berbau remeh-temeh. Anda bisa membaca beberapa postingan saya di www.kampus215.blogspot.com. Misalnya saja, saya pernah menulis tentang “drama menjelang kelahiran”, atau tentang “tips memiliki anak perempuan”, juga tentang “menjadi pengantar undangan”, atau juga tentang “angkong”. Tulisan-tulisan semacam itu bagi banyak orang pasti dianggap sebagai tulisan remeh-temeh.

Sesuatu tentang keseharian sebenarnya merupakan bagian dari sejarah kehidupan. Anda boleh saja tidak sepakat dengan saya bahwa sejarah bukan hanya milik orang-orang besar dengan peristiwa-peristiwa besar. Orang kecil dan biasa seperti sayapun berhak memiliki sejarah. Bukankah ketika kita mengalami suatu peristiwa/kejadian, di dalamnya terdapat unsur subyek/pelaku, tempat/ruang, masa/waktu, kesan/kenangan, serta hikmah/pelajaran? Bukankah kelima hal tersebut merupakan unsur utama sebuah sejarah?

Nah, ketika Anda menulisnya menjadi sebuah memoar, maka sesuatu itu akan menjadi sejarah yang pada saat berikutnya akan bisa dibaca kembali oleh generasi sesudah Anda. Namun ketika Anda menganggapnya hanya sebagai sebuah peristiwa tak bermakna, tentu kejadian itu juga tidak akan menjadi sejarah dan akan segera dilupakan secepat terbakarnya tumpukan sampah kering. Bukankah sebuah peristiwa baru akan menjadi sejarah jika diabadikan dalam sebuah tulisan?

 

Mangabadikan Kenangan Hingga Melemaskan Urat Syaraf

Menulis sebuah peristiwa/kejadian sama dengan mengabadikan sebuah kesan/kenangan. Anda juga pasti sangat faham bahwa kesan itu bisa memendar dalam rasa senang atau bahagia, sedih atau duka, atau yang lainnya. Kesan itu bisa positif bisa juga negatif. Menulis sebuah kejadian juga berarti mengabadikan moment yang tak akan pernah terulang lagi.

Menulis sebuah peristiwa/kejadian juga berarti meninggalkan jejak sejarah tentang sebuah tempat atau sebuah benda pada masa tertentu yang bisa saja pada lain waktu sudah tak bisa ditemui lagi. Bukankah ini akan menjadi warisan berharga untuk generasi sesudah Anda?

Selain itu, menulis hal-hal yang remeh-temeh setidaknya bisa untuk katarsis (pembebasan diri) dari hal-hal yang berbau stressing. Ini tentu hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang memang hoby menulis, bisa merasakan kenikmatan dan kepuasan dari menulis. Memang perlu waktu untuk mencapai tahap ini.

Menulis hal-hal yang berbau remeh-temeh juga bisa merawat semangat literasi. Menulis adalah bagian penting dari literasi. Menulis tentu membutuhkan stok ide yang banyak. Peristiwa/kejadian yang Anda alami, yang Anda dengar, atau yang Anda saksikan, tentu akan menjadi sumbangan ide yang sangat berharga. Suatu peristiwa/kejadian bisa dipandang dari banyak sisi. Anda tinggal mencari sisi mana yang ingin Anda tulis dan menurut Anda menarik. Anda juga bisa menulisnya sesuai keinginan Anda, misalnya dalam bentuk artikel, cerita, puisi, atau yang lainnya. Silahkan saja.

Menulis hal-hal yang remeh-temeh juga bisa melemaskan urat-urat syaraf. Ketika Anda hanya menulis tentang sesuatu yang serius (biasanya berbau ilmiah), tentu pada suatu waktu Anda akan mengalami kebosanan. Nah, di sinilah pentingnya bagi Anda untuk santai sejenak, melemaskan urat syaraf Anda. Jeda rehat bersantai bagi seseorang yang sehari-harinya dilingkupi hal-hal yang serius, termasuk di dalamnya para penulis adalah menulis hal-hal yang berbau remeh-temeh.

Itulah beberapa manfaat menulis peristiwa/kejadian yang remeh-temeh. Maka sayapun tidak ingin melewatkannya. Saya akan terus menulis hal-hal yang remeh-temeh, selain juga menulis hal-hal yang serius tentunya. 

Bagaimana dengan Anda?

 

 

 

 

 

 

4 komentar:

  1. Rasany lgsg ingin menulis hal yg remeh-temeh,,,
    Mantab bapak...inspiring..

    BalasHapus
  2. Menulislah dari hal yang tidak penting menjadi penting

    BalasHapus

Silahkan komentar ya...