DARI PENULIS HINGGA PENJUAL
Oleh: Nanang M. Safa
Di tengah lesunya bisnis di berbagai sektor industri akibat terpaan badai Covid-19, di luar negeri industri penerbitan buku justru mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Kebijakan social distancing dan lockdown yang ditetapkan banyak negara berpengaruh cukup besar terhadap meningkatnya permintaan konsumen terhadap buku. Pembatasan sosial tersebut memaksa orang untuk tinggal di rumah. Kegiatan fisik sangat dibatasi. Mereka butuh pelarian namun bukan dalam bentuk aktifitas fisik. Maka buku menjadi salah satu media paling murah untuk mendapatkan hiburan sekaligus pengetahuan.
Berdasarkan laporan BBC, di Inggris data terbaru memperlihatkan penjualan buku genre edukasi dan anak-anak naik hingga 234 persen. Sedangkan buku fiksi naik sampai 30 persen. Sedangkan di Amerika Serikat, menurut data yang dilansir oleh NPD Group, penjualan buku anak-anak non fiksi naik hingga 66 persen di bulan Maret. Ada kesamaan genre buku yang mengalami trend kenaikan tertinggi di kedua negara besar tersebut, yakni buku-buku bergenre pendidikan dan anak-anak (https://www.viva.co.id/vstory/sastra-vstory/1214134-penjualan-buku-melonjak-drastis-di-masa-pandemi-covid-19). Data tersebut selaras dengan informasi yang disampaikan oleh Agustinus Subardana (Direktur Pemasaran Penerbit Andi Yogyakarta) yang merujuk pada laporan Nielsen BookScan ICM, bahwa penjulan buku di pasar global hingga akhir pekan di bulan Juli 2020 mengalami pertumbuhan cukup signifikan.
Lantas bagaimana di Indonesia?
Survei IKAPI menunjukkan, pada masa pandemi Covid-19 ini, sebanyak 58 persen penerbit mengalami penurunan penjualan melebihi 50 persen. Sebanyak 29,6 persen penerbit mengalami penurunan penjualan antara 31–50 persen, sementara 8,2 persen penerbit mengalami penurunan antara 10–30 persen, dan menyisakan hanya 4,1 persen penerbit dengan kondisi penjualan relatif sama dengan hari-hari biasa. Pembelajaran daring ikut memicu lesunya penjualan buku-buku fisik. Anak-anak dan mahasiswa cenderung mencari materi pembelajaran melalui internet. Hanya dengan mengetikkan kata kunci tertentu, materi yang diinginkan akan bisa diakses secara cepat, mudah, dan lengkap. (https://www.alinea.id/gaya-hidup/ikapi-pandemi-sebabkan-penurunan-penjualan-buku-b1ZRM9wpL).
Namun demikian masih ada sejumlah penerbit buku di Indonesia yang justru mengalami pertumbuhan signifikan selama pandemi di tahun 2020 lalu. Ada fenomena menarik yang terjadi pada industri penerbitan buku pada masa pandemi yakni bertumbuhnya penjualan buku di kanal online.
Belajar Strategi Pemasaran dari Penerbit
Agar indusri penerbitan buku bisa bertahan dan dapat mencapai hasil penjualan maksimal maka jawabannya hanya satu yakni strategi pemasaran. Dalam tulisan ini, saya sengaja memaparkan strategi pemasaran yang dilakukan oleh Penerbit Andi Yogyakarta. Tulisan ini merupakan serapan dari paparan materi yang disampaikan oleh Agustinus Subardana yang bertindak sebagai narasumber pada Pelatihan Belajar Menulis PGRI hari ke-16.
Penerbit ANDI Offset dengan pengalaman lebih dari 40 tahun malang-melintang di dunia penerbitan buku, tentu memiliki strategi sendiri dalam memasarkan buku-buku terbitannya. Dengan pengalaman menerbitkan buku lebih dari 15.000 judul buku, penerbit Andi terus berupaya mengembangkan beberapa strategi pemasaran, baik berbasis online maupun dengan sistem direct selling dengan tenaga pemasaran (sales) profesional.
Jaringan online menjadi garapan utama penerbit Andi. Pemasaran online itu dilakukan secara masif dengan melakukan kerja sama dengan para penulis buku untuk memaksimalkan grup-grup media sosial yang mereka miliki.
Melihat lesunya penjualan buku melalui toko buku offline, strategi ini ternyata cukup berhasil. Terbukti di saat banyak penerbit mayor kelimpungan untuk memasarkan buku-buku terbitannya, penerbit Andi Yogyakarta tetap bisa survive.
Menjadi Penulis Juga Menjadi Penjual
Sebagai penulis buku, Anda tentunya juga menginginkan buku Anda laris, kalau bisa best seller. Dengan larisnya buku Anda, dengan sendirinya akan membawa dampak positif dalam kehidupan Anda, baik dari sisi peningkatan popularitas Anda sebagai penulis, maupun kesejahteraan kehidupan Anda dari hasil penjualan buku Anda. Royalti yang akan Anda terima dari hasil penjualan buku Anda yang best seller tentu akan membuat tabungan Anda gemuk. Maka sebagai penulis, Andapun seharusnya tidak berpangku tangan setelah buku Anda terbit. Jadilah penjual buku Anda. Tidak usah merasa gengsi atau justru merasa tinggi hati. Hasil jerih payah Anda itu akan kembali kepada Anda sendiri.
Jika buku Anda sudah terbit, informasikan buku Anda di grup-grup media sosial yang Anda miliki. Maksimalkan jaringan online Anda untuk memperkenalkan dan menjual buku Anda. Maksimalkan juga komunitas Anda. Semua itu adalah potensi pasar yang sangat potensial.
Pemasaran langsung juga sangat menjanjikan. Apalagi jika Anda adalah seorang narasumber yang sering diundang untuk mengisi seminar, pelatihan atau workshop, Anda memiliki peluang sangat besar untuk membuat buku Anda cetak ulang berkali-kali. Coba hitung sendiri, berapa buku Anda yang laku di toko buku konvensial dalam satu bulan. Kemudian bandingkan ketika Anda diminta mengisi seminar, pelatihan atau workshop satu tahun 10 kali saja, kemudian di sela-sela seminar, pelatihan atau workshop itu Anda memperkenalkan buku Anda. Pasti banyak peserta seminar, pelatihan, atau workshop Anda akan tertarik dan membelinya. Bukankah ini berarti penjualan yang Anda lakukan bisa melampaui sekian kali lipat jika dibandingkan dengan hasil penjualan buku Anda yang dipajang di etalase toko buku konvensional?
Jadi tunggu apa lagi? Mulailah menjadi penjual untuk buku Anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar ya...