PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Mendulang Prestasi Melalui Literasi

16/01/2023

Mendulang Prestasi Melalui Literasi

MENDULANG PRESTASI MELALUI LITERASI

Oleh: Nanang M. Safa

 



Tema                           : Gali Potensi Ukir Prestasi

Judul                           : Mendulang Prestasi Melalui Literasi

Pertemuan ke              : 3
Gelombang ke             : 28

Nara Sumber               : Aam Nurhasanah, S.Pd

Moderator                   : Arofiah Afifi, S.Pd

 

Sebagai penulis atau setidaknya orang yang memiliki keinginan untuk menjadi penulis, pasti Anda memiliki tujuan yang sama ketika mengikuti pelatihan atau diklat kepenulisan yakni ingin belajar, thalabul ilmi (menimba ilmu), dan akhirnya bisa menulis dan menerbitkan buku. Nah, untuk bisa menulis buku, tentu ada upaya sungguh-sungguh dan nyata. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menggali potensi. Lantas bagaimana caranya?

Setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk menggali segala potensi yang dimiliki, baik hanya sekedar untuk menyalurkan hobi maupun untuk meraih prestasi. Misalnya saya. Saya memiliki passion menulis maka tentu saya berupaya maksimal untuk menggali potensi saya di bidang kepenulisan. Bukan hanya menggali tapi saya juga berusaha untuk terus mengembangkannya dengan berbagai cara semisal mengikuti diklat kepenuilisan, mengikuti lomba menulis/mengarang, mengirimkan tulisan saya ke majalah, membuat blog untuk tulisan-tulisan saya, dan puncaknya adalah menerbitkan buku. Tentu hal-hal yang saya lakukan ini semuanya bisa menjadi daya dukung terhadap passion saya menulis.

Saya melakukan semuanya itu atas dasar suka dan tanpa paksaan, Saya sadar betul bahwa melakukan sesuatu yang dipaksakan maka hasilnya juga tak akan bisa maksimal. Dan yang lebih penting dari itu semua bahwa saya mendapatkan kepuasan batin yang tentu sulit untuk saya tuliskan dengan kata-kata.

Jika Anda pun memiliki keinginan yang sama untuk menjadi penulis, Anda juga harus melakukan upaya-upaya yang mendukung keinginan Anda tersebut. Tidak harus sama dengan apa yang saya lakukan. Masing-masing orang tentu memiliki cara tersendiri yang lebih cocok bagi dirinya. Cara boleh beda, termasuk apa yang ingin Anda tulis, bagaimana Anda menuliskannya, dan seterusnya. Goalnya kan sama yakni bisa menjadi seorang penulis. Saya sendiri juga tidak selalu menulis yang berat-berat. Cukup yang ringan-ringan saja misalnya tentang kegiatan keseharian saya.

Namun untuk penulis pemula, tentu banyak sekali kendala dan tantangan untuk memulai menulis. Tidak percaya diri, takut dibully, tulisannya tidak menarik, kalimatnya berlepotan, tulisan tidak nyambung, dan semacamnya. Ketakutan-ketakutan tidak beralasan seperti ini jika dibiarkan merasuki jiwa Anda maka sudah pasti akan menghambat bahkan akan membunuh hasrat Anda untuk menjadi seorang penulis yang bercita-cita bisa mendapatkan mahkota Anda yakni sebuah buku. Banyak ide yang mestinya bisa menjadi tulisan menarik akan menguap tanpa jejak begitu saja.

Aam Nurhasanah, guru Bahasa Indonesia di SMPN SATU ATAP 4, Kabupaten Lebak, Banten) yang menjadi nara sumber hari ke-3 Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI Gelombang ke-8 juga pernah merasakan hal seperti itu. Perlu diketahui, Aam pernah bergabung di kelas KBMN  PGRI Gelombang ke-8 namun dia tidak lulus. Persyaratan lulus yang mengharuskan peserta memiliki sebuah buku ber-ISBN memang cukup berat. Namun, akhirnya Aam mencoba memupuk kembali semangat dalam dirinya hingga memutuskan untuk mengulang kelas di Gelombang ke-12 dan akhirnya usahanya berbuah manis. Aam lulus dan namanya bertengger di urutan pertama dari 42 penulis se-Indonesia.

Tak pernah dibayangkannya jika akhirnya dia benar-benar bisa menjadi seorang penulis seperti sekarang. Buku solo pertamanya berjudul “Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat” terbit  bulan Agustus 2020. Sejak itu dunia kepenulisan benar-benar menjadi dunia yang mengasyikkan baginya. Buku demi buku menyusul dan mengantarkannya menjadi salah seorang penulis paling produktif seangkatannya.

Selain itu, Aam akhirnya juga bergabung di Tim Solid Omjay (Dr. Wijaya Kusumah) dan bertugas menjadi moderator di kelas belajar menulis dan kelas belajar bicara. Dari Omjay jugalah, Aam banyak belajar menulis. Tagline Omjay “Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi” benar-benar mampu menjadi pemicu dan pemacu semangat dan kreativitasnya di dunia kepenulisan. Aam beberapa kali juga menjadi kurator buku.

Untuk mengasah keterampilan menulisnya, Aam tak pernah bosan mengikuti tantangan menulis. Salah satu tantangan paling menantang yang pernah diikutinya adalah menulis buku dalam kurun waktu satu minggu bersama Prof. Eko Indrajit. Dan akhirnya naskah Aam lolos seleksi dan diterbitkan oleh Gramedia. Tentu ini merupakan prestasi yang membanggakan.

Tidak hanya itu, Aam juga sering mengikuti lomba blog. Beberapa kali ikut lomba, akhirnyta pada bulan Mei 2021 lalu, Aam berhasil mengukir prestasi sebagai Juara 1 Lomba Blog PGRI.

Ketika ditanya tentang kunci suksesnya, Aam menyampaikan bahwa dia tidak pernah mengenal kata “patah semangat”. Sedangkan kunci utama produktivitasnya dalam menulis adalah dengan memantabkan niat dan motivasi diri mewujudkan keinginannya menulis seribu buku. Aam sendiri mengaku mengagumi dua tokoh literasi dalam karier kepenulisannya yakni Omjay sebagai inspirator (pemberi ide tulisan) dan Bunda Kanjeng sebagai motivator (pemberi semangat). Aam juga selalu mengingatkan diri sendiri tentang niat awalnya menulis yakni ingin berbagi melalui tulisan

Sebagai seorang penulis Anda harus siap-siap dicibir, dibilang tidak punya kerjaan, sok pinter, dan kata-kata bernada bully sejenis. Apalagi ketika Anda berada di lingkungan atau komunitas yang menganggap menulis itu sesuatu yang sama sekali tidak penting maka bersiap-siaplah menjadi bahan bulliyan.

Menulis ada kalanya butuh penyegaran dan variasi. Maksud pernyataan saya ini adalah ketika Anda bosan menulis opini (menulis hal yang serius) maka silahkan Anda selingi dengan menulis puisi untuk merefresh diri. Atau tulis saja hal-hal remeh tentang kejadian sehari-hari. Bukankah hal-hal remeh seperti itu seringkali menyimpan pelajaran berharga juga? Siapa tahu melalui tulisan berbau remeh-temeh seperti itu, Anda bisa menginspirasi orang lain? Atau sesekali perlu juga mengenang masa remaja Anda ketika Anda masih berteman akrab dengan diary Anda.

Menulis itu butuh proses cukup panjang. Membaca karya orang lain akan dapat memoles jiwa seni Anda dalam menulis. Mengasah keterampilan dengan menulis tentang apa saja, kapan saja, dan di mana saja adalah tiga kata kunci yang mesti Anda pegang erat-erat. Jangan menunggu waktu luang untuk memulai menulis, tapi luangkanlah waktu Anda untuk memulainya.

Apa yang Anda lihat, apa yang Anda dengar, apa yang Anda alami, apa yang Anda sukai, apa yang Anda bisa, dan apa yang Anda kuasai adalah lumbung inspirasi yang tak akan pernah habis untuk digali.

Setiap orang pasti memiliki kesibukan sebab hidup ini sendiripun sebenarnya merupakan sebuah kesibukan. Beragam tugas dan kewajiban yang kesemuanya pasti menuntut untuk dikerjakan dan diselesaikan. Apalagi Anda yang pekerja kantoran, atau Anda yang seorang guru, satu pekerjaan belum terselesaikan sudah disusul pekerjaan yang lain. Di sinilah pentingnya menyusun skala prioritas dan manajemen waktu.

Saya sendiripun merasakan, waktu 24 jam rasa-rasanya sudah tak cukup lagi untuk menyelesaikan semua pekerjaan hingga untuk menulis ide yang sudah berhamburan di kepala pun hampir tak tersisa kesempatan. Dulu di awal-awal saya menekuni dunia menulis, problem utamanya adalah tentang “apa yang akan saya tulis”, dan sekarang ternyata… “kapan saya bisa menulisnya?”

Bagaimana, sudah siapkah Anda mendulang prestasi melalui literasi?

Yuk kita berkompetisi!

 

 

 

2 komentar:

  1. resume yang lengkap dan baik

    terima kasih sudah buat tugas KBMN 28
    semangat.

    BalasHapus

Silahkan komentar ya...