NANANG M. SAFA'
(SEMAIKAN BENIH LITERASI DI SEGALA LINI)
Bersahaja dan apa adanya. Itulah kesan pertama ketika mengenal profil Sketsa yang satu ini. Bapak Nanang Musafa’, biasa dipanggil Pak Nanang atau Pak Safa’ ini memang tidak suka mengada-ada, termasuk dalam berpenampilan. Jika dilihat dari tampilan fisiknya, Pak Safa’ ini berpostur sedang-sedang saja. “Ya, memang, berat dan tinggi saya ini termasuk belum ideal…,” demikian Pak Safa’ mengawali perbincangan dengan senyum khasnya.
Namun siapa sangka, di balik penampilan fisiknya yang sedang-sedang saja ini, ternyata Pak Safa’ memiliki kemampuan cukup andal. Cukup banyak prestasi yang beliau ukir di bidang kepenulisan. Di antaranya, Juara III, Lomba Mengarang Tingkat MA/PGA se-Jawa Timur (1991), Juara I, Lomba Menulis Kritik RRI Surabaya (1999), Juara I, Lomba Menulis Artikel Kategori Guru, Mahasiswa dan Umum, Tingkat Jawa Timur (2011), dan yang terbaru Juara I, Lomba Menulis Artikel Ilmiah dalam rangka HAB Kemenag ke-75 Tingkat Kabupaten Trenggalek (2021).
Pak Safa’ lahir dan dibesarkan di Desa Margomulyo, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek dari pasangan petani tulen H. Muhtar dan Hj. Kaminem. Putra kedua dari lima bersaudara ini menempuh pendidikan dasarnya di MI Margomulyo (1987), kemudian melanjutkan ke MTsN Trenggalek Filial di Prigi (1989). Setelah itu melanjutkan ke PGAN Tulungagung (1991). Setamat dari PGAN Tulungagung, beliau melanjutkan studinya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1998). Kemudian di sela-sela kesibukannya mengajar di MTsN 4 Trenggalek, beliau menyempatkan diri melanjutkan kuliah S.2 di STAI Diponegoro Tulungagung (2013).
Pemimpin Redaksi majalah Sketsa MTsN 4 Trenggalek ini menuturkan, “Banyak sekali rintangan yang saya hadapi di awal karier kepenulisan saya. Seorang penulis memang harus memiliki mental tahan ejekan apalagi untuk masa-masa awal kepenulisannya. Semasa kuliah, saya sering digojlok oleh teman-teman satu kos. Namun justru gojlokan itulah yang menjadi motivasi saya untuk terus menulis dan membuktikan bahwa saya bisa. Baru setelah tulisan pertama saya muncul di harian Surya Surabaya ketika itu, teman-teman kos saya tidak berani lagi menggojlok saya. Saya masih ingat betul, honor tulisan pertama saya itu, saya gunakan untuk mentraktir mie ayam teman-teman satu kos yang biasa menggojlok saya tersebut,” cerita Pak Safa’ bernostalgia.
Lelaki sederhana yang sekarang masih menjabat Ketua MGMP Mapel Al Qur’an Hadits tingkat MTs Kabupaten Trenggalek ini juga menuturkan, “Seorang penulis itu sama dengan seorang perenang. Sebanyak apapun teori yang dimiliki jika tidak menceburkan diri ke air, maka sampai kapanpun tidak akan pernah bisa berenang. Demikian juga dengan menulis. Teori menulis penting sebagai bekal awal, namun praktek menulis jauh lebih penting agar kita benar-benar bisa menjadi seorang penulis. Dengan banyak menulis maka keterampilan menulis akan terkuasai dengan sendirinya”.
Tulisan-tulisan Pak Safa’ (artikel maupun cerpen) telah dimuat di media massa cetak seperti Harian Radar (Jawa Pos Grop), Majalah MPA Kemenag Jawa Timur, Majalah PGRI Trenggalek, Harian surya Surabaya, Majalah Rindang Semarang, dan Majalah Ampeldenta BDK Surabaya. Selain itu tulisan-tulisan beliau juga bisa dibaca di blog pribadinya https://kampus215.blogspot.com/. Untuk merawat semangat literasinya, lelaki yang memiliki motto «Semaikan Benih Literasi di Segala Lini» ini juga bergabung di website YPTD Jakarta, serta grup Guru Penggerak Indonesia, Guru Bloger Indonesia, dan Guru Penulis Indonesia. Jejak kepenulisan beliau juga telah terabadikan di beberapa buku ber-ISBN baik buku antologi bersama para pegiat literasi nusantara maupun buku tunggal.
Di akhir perbincangannya, suami dari Siti Khoriyah ini memberikan satu resep ampuh sebagai bekal agar bisa menjadi seorang penulis. “Jika ingin menjadi penulis jangan terburu-buru bermimpi menjadi penulis hebat. Jadilah penulis nekad saja dulu. Setelah Anda berani menjadi penulis nekad barulah Anda boleh berharap menjadi penulis hebat. Tapi ingat lo ya! buang jauh-jauh mental plagiasi sebab jika Anda masih terbelenggu pada mental plagiasi, selamanya Anda tidak akan merasakan nikmatnya menjadi seorang penulis.” Pesan yang sangat filosofis tentunya.
Terakhir ayah dari 3 putra (Ilham, Azzam, Ulwan), dan 1 putri (Ara) ini berharap madrasah sebagai lembaga pendidikan berbasis agama hendaknya mampu menjadi wadah gerakan literasi secara nyata. Para siswa dan guru madrasah sebagai kumpulan para intelektual muslim hendaknya terus menghidupkan semangat literasi dengan karya nyata bukan sekedar jargon. Bukankah perintah pertama dalam Islam adalah membaca dan menulis seperti yang disebutkan dalam surat al ‘Alaq ayat 1-5? Bukankah kata “iqra’” dan “al qalam” adalah bentuk nyata gerakan literasi dalam Islam? Maka marilah kita “Semaikan Benih Literasi di Segala Lini”.
Jika ingin berkomunikasi dengan Pak Safa’, bisa kontak di email: nanangmusafa215@gmail.com atau di nomor WA: 082228928897. Sebagai selingan menulisnya, Pak Safa’ juga belajar bikin konten video di channel youtube: portal215. “Jangan lupa like dan subscrib-nya ya….” Demikian Pak Safa’ mengakhiri perbincangannya, tetap dengan senyum khasya.