PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: remaja
Tampilkan postingan dengan label remaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label remaja. Tampilkan semua postingan

24/03/2021

Remaja Smart Itu... Remaja yang Tidak Gampang Putus Asa

 

REMAJA SMART ITU...

REMAJA YANG TIDAK GAMPANG PUTUS ASA

Oleh: Nanang M. Safa’

 


Kamu pasti pernah mengalami peristiwa yang membuatmu hampir terpuruk. Tidak naik kelas atau tidak lulus. Kalah dalam sebuah kompetisi. Cintamu bertepuk sebelah tangan. Atau kehilangan orang yang kamu cintai. Semua peristiwa yang saya sebut ini adalah peristiwa besar yang membutuhkan kesiapan psikologis yang hebat.

Marilah kita analisis satu persatu.

Tidak naik kelas atau tidak lulus bukanlah hal sepele. Tidak naik atau tidak lulus itu bisa menimbulkan banyak akibat lanjutan. Mulai dari perasaan tidak nyaman karena harus mandeg di sebuah tahapan, kehilangan rasa percaya diri, kehilangan teman-teman terbaikmu, hingga rasa malu yang harus kamu tanggung karena harus menghadapi cemoohan orang-orang di sekitarmu. Sungguh sebuah tekanan psikologis yang sangat berat.

Selanjutnya adalah kalah dalam sebuah kompetisi. Ketika kamu mengikuti sebuah kompetisi, tentu kamu sangat berharap bisa menang. Apalagi jika menurut ekspektasimu, kamu sudah begitu yakin bahwa kamulah yang akan menjadi pemenangnya. Dan rasa optimismu itu juga sudah terlanjur menular ke para suportermu. Namun pada akhir kompetisi ternyata yang terjadi jauh di luar bayanganmu. Coba bagaimana perasaanmu? Kesal, sedih, kecewa, marah, dan beragam perasaan negatif lain campur-aduk tak karuan dalam dirimu. Masih ditambah lagi cibiran para suportermu yang juga mengalami kekesalan, kesedihan, kekecewaan, kemarahan, dan beragam perasaan negatif lain sepertimu. Dan sudah pasti orang yang paling patut dijadikan pelampiasan kekesalan, kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan itu, tiada lain adalah kamu. Ini tentu juga akan memberikan tekanan psikologis yang sangat berat.

Sekarang kita beralih ke masalah cinta. Kamu pernah jatuh cinta? Dan apakah cintamu bertepuk sebelah tangan? Sedih juga kan? Atau justru kamu hampir kehilangan pegangan. Dunia seakan sudah kiamat, langit runtuh, bumi hancur-lebur. Kamu hampir tidak lagi punya semangat hidup. Dan lebih mengerikan lagi jika yang ada dalam bayangan dirimu itu adalah kematian. Padahal yang kamu alami itu belum tentu cinta yang sebenarnya. Ya maklum saja, masa remaja itu barulah masa awal pubertas. Tentu perasaan yang mengiringipun baru pada fase pengenalan, termasuk rasa “cinta” yang seakan-akan kamu rasakan sebagai cinta pertamamu, padahal bisa saja baru sekedar rasa “suka”. Lalu ketika rasa suka yang kamu maknai sebagai “cinta pertama” itu bertepuk sebelah tangan alias tidak berbalas “cinta” juga, akhirnya kamu merana dan frustrasi.  

Peristiwa berat yang saya sebutkan terakhir adalah kehilangan orang-orang tercinta. Orang-orang tercinta yang saya maksud dalam tulisan ini adalah orang-orang yang memiliki ikatan emosi paling dekat dalam kehidupanmu. Adik, kakak, dan ibu bapak kamu adalah orang-orang tercinta dalam kehidupanmu. Coba bayangkan, bagaimana persaaanmu ketika di di antara mereka harus meninggalkanmu untuk selamanya (mati). Tentu kamu akan merasa sangat sedih dan shock. Apalagi jika kehilanganmu itu terjadi secara mendadak. Kesiapan mental yang bahkan sudah setegar batu karangpun bisa menjadi hancur luluh ketika harus kehilangan mereka. Kematian itu berarti kehilangan untuk selamanya. Maka bukan hal yang mudah untuk bisa menerimanya. Banyak orang akan mengatakan kepadamu “kamu harus sabar menerimanya”. Dan tentu kamu hanya akan mengangguk sedih dan menangis meratap mendengar kalimat penghibur itu. Dan memang hanya kata itulah yang paling pas diucapkan sebagai ungkapan rasa empati. Coba, beban psikologis yang mana lagi yang lebih berat dibandingkan ketika harus dipisahkan oleh kematian?  

 

 

Okeylah, semua peristiwa yang saya sebut di atas memang akan berdampak sangat dahsyat pada dirimu. Namun bukankah setiap orang bisa saja mengalaminya? Coba bukalah lebih lebar lagi cakrawala pandanganmu. Di luar sana masih banyak orang yang mengalami musibah jauh lebih berat dari yang kamu alami. Cobalah pula untuk belajar mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa itu. Dan cobalah bertahan untuk tetap menjadi dirimu yang sesungguhnya, tidak terburu-buru mengondisikan dirimu sebagai  remaja yang lemah dan gampang putus asa. Yakinlah! masih ada harapan di lain hari. Masih ada seribu mimpi yang bisa kamu raih. Masih banyak orang lain yang bisa menghargaimu sebagai pribadi smart yang tegar. Jadi untuk apa berputus asa?

23/03/2021

Remaja Smart Itu... Remaja yang Mencintai Lingkungannya

 

REMAJA SMART ITU...

REMAJA YANG MENCINTAI LINGKUNGANNYA

Oleh: Nanang M. Safa’

 


Lingkungan adalah ekosistem yang ada di sekitar kita. Ada yang membagi lingkungan menjadi tiga yaitu lingkungan hewani, lingkungan nabati, dan lingkungan jamadi.

Lingkungan hewani adalah lingkungan yang terdiri dari segala jenis hewan, dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Lingkungan nabati adalah lingkungan yang terdiri dari berbagai ragam tumbuhan, dari yang mungil hingga yang raksasa. Dan lingkungan jamadi adalah lingkungan yang terdiri dari segala sesuatu yang tidak termasuk dalam kelompok hewan dan tumbuhan. Lingkungan jamadi bisa berupa benda-benda alam yang ada di sekitar kita seperti tanah, pasir, batu, air, udara, dan sejenisnya. Setiap hari, kita pasti bersentuhan dengan ketiga jenis lingkungan ini.

Barangkali tanpa kamu sadari kamu telah melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan kerusakan lingkungan.

Kamu senang memelihara binatang misalnya, namun kamu tidak mau merawatnya dengan baik. Memberi makan juga sekedarnya saja, tidak memenuhi porsi kebutuhan binatang yang kamu pelihara. Barangkali juga kebutuhan lainnya juga tidak kamu perhatikan, semisal kebutuhan biologisnya. Padahal sebagai makhluk hidup, binatang juga pasti memiliki kebutuhan biologis.

Atau kamu hoby menanam bunga misalnya, namun setelah kamu tanam, bunga itu kamu biarkan tak terurus di pot, tidak kamu sirami dan tidak pula kamu beri pupuk. Dan bunga-bunga itu akhirnya hidup segan matipun tak mau.

Atau barangkali juga kamu masih suka membuang bungkus plastik di sembarang tempat. Semua itu adalah cerminan sikap dan perilaku tidak mencintai lingkungan.

 

Tindakan-tindakan semacam itu tentu tidak ada dalam kamus remaja smart. Jikapun belum bisa melakukan hal-hal besar untuk melestarikan lingkungan, setidaknya remaja smart tidak melakukan hal-hal yang bisa menimbulkan kerusakan ekosistem.

Mencintai lingkungan bisa dimulai dari diri sendiri dan dari hal-hal kecil. Membiasakan diri tidak membuang sampah sembarangan. Menanami lahan kosong di seputar rumah dengan beragam tumbuhan. Membuat saluran pembuangan limbah rumah tangga agar tidak mencemari sungai. Semua itu adalah tindakan-tindakan kecil namun cukup berharga untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Prinsipnya, jika belum bisa mencintai lingkungan setidaknya ya jangan merusak lingkungan. Ayo, jadilah remaja smart pencinta lingkungan.


28/02/2021

Remaja Smart Itu... Remaja yang Mau Belajar Hidup Mandiri

 


 

REMAJA SMART ITU...

REMAJA YANG MAU BELAJAR HIDUP MANDIRI

Oleh: Nanang M. Safa’

 

Saya ingin mengawali tulisan saya kali ini dengan pertanyaan, “Di usia remajamu sekarang, siapakah yang mencuci seragam sekolahmu?”

Jawablah dengan jujur.

Itu saja dulu pertanyaannya.

Dari pertanyaan ini tentu kamu akan bisa menjawab sendiri, kamu sudah mulai belajar hidup mandiri atau masih tetap enak-enakan bergantung pada orang lain.

Orang lain yang dimaksud di sini tentu termasuk ibu atau ayahmu. Maksudnya, ketika kamu masih meminta ibumu untuk mencucikan seragam sekolahmu, berarti kamu masih menjadi beban orang lain. Ini adalah ukuran paling simpel untuk mengukur apakah kamu masih menjadi beban orang lain ataukah sudah mulai belajar hidup mandiri.

Kamu tentu setuju ketika saya katakan bahwa mandiri itu bukan berarti semuanya harus dikerjakan sendiri. Hidup mandiri itu bukan berarti memaksakan diri untuk melakukan pekerjaan yang melebihi kemampuan dan tanggung jawabmu. Kalau memang pekerjaan itu belum sesuai porsimu, bukan berarti kamu harus memaksakan diri untuk mengerjakannya sendiri.

Semisal untuk berangkat sekolah. Ketika kamu harus berangkat sekolah dengan memakai sepeda motor, tentu karena undang-undang belum memperbolehkan kamu membawa sepeda motor sendiri, maka kamu memang harus diantar ayah atau ibumu. Bukannya kamu harus membawa sepeda motor sendiri. Itu namanya nekad.

Coba pahami lagi judul tulisan ini, “Belajar Hidup Mandiri”.

Namanya juga belajar, tentu belum bisa sesempurna orang yang sudah senior. Belajar hidup mandiri berarti belajar menjalani hidup sesuai dengan perkembangan usiamu. Belajar hidup mandiri itu tentu ada proses yang harus dijalani. Ada tahapan yang harus dilewati. Tidak serta-merta bisa menjadi remaja yang hidup mandiri. Inilah yang disebut dengan belajar hidup mandiri.

Dalam belajar ini ada upaya sungguh-sungguh untuk bisa melakukan semaksimal mungkin apa yang seharusnya dilakukan sesuai kemampuan. Kamu tentu bisa memilah-milah dan memilih-milih mana pekerjaan yang memang semestinya bisa kamu lakukan secara mandiri dan mana yang memang masih membutuhkan orang lain, termasuk kedua orang tuamu, kakakmu, juga temanmu.

Coba sekarang kamu kembalikan lagi pada pertanyaan pembuka tulisan ini, siapakah yang mencuci seragam sekolahmu?

Nah, kelihatan kan sekarang, kamu termasuk remaja smart atau bukan.