TRANSFORMASI DIGITAL MADRASAH
IKHTIAR MENUJU MADRASAH MAJU, BERMUTU, DAN MENDUNIA
Oleh: Nanang M. Safa
Transformasi digital madrasah sedang menjadi trending topic di tahun 2024. Setelah mencapai tataran “Madrasah Lebih Baik, Lebih Baik Madrasah”, “Madrasah Hebat Bermartabat”, “Madrasah Mandiri Berprestasi”, sekali lagi madrasah ingin membuktikan diri mampu eksis dan memimpin di depan dengan slogannya “Madrasah Maju, Bermutu, dan Mendunia”. Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah transformasi digital madrasah.
Madrasah di era tahun 80-an hingga tahun 90-an diframing sebagai sekolah nomor dua. Anak-anak yang masuk di Madrasah Tsanawiyah (MTs) maupun Madrasah Aliyah (MA) pada era tahun 80-an hingga tahun 90-an seringkali dibully sebagai anak-anak buangan dari sekolah umum (SMP atau SMA).
Berkat kerja keras para pemikir dan orang-orang yang getol memperjuangkan madrasah, sejak dua dasa warsa terakhir ini madrasah benar-benar mampu menunjukkan jati dirinya sebagai lembaga pendidikan formal yang hebat bermartabat. Dan di tahun 2024 ini, Kementerian Agama melalui Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah sedang gencar mengampanyekan transformasi digital di madrasah. Tidak main-main, untuk bisa segera merealisasikan program tersebut, Kementerian Agama langsung menggandeng beberapa lembaga pendukung seperti Word Bank, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Kementeian Dalam Negeri (Kemendagri) serta beberapa provider jaringan telekomunikasi.
Konsep transformasi digital madrasah sendiri sebenarnya didasari pada keyakinan bahwa madrasah memiliki peluang untuk menjadi lembaga pendidikan kelas dunia sesuai kehendak zaman tanpa harus kehilangan ruh keislamannya. Salah satu syarat untuk menuju ke arah sana adalah terwujudnya madrasah digital (digitalisasi madrasah).
Transformasi digital bukanlah hal yang sederhana. Transformasi digital tidak hanya berhubungan dengan tampilan fisik (sarana prasarana) saja, melainkan yang lebih utama berhubungan dengan mind-set dan culture-set. Maka tentu butuh dana besar untuk bisa mewujudkan mimpi besar ini.
Masih banyak guru yang tidak terlalu akrab dengan beragam aplikasi digital yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan tugasnya sebagai guru maupun tugas-tugas tambahan lainnya. Demikian juga masih banyak siswa yang gaptek. Faktor ekonomi menjadi penyebab utama. Teknologi butuh alat yang tidak sederhana. Handphone android yang tidak ecek-ecek serta jaringan internet yang memadai akan sangat berpengaruh terhadap terwujudnya transformasi digital madrasah. Ini masih dalam tataran sampul.
Mencermati lebih dalam dan butuh kesungguhan untuk merubahnya adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran kepada semua warga madrasah agar memiliki rasa handarbeni terhadap sarana prasarana yang ada di madrasah. Kerusakan terhadap sarana prasarana madrasah akibat dari rendahnya rasa memliki ini tentu akan menjadi batu sandungan yang serius jika tidak diantisipasi dengan langkah-langkah pencegahan sejak awal. Memperlakukan fasilitas madrasah semau-maunya bahkan sampai merusaknya adalah hal yang masih sering ditemukan di madrasah. Maka membangun mind-set dan culture-set sudah seharusnya menjadi garapan utama.
Khusus untuk Madrasah Tsanawiyah Negeri 4 (Matsanepat) Trenggalek tentunya transformasi digital bukanlah hal yang benar-benar baru. Pembuatan laporan berbasis digital, pelaksanaan asesmen secara online, Rapor Digital Madrasah (RDM), perpustakaan digital, perekaman kehadiran secara online, serta penambahan jaringan wifi dengan kapasitas bandwith yang memadai adalah beberapa bukti bahwa Matsanepat memang sudah siap dengan transformasi digital di madrasah.
Di tahun 2024 ini, Matsanepat melakukan satu terobosan lagi yaitu pemasangan Smart TV di ruang kelas VIII dan IX –dan akan dilanjutkan di semua kelas termasuk kelas VII-. Smart TV adalah TV yang memiliki konektivitas internet, berjalan pada sebuah sistem operasi, dan dilengkapi dengan layanan aplikasinya sendiri. Dengan pemasangan Smart TV maka kegiatan pembelajaran bisa berlangsung tanpa harus menggunakan buku sebagai satu-satunya sumber belajar serta papan tulis sebagai satu-satunya media pembelajaran. Pembelajaran dengan media Smart TV bisa lebih memperkaya pengetahuan dan pengalaman peserta didik karena bisa memilih konten-konten kreatif baik yang telah dibuat oleh guru sendiri maupun para creator dari beragam sumber terpercaya. Selain itu melalui Smart TV, guru dan peserta didik bisa berselancar ke belahan dunia manapun juga memilih ragam materi yang tentu lebih menarik dibandingkan dengan pembelajaran berbasis buku.
Ke depan, Matsanepat akan terus melakukan inovasi dalam berbagai hal termasuk di dalamnya E-Cavetaria atau kantin elektronik yakni layanan kantin berbasis digital. Adanya E-Cavetaria ini akan memudahkan warga madrasah sebagai konsumen dan pengelola kantin (penjual) sebagai produsen. Cara bertransaksi melalui E-Cavetaria akan lebih mudah, sistem pembayarannya tidak ribet, tidak perlu antri berdesakan, meminimalisir kerugian akibat kesalahan transaksi, dan istimewanya lagi para siswa tidak perlu membawa uang tunai yang rawan hilang saat melakukan kegiatan olahraga atau yang lainnya. Selain itu, orang tua bisa mengontrol seberapa besar saldo uang jajan anak-anaknya serta tentunya pengawasan terhadap jenis makanan dan minuman (jajanan) yang dikonsumsi mereka juga lebih mudah sebab selama berada di madrasah mereka tidak bisa lagi jajan sembarangan.
Perubahan besar memang tidak bisa serta merta namun harus dilakukan secara bertahap. Banyak hal yang masih harus dikondisikan agar tidak menimbulkan kegaduhan. Setiap perubahan pastilah membawa dampak positif maupun negatif. Jangan sampai perubahan yang mestinya membawa kemanfaatan justru menyeret kepada kemadharatan. Semoga. (@Safa_Sketsa)