MENJEMBATANI JALINAN KEKELUARGAAN
TRAH SONOREDJO
Oleh: Nanang M. Safa'
Dalam sepekan terakhir ini, saya yakin Anda banyak sekali menemukan kata “trah”, baik yang diucapkan oleh orang-orang di sekitar Anda maupun melalui media sosial. Ya, memang kata tersebut seringkali disebut pada hari lebaran (Idulfitri) seperti sekarang ini walaupun sebenarnya tidak selalu identik dengan Idulfitri.
Dalam Wikipedia Indonesia, kata “trah” diartikan sekelompok individu yang saling memiliki hubungan kekerabatan atau silsilah (https://id.wikipedia.org/wiki/Trah). Trah dibentuk dengan tujuan agar anak keturunan dari seseorang tetap saling tersambung dan tidak saling melupakan sehingga tidak sampai “kepaten obor” (kehilangan suluh).
Dokumen trah harus diupdate secara berkala agar silsilah trah tidak terputus di tengah jalan. Sebagaimana disebutkan dalam https://www.babad.id/budaya/pr-3642775618/trah-keturunan-18-istilah-silsilah-atau-garis-keturunan-dalam-budaya-jawa, secara berurutan anak keturunan dalam masyarakat Jawa dapat dijelaskan sebagai berikut:
Keturunan ke-1: Anak.
Keturunan ke-2: Putu (cucu).
Keturunan ke-3: Buyut (cicit).
Keturunan ke-4: Canggah.
Keturunan ke-5: Wareng.
Keturunan ke-6: Udeg-udeg.
Keturunan ke-7: Gantung Siwur.
Keturunan ke-8: Gropak Senthe.
Keturunan ke-9: Debog Bosok.
Keturunan ke-10: Galih Asem.
Keturunan ke-11: Gropak Waton.
Keturunan ke-12: Cendheng.
Keturunan ke-13: Giyeng.
Keturunan ke-14: Cumpleng.
Keturunan ke-15: Ampleng.
Keturunan ke-16: Menyaman.
Keturunan ke-17: Menyo-Menyo.
Trah Sonoredjo
Trah Sonoredjo sebagaimana namanya merupakan keturunan dari eyang kakung (kakek) Sonoredjo dengan istri eyang putri (nenek) Soni. Dalam dokumen resmi Pengurus Forum Silaturahmi Trah Sonoredjo (Forsitro) disebutkan bahwa trah asli (nasab) Sonoredjo hingga tahun 2024 ini telah mencapai 161 orang.
Terbentuknya Forsitro sendiri bermula dari munculnya keprihatinan semakin renggangnya hubungan kekerabatan di antara keturunan eyang Sonoredjo - Soni. Hal ini bisa dimaklumi sebagai akibat dari semakin berkembangnya trah Sonoredjo. Akibat lanjutannya adalah anak cucu trah Sonoredjo banyak yang tidak saling kenal. Jika hal ini terus dibiarkan bisa dipastikan sekian tahun yang akan datang garis keturunan trah Sonoredjo akan sulit dilacak dan sulit dipersatukan kembali.
Melalui obrolan 3 orang cucu eyang Sonoredjo yakni Nurhasyim, Nanang Musafa’, dan Misbah Munawar akhirnya muncul inisiatif untuk membentuk sebuah paguyuban keluarga Trah Sonoredjo. Atas usul Nanang Musafa’ disepakatilah nama FORSITRO yang merupakan singkatan dari Forum Silaturahmi Trah Sonoredjo. Setelah mendapatkan restu dari para kakek buyut trah Sonoredjo (Eyang Mugi, Eyang Mugiran, Eyang Muhdi, Eyang Muhtar, Eyang Musofa, Eyang Mukiyah, Eyang Wagiran, dan Eyang Wakidi) akhirnya pada tanggal 8 Januari 2005 Forsitro resmi dibentuk.
Kepengurusan Forsitro pereode pertama adalah:
Ketua : Samuri
Sekretaris : Nanang Musafa’
Bendahara : Misbah Munawar (alm) dan akhirnya
digantikan oleh Ahmad Solekan
Humas : Nurhasyim
Forsitro sejak awal dikonsep dikhususkan sebagai sebuah paguyuban keluarga dengan satu tujuan untuk menjalin silaturahmi dengan seluruh keluarga besar trah Sonoredjo. Hal ini juga tercermin pada stempel Forsitro yakni gambar dua tangan bersalaman (berjabat tangan) dengan rekat sebagai simbol jalinan silaturahmi dan kekeluargaan.
Kegiatan Forsitro sendiri juga terfokus pada acara halalbihalal dan reuni keluarga besar trah Sonoredjo pada setiap Idulfitri. Hingga tahun 2024 ini, sudah terselenggara acara halalbihalal dan reuni keluarga sebanyak 17 kali dengan rincian sebagai berikut:
1. Idulfitri 1426 H/2005 M : di rumah Eyang Mugi/Maidi.
2. Idulfitri 1427 H/2006 M : di rumah Eyang Wagiran/Satimah.
3. Idulfitri 1428 H/2007 M : di rumah Eyang Mugiran/Mutinah.
4. Idulfitri 1429 H/2008 M : di rumah Eyang Wakidi/Supiyah.
5. Idulfitri 1430 H/2009 M : di rumah Eyang Muhdi/Rohmah.
6. Idulfitri 1431 H/2010 M : di rumah Eyang Muhtar/Kaminem.
7. Idulfitri 1432 H/2011 M : di rumah Eyang Musofa/Juwariyah.
8. Idulfitri 1433 H/2012 M : di rumah Eyang Mukiyah/Jasmo.
9. Idulfitri 1434 H/2013 M : di rumah Bapak Samuri/Suyatmi.
10. Idulfitri 1435 H/2014 M : di rumah Bapak Misdi/Musini.
11. Idulfitri 1436 H/2015 M : di rumah Ibu Siti Hasanah/Muslim.
12. Idulfitri 1437 H/2016 M : di rumah Ibu Muayamah/Sunarto.
13. Idulfitri 1438 H/2017 M : di rumah Bapak Mukijan/Maryatun.
14. Idulfitri 1439 H/2018 M : di rumah Bapak Nurhasyim/Sri
Kadarwati.
15. Idulfitri 1440 H/2019 M : di rumah Ibu Umiatun/Subani.
Idulfitri 1441 H/2020 M : CORONA.
Idulfitri 1442 H/2021 M : CORONA.
Idulfitri 1443 H/2022 M : CORONA.
16. Idulfitri 1444 H/2023 M : di rumah Ibu Rufi’ah/Suyatni.
17. Idulfitri 1445 H/2024 M : di rumah Ibu Nasropin/Kanidi.
Kegiatan halalbihalal dan reuni keluarga trah Sonoredjo diisi dengan do’a bersama untuk para leluhur, pembacaan silsilah trah Sonoredjo, pengundian lot giliran sahibul bait (yang ditempati) pada tahun berikutnya, mauidzah hasanah (ceramah agama), musafahah (berjabat tangan), serta ramah-tamah.
Dari tahun ke tahun penyelenggaraan halalbihalal dan reuni keluarga trah Sonoredjo bisa dihadiri oleh hampir seluruh keluarga besar trah Sonoredjo. Dengan demikian manfaat penyelenggaraan acara benar-benar bisa dirasakan sehingga diharapkan dibentuknya FORSITRO benar-benar bisa menjembatani jalinan kekeluargaan keluarga besar trah Sonoredjo – Soni.