RUMUS MENEMBUS PENERBIT MAYOR
Oleh: Nanang M. Safa’
Penerbit mayor, ya, lagi-lagi penerbit mayor. Mimpi setiap penulis adalah bisa menembus penerbit mayor. Saya, anda, mereka, dan siapapun yang menamakan diri sebagai penulis pasti memimpikan bisa menerbitkan buku di penerbit mayor. Apalagi bagi penulis pemula, bisa menembus penerbit mayor merupakan capaian puncak karier kepenulisannya.
“Sebesar apa peluang penulis pemula untuk bisa menembus penerbit mayor?”
Pertanyaan yang seringkali muncul di berbagai forum kepenulisan. Dan jawabannya selalu saja “tergantung”. Artinya, peluang itu tetap saja ada namun tentu harus memegang kunci untuk membuka pintu peluang itu sendiri.
Merujuk pada apa yang disampaikan oleh Joko Irawan Mumpuni (Direktur Penerbitan Penerbit Andi Yogyakarta), jika untuk bisa menembus penerbit mayor itu butuh 100%, maka reputasi seorang penulis hanyalah 10% saja, sebanding dengan editorial yang juga 10%. Sedangkan keilmuan mendapatkan porsi 30% dan peluang potensi pasar mendapatkan porsi paling besar yakni 50%. Maka ada kalanya, tulisan bagus diterbitkan belakangan ketika ada tulisan yang menurut analisis penerbit mayor sedang menjadi trending topic biarpun naskah tersebut dari sisi reputasi penulisnya belum ada apa-apanya. Nah, inilah peluang anda sebagai penulis pemula.
Namun tentunya anda juga tidak boleh berbesar hati dulu. Itu barulah peluang awal sebab sesuatu yang sedang menjadi trending topic tentu juga banyak kompetitornya. Banyak orang dari berbagai bidang keilmuan dan profesi yang memiliki hobi menulis juga pasti sedang menulis tema yang sama seperti yang sedang anda tulis. Maka tentu anda harus pandai-pandai mengolah naskah anda dari sisi yang kemungkinan kecil orang lain mengolahnya. Dengan begitu naskah tulisan anda akan memiliki rasa yang berbeda dengan naskah tulisan lain yang juga sedang memperebutkan peluang yang sedang anda incar.
Apa yang Dicari Penerbit Mayor?
Sebelum anda mengirimkan naskah anda di penerbit mayor, seharusnya anda mengenali dulu karakter dari penerbit bersangkutan. Masing-masing penerbit tentu memiliki aturan dan kebijakan tentang naskah buku yang akan diterbitkannya. Anda bisa membaca buku-buku terbitan penerbit bersangkutan. Dari sana anda akan tahu naskah yang bagaimana yang disukai penerbit yang sedang anda bidik tersebut. Atau anda boleh saja berpetualang. Itu hak anda. Maksud saya, silahkan anda langsung mengirim naskah terbaik anda kepada penerbit tertentu. Dan ketika naskah anda ditolak, anda segera mengirimkannya ke penerbit lain. Demikian seterusnya hingga pada akhirnya anda bisa saja mendapatkan buah manis dari hasil perjuangan tak kenal lelah anda itu. Atau justru anda akan menjadi jago petualang di belantara penerbit mayor. Toch perasaan anda sudah kebal dengan kata “kecewa” karena ditolak.
Secara umum sebenarnya ada rumus baku yang bisa anda jadikan pegangan agar naskah buku anda bisa tembus di penerbit mayor. Rumus itu tersusun dalam empat tingkatan:
Tingkatan pertama: Tema populer penulis populer. Inilah tingkat paling tinggi untuk bisa menembus penerbit mayor. Tema yang lagi menjadi trending topic dan ditulis oleh penulis ngetop (yang sudah banyak dikenal publik melalui karya-karya best sellernya) tentunya akan memiliki daya tawar yang sangat tinggi. Ingat! Penerbit mayor itu mengejar untung, minimal tidak mau rugi. Maka ketika ada naskah buku dari penulis terkenal dan naskahnya sedang menjadi trending topic sudah pasti tidak butuh banyak pertimbangan untuk menerbitkannya.
Tingkatan kedua: Tema populer penulis tak populer. Tema yang sedang menjadi trending topic ketika disajikan dengan bahasa yang lugas dan renyah tentu akan disukai banyak orang. Seringkali pembaca tidak mempermasalahkan siapa penulisnya, pemula ataukah senior, populer ataukah belum terkenal. Naskah seperti ini bisa menjadi naskah yang sangat dipertimbangkan untuk diterbitkan oleh penerbit mayor.
Tingkatan ketiga: Tema tak populer penulis populer. Sudah menjadi rahasia umum seorang penulis yang memiliki nama besar sudah tentu menjadi modal awal untuk bisa menerbitkan karyanya di penerbit mayor. Apalagi jika penulis bersangkutan sudah pernah menerbitkan bukunya di penerbit yang sama dan ternyata bukunya cukup laris di pasaran. Biarpun naskahnya tidak membahas tema yang sedang menjadi trending topic bisa saja bukunya lolos di penerbit mayor. Pertimbangannya, buku tersebut akan laku di pasaran biarpun butuh waktu cukup lama untuk bisa balik modal. Setidaknya dengan menerbitkan buku penulis senior tersebut, penerbit bisa tetap eksis dan tidak mengalami kebangkrutan.
Tingkatan keempat: Tema tak populer penulis tak populer. Tema biasa-biasa saja dan ditulis oleh penulis pemula yang juga biasa-biasa saja tentu memiliki peluang paling kecil. Mungkin jika dihitung secara matematis, naskah buku dalam kategori ini hanya memiliki 5% peluang saja. Maka sudah selayaknya tema tak populer dengan penulis tak populer menempati tingkatan keempat dalam pandangan penerbit mayor.
Dari rumus ini, sekarang anda bisa mengukur diri anda sendiri berada di tingkatan yang mana. Namun peluang anda bisa jadi di luar dugaan anda. Bukankah bila sudah rezeki tak kan ke mana? Jadi mengapa mesti menutup peluang anda sendiri?
siip resumenya, kita bareng di gelombang 17 ya? salam kenal
BalasHapusJazakallah telah berbagi ilmu, barakallah Aamiin
BalasHapus