PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Hasil penelusuran untuk menjadi guru bloger
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri menjadi guru bloger. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri menjadi guru bloger. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

02/03/2023

Wujudkan Mimpi Bersama Penerbit Indie

 

WUJUDKAN MIMPI BERSAMA PENERBIT INDIE

Oleh: Nanang M. Safa

 


Setiap penulis pasti memiliki impian untuk bisa menerbitkan buku. Dan untuk mewujudkan impian tersebut sekarang ini bukan hal yang sulit. Beda dengan beberapa tahun lalu, impian untuk bisa menerbitkan buku sepertinya memang menjadi mimpi yang mahal. Hanya segelintir orang saja yang bisa menerbitkan buku. Maklum saja, pada waktu itu, memang masih eranya penerbit mayor, itupun bisa dihitung dengan jari. Beda dulu beda sekarang. Sekarang bertebaran penerbit indie dengan segala tawaran dan fasilitas yang menggiurkan. Sebenarnya kata “indie” merupakan singkatan yang diambil dari bahasa Inggris yaitu independent dan memiliki arti “sendiri” atau “mandiri” (https://www.hipwee.com/narasi/jangan-mengaku-anak-indie-sebelum-kamu-baca-artikel-ini-yuk-simak).

Dengan merujuk pada pengertian ini, ketika seorang penulis ingin menerbitkan bukunya di jalur indie berarti penulis tersebut siap menerbitkan bukunya secara mandiri baik dari sisi teknis, pembiayaan, promosi hingga pemasaran. Kalaupun dari pihak penerbit ikut serta dalam proses editing, layout, promosi, dan pemasaran, sifatnya hanya membantu memfasilitasi agar penulis bersangkutan bisa segera menerbitkan bukunya sesuai yang diimpikan. Istilah indie juga cukup populer di dunia musik.

Memang masih ada sebagian orang yang memandang sebelah mata terhadap penerbit indie. Sebagian penulis juga ada yang kurang ngeh terhadap penerbit indie. Mereka menganggap menerbitkan buku di penerbit mayor jauh lebih berkelas dan bergengsi. Okeylah... Memang tidak ada yang salah dengan persepsi seperti itu. Masing-masing orang memiliki hak untuk beranggapan dan berpendapat sesuai keyakinannya.

Rasa bangga bagi seorang penulis ketika bisa menerbitkan bukunya di penerbit mayor tentu sangat bisa dimaklumi. Butuh perjuangan tak kenal lelah dan seleksi super ketat bagi naskah buku untuk bisa diterbitkan di penerbit mayor. Penerbit mayor mayoritas adalah penerbit berbasis bisnis. Dengan demikian tentu orientasinya dalam menerbitkan buku adalah keuntungan berlipat dari modal yang telah dikeluarkan demi keberlangsungan penerbit itu sendiri. Buku-buku yang lolos di penerbit mayor akan diterbitkan secara gratis. Penulis yang bukunya lolos di penerbit mayor tinggal menunggu buku jadi dan siap diedarkan tanpa harus mengeluarkan modal sepeserpun. Semua pendanaan 100% ditanggung penerbit. Inilah hebatnya. Maka jika penerbit mayor sangat ketat dalam menyeleksi naskah buku yang akan diterbitkan, itu merupakan hal yang wajar. Mereka tentu tidak mau menerbitkan buku secara serampangan dan pada akhirnya tidak laku di pasaran. Justru kalau bisa buku yang mereka terbitkan menjadi buku best seller sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan berlipat.

Pada pertemuan ke-23 Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN)  PGRI, Raimundus Brian Prasetyawan yang bertindak sebagai nara sumber mengupas tuntas tentang penerbit indie sebagai jembatan baru bagi penulis yang benar-benar ingin mewujudkan mimpi-mimpinya menerbitkan buku. Om Ian (demikian dia akrab dipanggil), yang juga dikenal sebagai Guru Bloger Milenial yang memiliki segudang prestasi dan karya ini mengungkapkan bahwa penerbit indie menjadi solusi bagi para penulis pemula (khususnya) dan siapa saja yang ingin segera mewujudkan buku impiannya terbit tanpa harus menunggu lama.

Memang, menerbitkan buku di penerbit indie tidak gratis. Ada biaya yang harus ditanggung pemilik naskah atau penulis sesuai standar masing-masing penerbit indie dan kesepakatan kedua pihak (penerbit dan penulis). Sebagai imbalannya, penulis akan memperoleh fasilitas berupa pra cetak penerbitan, layout naskah, buku cetakan standar, serta ISBN (International Standard Book Number). Sangat sepadan dengan biaya yang dikeluarkan. Hampir di setiap kota ada penerbit indie. Maka sebagai penulis, hendaknya bijak dan hati-hati ketika memilih penerbit indie setidaknya untuk meminimalisir kekecewaan setelah bukunya terbit.

Beda penerbit tentunya beda kebijakan, beda harga, dan beda fasilitas. Ada penerbit indie yang sedikit mematok harga agak tinggi dengan penerbit indie lainnya. Namun barangkali pula fasilitas dan hasil penerbitannya lebih bagus dibanding dengan penerbit indie yang menawarkan harga lebih murah. Ada penerbit indie yang memfasilitasi editor, namun ada juga penerbit indie yang hanya mau menerbitkan naskah buku yang sudah lengkap dan siap diterbitkan tanpa harus melakukan editing.

Maka sebelum mengirimkan bukunya di penerbit indie, seorang penulis harus sudah melengkapi naskah bukunya dengan bagian sampul yang berisi judul buku dan nama penulis (untuk bakcground sampul dan warna sampul akan ditetapkan sesuai hasil diskusi dan kesepakatan penerbit dan penulis), prakata atau kata pengantar penulis, daftar isi (tanpa nomor halaman), profil penulis beserta foto penulis), serta sinopsis buku.

Jika penerbit indie yang dipilih adalah penerbit tanpa fasilitas editor, maka penulis harus melakukan editing sendiri naskahnya. Berikut ini adalah rambu-rambu dalam melakukan editing:

1.     Penulisan kata harus sempurna. Jangan sampai ada kata yang disingkat-singkat, misalnya kata “yang” disingkat “yg”, kata “seperti” disingkat “spt”, kata “belum” disingkat “blm”, dan sebagainya.

2.     Hindari seminimal mungkin salah typo (salah ketik) dalam naskah buku. Sebelum naskah buku diserahkan ke penerbit, sebaiknya dibaca dulu secara berulang untuk meminimalisir kesalahan penulisan/pengetikan. Bisa juga minta tolong kepada teman untuk membaca, atau dengan memostingnya di blog sehingga ada masukan dari pembaca blog untuk perbaikan naskah buku yang akan diterbitkan.

3.     Sedapat mungkin hindari kalimat-kalimat dan paragraf panjang. Pembaca milenial lebih suka kalimat singkat, padat namun sudah bisa menjelaskan inti pembahasan. Kalimat-kalimat panjang akan membuat mereka bosan, dan tidak mau berlama-lama membaca buku kita.

4.     Mulailah setiap bab baru di halaman baru, jangan digabung dengan halaman bab sebelumnya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan editing dan layout naskah. Berkaitan dengan jumlah minimal halaman buku, tidak ada ketentuan baku.

Dalam menerbitkan buku, penerbit indie menawarkan dua opsi. Opsi pertama, yaitu menerbitkan buku dengan jumlah minimal. Kebanyakan penerbit indie menerbitkan buku minimal 10 eksemplar. Opsi kedua, menerbitkan buku sesuai keinginan penulis yakni sesuai permintaan (baca: anggaran) penulis. Penerbit akan menerbitkan buku berapapun jumlahnya (tidak ada jumlah minimal). Tentu saja sesuai kesepakatan antara penerbit dan penulis agar tidak ada yang merasa dirugikan.

Satu hal yang harus menjadi catatan bahwa menerbitkan buku itu butuh waktu. Tidak seperti memfoto kopi yang bisa langsung jadi. Maka hendaknya Anda bersabar, jangan terburu-buru minta deadline bukunya harus jadi dalam waktu singkat. Apalagi jika Anda menginginkan buku Anda ber-ISBN. Regulasi baru penerbitan ISBN sekarang lebih ketat dan lebih lama. Harus sabar menunggu verifikasi dari Perpusnas dan siap menunggu antrean.

Nah, sudah siapkah mewujudkan mimpi Anda menerbitkan buku bersama penerbit indie?

27/02/2023

Menjadi Guru Bloger

 

MENJADI GURU BLOGER

Oleh: Nanang M. Safa

 

Era sekarang ini manusia sangat dimudahkan dalam mencari informasi apa saja melalui mesin pencari (Search Engine). Search Engine adalah sebuah program komputer yang khusus difungsikan untuk membantu pengguna dalam mencari berkas-berkas yang tersimpan dalam layanan Word Wide Web atau New Group pada sejumlah komputer server (qwords.com).

Banyak perusahaan penyedia jasa Search Engine seperti Google, Yahoo, Yandex, Bing, DuckDuckGo, atau AltaVista. Melalui Search Engine Anda bisa berselancar menjelajahi dunia. Menjelajah dunia? Wow, dulu saya juga tidak berani membayangkannya karena saya anggap itu adalah hal yang mustahil. Namun ternyata dengan hadirnya internet, sekarang semuanya menjadi mungkin. Anda tinggal mengetikkan kata tertentu maka dengan cepat mesin pencari secara otomatis akan menjelajah ke situs web, halaman web, berita, gambar, atau blog seperti yang Anda inginkan.

Sangat mudah bukan?

Maka tidak bisa ditunda lagi, jika Anda seorang guru maka Anda juga harus memaksimalkan keberadaan internet untuk tujuan menyebarkan ilmu pengetahuan. Salah satu cara yang bisa Anda lakukan adalah dengan membuat blog. Blog gratisan saja dulu semisal Bloger.com, Wordpress, WIX.com, Medium, Tumbir.com, Weebly.com, atau Community.idntimes.com.

Blog atau webblog adalah website atau jurnal online yang memuat beragam informasi serta menampilkan postingan terbaru di bagian atas halaman (hostinger.co.id). Blog menjadi sarana komunikasi yang mulai banyak digemari belakangan ini. Dalam sebuah blog, si bloger dapat menyampaikan berbagai informasi dalam bentuk teks dan gambar. Blog juga merupakan identitas digital bagi pemiliknya. Salah satu manfaat blog bagi guru adalah dengan aktifnya seorang guru mengelola blog maka secara otomatis dia akan terus berupaya meningkatkan kapasitas pengetahuannya untuk mengisi blog pribadinya dengan konten yang menarik agar mampu bersaing di tengah menjamurnya blog atau website.

 

Guru Bloger

Guru bloger adalah guru yang dapat memanfaatkan blog sebagai media pembelajaran. Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam membuat konten blog pembelajaran adalah:

Pertama, buatlah konten yang orisinil dengan menghindari plagiasi. Perlu diingat bahwa Anda sedang mengajari peserta didik Anda untuk jujur. Maka konten yang Anda sajikan juga harus jujur. Dalam dunia literasi, plagiasi merupakan ketidakjujuran yang harus dihindari.

Kedua, buatlah konten yang mudah difahami dan mudah diterapkan. Cara berfikir dan tingkat pemahaman peserta didik Anda tentu berbeda dengan cara berfikir dan tingkat pemahaman Anda sebagai guru. Dengan memahami cara berfikir dan tingkat pemahaman peserta didik ini, Anda akan dapat mengefektifkan fungsi blog Anda sebagai media pembelajaran.

Ketiga, tulislah konten yang singkat, padat, jelas, dan tegas. Konten yang tidak jelas dan terlalu panjang akan membuat peserta didik Anda bosan. Jangankan untuk membacanya sampai tuntas, mungkin untuk melihatnya saja sudah malas.

Keempat, Kombinasikan konten Anda dengan gambar atau video. Dunia anak-anak adalah dunia visual. Maka persyaratan utama agar konten yang Anda sajikan di blog menarik minat peserta didik Anda adalah dengan menampilkan gambar, animasi, atau ilustrasi yang menarik. Tentu juga harus sesuai dengan materi yang sedang Anda bahas.

Kelima, buatlah konten yang up to date. Konten yang up to date adalah konten yang sedang menjadi trending topic saat ini. Ciptakanlah enganging content yakni konten yang menyajikan gagasan baru dan segar, bukan masalah-masalah basi.

Keenam, hindari konten hoax dan konten sampah. Peserta didik Anda adalah generasi emas yang Anda harapkan menjadi generasi harapan bangsa. Janganlah peserta didik Anda disuguhi konten-konten hoax dan konten sampah. Saringlah dulu sebelum disharing.

Ketujuh, lakukan swa editing untuk meminimalisir typo atau kesalahan sebelum konten Anda posting di blog Anda. Anda sering menemukan kesalahan penempatan tanda baca, penggunaan huruf kapital, serta penghamburan kata ketika membaca berbagai konten di blog. Kesalahan-kesalahan ini sepertinya sepele namun sebenarnya sangat mengganggu. Cara untuk menghindari kesalahan ini adalah dengan mempelajari kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).

Jelas sudah sekarang bahwa sebagai guru di era milenial ini, Anda tidak bisa lagi menghindar dari dunia internet. Sekarang adalah eranya literasi digital. Mau tidak mau Anda harus ikut berbaur di dalamnya. Anda harus ikut memberi warna dunia anak-anak Anda untuk mencintai literasi melalui literasi digital. Jadilah guru bloger sebagai bentuk kepedulian Anda dalam menggiatkan literasi. Bangun motivasi untuk terus menulis dan menulis, lalu posting tulisan itu di blog. Yakinlah, pada saatnya nanti blog Anda akan berbuah manis.