PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: Berita Kematian

25/04/2021

Berita Kematian

 BERITA KEMATIAN

Oleh: Nanang M. Safa

 


 

Pagi-pagi saya mendapat kiriman kabar dari salah satu grup  WhatsApp tempat saya bergabung. Kabar yang disertai beberapa gambar (foto) itu membuat diri saya benar-benar merasa ngeri. Seorang perempuan muda tergeletak bersimbah darah. Kepalanya remuk (kalau tidak boleh dibilang pecah). Jenazah perempuan muda itu masih dibiarkan tergeletak di tengah jalan. Ada beberapa orang (dalam foto itu) yang berhenti, tentu untuk melihat keadaan perempuan muda korban lakalantas tersebut.

Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun ….” ucap saya lirih.

Kejadian kecelakaan mengenaskan itu memang terjadi di lain kecamatan. Kampak, nama kecamatannya.

Pagi-pagi, setiba di tempat saya mengabdi, saya mencoba menggali informasi ke beberapa kawan. Benar, wanita muda itu mengalami kecelakaan di jalur utama Kampak - Trenggalek. Perempuan beranak dua dengan paras cantik dan kulit bersihnya, memang masih kelihatan muda. Bahkan dugaan awal saya ketika menerima share berita itu, dia masih berstatus gadis. Namun ternyata dia sudah berumah tangga.

Menurut informasi yang saya terima, perempuan itu bermaksud mendahului sebuah truk, namun karena jaraknya terlalu mepet dengan bak truk, setir sepeda motor maticnya nyenggol bak truk. Spontan motornya jatuh ke arah kanan. Kebetulan juga dari arah berlawanan sedang melaju kendaraan lain. Tanpa ba-bi-bu langsung saja motor beserta pengendaranya jadi santapan kendaraan tersebut.

Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun – Sesungguhnya kita ini milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali pada-Nya jua”

****


Malam hampir larut, saya dengar isteri saya menerima panggilan telepon. Tidak biasanya jam-jam segitu ada panggilan masuk. Pasti ada hal yang sangat penting. Terus terang saja saya sempat punya kekhawatiran tentang mertua saya (bapak dari isteri saya). Maklum, beberapa hari lalu mertua laki-laki saya tersebut sempat opname sehari semalam di rumah sakit. Mertua saya tersebut tidak mau makan dan akhirnya lemas dan harus dilarikan ke rumah sakit agar bisa diberi asupan nutrisi lewat infus.

Untuk sekedar diketahui saja, mertua saya itu menurut keterangan kakak ipar saya, lahir tahun 1935. Jika dihitung berarti usianya di tahun 2022 ini sudah 87 tahun. Sudah cukup senja. Namun yang membuat saya sendiri cukup takjub adalah di usianya yang sudah setua itu, mertua saya masih cukup gesit. Cuma seminggu terakhir ini memang kondisinya kurang menggembirakan. Itulah yang membuat perasaan saya tidak enak tentang telepon yang diterima isteri saya.

Saya mendekat ke isteri saya. Dan memang benar, suara itu mengabarkan berita kematian. Suara di seberang ternyata adalah suara kakak saya yang terdengar jelas sambil sesenggukan menahan tangis. Perasaan saya menjadi semakin tak karuan. Bercampur aduk antara penasaran dan kedukaan. Lagi-lagi berita kematian. Siapakah gerangan yang meninggal? Namun yang pasti bukan mertua saya.


Setelah menyimak beberapa detik percakapan antara kakak saya di seberang dengan isteri saya, barulah bisa saya tangkap tentang berita kematian itu. Seorang kawan guru di madrasah kami (MTsN 4 Trenggalek) meninggal dalam perjalanan ke Puskesmas. Namanya Diah Ayu Ekowati atau akrab dipanggil Bu Diah. Informasinya, rekan guru ini menderita gangguan asam lambung.

Benar-benar berita yang tidak saya sangka-sangka.

Saya buka grup WhatsApp madrasah. Ternyata sudah berderet ucapan belasungkawa dan do’a untuk kepergian Bu Diah.

Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun” Ucap saya lirih.

“Semoga almarhumah mendapatkan tempat yang layak di fase kehidupan alam barzahnya dan keluarga yang ditinggalkan dilimpahi keikhlasan dan kesabaran. Aamiin ….” tulis saya di deretan berikutnya.

Rekan guru ini terbilang masih cukup muda. Usianya jauh di bawah saya. Tak lebih 36 tahun. Dua hari lalu kami masih sempat ngobrol bersama kawan-kawan lain di ruang guru. Memang beberapa hari terakhir, dia kelihatan lesu dan tidak bersemangat. Namun berita kematian yang mendadak ini tetap saja membuat kami, para rekan guru benar-benar kaget. Siapa sangka, dia yang masih sangat muda dan energik tiba-tiba dikabarkan meninggal dunia.

***


Dua berita kematian dalam kemasan berbeda yang saya terima hari itu sungguh mengejutkan. Ternyata memang benar adanya. Maut tak pernah bisa disangka kapan datangnya. Dan ketika maut itu datang maka tak ada seorangpun yang bisa menghindarinya. Tak perduli muda apalagi tua. Tak perduli siapa harus siap memenuhi panggilanNya. Maut akan datang melalui taqdirnya sendiri, bukan sesuai dengan keinginan kita.

Orang yang mestinya menurut hitung-hitungan matematis lebih dulu meninggal karena memang lebih banyak usianya (uzur) ternyata belum juga meninggal. Bahkan ketika dia sendiri sudah merasa bosan menjalani kehidupan. Sementara orang yang masih belia dan mestinya masih produktif ternyata sudah mendahului. Orang yang menurut perkiraan medis mestinya lebih dahulu meninggal karena penyakit kronis yang dideritanya ternyata malah bisa hidup bertahun-tahun. Sementara orang yang kelihatan sehat dan baik-baik saja tiba-tiba saja dijemput Sang Malaikat Maut.

Itulah kematian yang akan tetap menjadi rahasia Sang Pemberi Hidup. 

Allah SWT telah memaklumatkan dalam beberapa firman-Nya, "Tiap-tiap yang bernafas pasti akan mati" (Q.S. Ali Imran: 185). Maka jika telah tiba waktu kematian mereka, tidak bisa mereka tunda dan tidak juga mendahulukannya sedetikpun" (Q.S. An Nahl: 61). 

Berita kematian sudah semestinya menjadi pelajaran berharga bagi kita bahwa sesungguhnya kita ini hanyalah makhluk lemah dan tidak berdaya. Bahwa sesungguhnya maut selalu mengintai kita. Maka bersiap-siap menghadapi kematian tentu tidak bisa dilakukan secara spontan. Kesempatan yang ada harus dimaksimalkan untuk menghadapi kematian. Kapanpun dan dimanapun selagi ada kesempatan berbuat baik, maka marilah berbuat baik. Jangan menunggu nanti. Ada banyak cara untuk berbuat baik. Ada banyak cara untuk melakukan hal yang bermanfaat. Dan sebaliknya, marilah sedapat mungkin kita hindari hal-hal yang memungkinkan kita terseret pada dosa dan kemaksiyatan. Ikhtiar inilah yang harus selalu kita lakukan dengan harapan kita bisa husnul khatimah. Mati dalam dekapan iman, bukan mati dalam dekapan syetan. Semoga ....

***

 

4 komentar:

Silahkan komentar ya...