PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Menulis Buku dalam Waktu Seminggu Mission Impossible?

28/02/2021

Menulis Buku dalam Waktu Seminggu Mission Impossible?

 

MENULIS BUKU DALAM WAKTU SEMINGGU

MISSION IMPOSSIBLE?

Oleh: Nanang M. Safa'

 


Menulis buku dalam waktu satu minggu? Impossible...

Ok, sepertinya memang impossible kecuali bagi para penulis senior yang memang sudah menjadikan menulis sebagai makanan sehari-hari. Sedangkan bagi kita yang pemula, tentu kata impossible itu terasa sangat pas. Jangankan menulis buku dalam waktu seminggu, menulis buku dalam waktu setahun saja masih saja impossible.

Saya beranikan diri menulis judul ini dalam rangka memotivasi diri saya sendiri, dan juga anda jika anda tidak keberatan. Ketika Prof. Richardus Eko Indrajit (Richard) memberikan challenge menulis buku dalam seminggu saya hampir memberanikan diri untuk mengikutinya. Namun saya rasa saatnya belum tepat. Akhirnya saya urungkan niat untuk mengikuti tantangan dari Prof. Eko.

Sepertinya saya akan menjadi orang serakah jika terburu-buru menjawab tantangan Prof. Eko tersebut. Faktanya di sepanjang bulan Pebruari ini saya sudah terlalu berani memasang target menyelesaikan dua buku sekaligus. Satu buku saya tujukan untuk penerbit YPTD (Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan) Jakarta, sebagai bukti kesungguhan saya mengikuti lomba menulis 28 hari di bulan Pebruari. Tema yang saya ambil untuk buku ini adalah remaja smart. Buku ini merupakan buku pendidikan dan motivasi bertema remaja. Dalam kemasan ini, saya harus menulis satu artikel pendek (300 sampai 500 kata) setiap hari agar tidak tereliminasi dari ajang perlombaan.

Satu naskah buku lagi saya tulis sebagai bukti keikutsertaan saya di Pelatihan Menulis PGRI bersama Omjay. Termasuk tulisan saya ini. Dalam kemasan ini, saya harus menulis satu artikel sedang (500 sampai 1500 kata) sebagai bukti keseriusan saya mengikuti program pelatihan. Dan saya memiliki impian untuk kumpulan artikel tentang dunia menullis ini bisa lolos di penerbit mayor.

Sebenarnya untuk kemasan kedua ini mestinya tidak terlalu berat sebab jika mengikuti aturan mainnya, setiap peserta hanya dituntut menulis resume dari materi yang dipaparkan oleh para nara sumber pada setiap hari Senin, Rabu, dan Jum’at. Namun entahlah, barangkali sayalah yang terlalu kemlinthi (istilah anak sekarang kepedean). Saya merasa tidak mendapatkan kepuasan batin ketika hanya sekedar menulis resume. Akhirnya saya harus menyiapkan energi tambahan untuk bisa memenuhi target minimal 20 naskah tulisan sesuai aturan Omjay. Keputusan akhir, saya tunda untuk mengikuti tantangan menulis buku dalam waktu satu minggu dari Prof. Eko. Dan saya pasti akan menyesal karena telah menyia-nyiakan kesempatan emas bersinergi dengan penulis kampiun internasional sekelas Prof. Eko.

 

Mission Impossible?

Ketika Prof. Eko memberikan tantangan “menulis buku dalam waktu satu minggu” tentu Prof. Eko telah memperhitungkan betul bahwa tantangan tersebut sangat mungkin dilalui. Memang berat tapi sangat mungkin.

Coba sekarang anda putar kembali memori anda di pertengahan tahun 2015. Anda pasti masih ingat dengan gameshow Ninja Warrior yang tayang di RCTI. Tantangan yang harus dilewati oleh seorang calon ninja sungguh sangat berat dan sangat terkesan impossible bagi kebanyakan orang. Seorang calon ninja harus mampu menaklukkan sekian tantangan berat yang benar-benar menguras tenaga dan menuntut skill tinggi untuk mendapatkan gelar kehormatan sebagai atlet superior dan berhak atas hadiah sebesar dua juta yen. Gameshow ini menekankan pada kecepatan, keseimbangan, dan stabilitas. Dan ternyata memang benar, dari ratusan peserta hanya menyisakan beberapa peserta saja yang mampu menaklukkan seluruh tantangan. Dan merekalah yang memang pantas menyandang gelar sebagai seorang “Ninja”. Ada satu nama yang melegenda ketika itu. Saya masih ingat betul, nama tokoh legendaris itu adalah “Nagano”. Ada beberapa nama lain namun saya sudah tidak ingat lagi.

Nah, begitulah kiranya bagi Prof. Eko. Tantangan yang beliau berikan memang tidak sembarangan orang bisa menaklukannya. Apalagi tantangan tersebut memang dispesialkan untuk para penulis pemula. Tentu hanya orang-orang pilihanlah yang akan mampu menaklukannya. Di antara sekian peserta yang punya nyali cukup besar, mungkin ada yang akan jatuh di detik-detik terakhir. Namun ada pula yang hanya memiliki hasrat besar, namun sudah menyerah sebelum bertanding. Dan saya termasuk dalam kelompok ini.  Barangkali anda akan tertawa ketika membaca tulisan saya ini, seperti saya juga menertawakan diri saya sendiri. Namun setidaknya saya bisa mengambil pelajaran tentang sesuatu yang seakan impossible namun ternyata possible.

 

Pakai Rumus Sederhana

Anda mungkin termasuk orang yang pandai bicara. Hampir tak ada waktu tanpa bicara. Bertemu siapa saja juga pasti bicara dan cerita. Ada saja yang anda bicarakan dengan mereka. Tak pernah ada habis-habisnya. Anda tak pernah merasa kehabisan materi untuk diceritakan. Mulai dari hal-hal sepele hingga yang serius. Cerita tentang anda sendiri maupun cerita tentang orang lain yang anda temui.

Coba seandainya saja anda mau menuliskannya, anda pasti akan terkejut. Satu jam obrolan anda itu sudah bisa menjadi sepuluh halaman A4. Coba hitung berapa ribu kata yang bisa anda tulis dalam sehari? Lalu lanjutkan hitung-hitungan anda, berapa juta kata yang bisa anda tulis dalam waktu seminggu? Tinggal memoles sedikit, maka jadilah buku. Selesai. Inilah tips yang diberikan Prof. Eko.

Pokok masalahnya sebenarnya terletak pada budaya anda. Anda terlanjur berbudaya lisan bukan tulisan. Mengubah budaya lisan (bicara) ke budaya tulisan memang tak semudah yang anda bayangkan. Namun anda mesti yakin bahwa anda bisa melakukannya.

Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang anda sukai. Ceritakan saja apa adanya. Mengalir dari satu kata ke kata lainnya. Tidak usah terlalu terpaku pada standar baku dulu. Anda yang menyukai sepak bola, silahkan menulis tentang sepak bola, dari a sampai z. Anda yang menyukai bersepeda silahkan menulis tentang hobi anda bersepeda, dari a sampai z. Anda yang menyukai kuliner, tulis saja tentang makanan dan masakan dari a sampai z. Dengan menuliskan hal-hal yang anda sukai maka tulisan itu akan mengalir, dan anda akan tetap semangat untuk menulis.

Sederhana saja. Lakukan tanpa menunggu. Hambatan paling besar bagi seorang penulis datang dari dirinya sendiri, yang tidak ada waktulah, yang sibuklah, yang lelahlah, dan seterusnya.

Kemampuan menulis itu juga bisa dipicu oleh hal-hal lain semisal ketika anda sedang menghadapi suatu masalah kemudian anda berusaha mencari jalan pemecahan dari masalah tersebut hingga anda menemukan trik untuk dapat menyelesaikannya. Materi semacam ini akan sangat menarik untuk ditulis. Orang lain yang sedang menghadapi masalah yang sejenis dengan anda, pasti akan sangat terbantu dengan tulisan anda itu.

Canda tawa anda dengan orang-orang tercinta juga bisa menjadi tulisan yang memikat. Manfaat gandanya tulisan itu akan menjadi semacam memoar hidup anda. Pada saatnya anda menua dan tak lagi mampu menulis, anda masih bisa mengenang masa-masa indah yang pernah anda lewati bersama orang-orang yang anda cintai. Keusilan anda kepada istri anda misalnya, juga bisa menjadi bahan cerita yang keren. Dan cerita ini pasti akan menambah romantisme hubungan anda dengan istri anda.

Intinya, menulis itu tidak harus tentang hal-hal yang serius dan berat. Menulis itu tidak harus ilmiah dan filosofis. Menulis itu cukup dari hal-hal ringan dan mengasyikkan. Menulis itu cukup tentang hal-hal yang anda alami sehari-hari. Menulislah sambil tersenyum. Menulislah sambil mengantuk. Menulislah sambil dipijiti isteri. Menulislah sambil makan kuwaci. Dan menulislah sambil ngopi, demikian kata remaja era milenial.

Anda juga boleh menghayalkan hal yang aneh-aneh untuk mencari variasi tulisan anda. Bukan tentang fakta tapi tentang ilusi. Bukan pula tentang kenyataan tapi tentang mimpi.

Tentang hal ini Prof. Eko memberi contoh “Seandainya anda diberitahu malaikat bahwa usia anda tinggal 24 jam lagi. Dan dalam waktu 24 jam itu anda tidak bisa bertemu dengan siapa-siapa kecuali disediakan laptop dan Microsoft Word, anda akan menuliskan apa dan anda tujukan kepada siapa?” Nah, pasti anda akan bisa membuat satu buku yang mampu mengaduk-aduk emosi dalam waktu 24 jam. Amazing!

Bagaimana? Apakah anda masih menganggap menulis buku dalam waktu satu minggu itu impossible? Anda berani membuktikannya?

 

3 komentar:

  1. Mantap tulisannya. Semangatnya luar biasa, semoga menular ya...

    BalasHapus
  2. enak.gurih.renyah tulisannya.kueeeren abis...

    BalasHapus
  3. Iya pak nanang saya menulis sambil ngantuk tulisannya lucu gak bisa ke baca ha..ha...

    BalasHapus

Silahkan komentar ya...