PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: opini
Tampilkan postingan dengan label opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label opini. Tampilkan semua postingan

24/12/2021

Tetap Optimis Bersama Satuguru

 


 TETAP OPTIMIS MENYAMBUT TAHUN 2022 BERSAMA SATUGURU

Oleh: Nanang M. Safa'

 


Gerbang 2022 terpampang di depan kita. Tentu tidak seperti tahun-tahun yang sudah. Gempita menyambut hadirnya tahun baru 2022 kali ini akan sangat berbeda nuansanya dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun-tahun sebelumnya toko-toko swalayan, supermarket, hotel, dan tempat-tempat wisata banjir suguhan, tahun ini tidak bisa lagi. Jika tahun-tahun sebelumnya begitu riuh suara terompet, pesta kembang api, goyang dangdut, karnaval, dan arak-arakan di jalan raya, tentu tahun ini semua kehebohan itu tidak akan terdengar dan terlihat lagi. Euforia kehappyan dalam menyambut pergantian tahun itu, kali ini kiranya akan lebih baik jika diwujudkan dalam bentuk perenungan, doa, dan mawas diri. Justru dengan cara inilah kita benar-benar bisa memanifestasikan rasa syukur kita atas kesempatan yang diberikan Sang Maha Pemberi Rahmat Allah SWT untuk menjalani kehidupan baru di tahun 2022.

Menyambut datangnya pergantian tahun dengan rasa optimis adalah gambaran nyata tentang karakter seseorang yang ingin menggapai sukses. Sebagai guru, tentu kita juga harus tetap optimis bahwa di sepanjang tahun 2022 nanti kita akan mendapatkan capaian yang lebih baik dibanding tahun 2021 lalu. Jangan sampai kita menjadi orang pesimis dan skeptis yang memandang pergantian tahun tak lebih hanyalah perubahan angka yang tidak bermakna apa-apa. Tidak ada harapan lebih terhadap pergantian tahun. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang merugi karena hari ini sama dengan hari kemarin, tidak ada perubahan berarti dari hari ke hari, semuanya hanya stagnan alias jalan di tempat, apalagi jika justru mengalami kemunduran, sebab ini sama artinya dengan mati dalam hidup.

Ikut Menyambut pergantian tahun tentu merupakan hal yang tidak dilarang, asalkan penyambutan itu tidak mengarah pada kemudaratan, kemaksiyatan, dan kemungkaran. Apalagi di masa pandemi sekarang ini, tentu penyambutan itu akan lebih bermanfaat jika dilakukan dalam kemasan perenungan dan muhasabah (instropeksi diri), sehingga kita dapat mengambil pelajaran penting tentang makna pergantian tahun. Inilah cerminan jiwa-jiwa manusia beradab yang harus kita budayakan. Sebaliknya ketika pada masa penuh keprihatinan ini ada orang yang justru larut dalam pesta pora dan hura-hura dalam menyambut datangnya malam pergantian tahun, sementara badai covid-19 masih belum reda, sementara banyak saudara kita yang sedang terkena musibah dan bencana, maka jelas sudah bahwa pada hakekatnya mereka adalah syetan berwajah manusia. Naudzubillah.

Kiranya sepanjang tahun 2022 nanti dunia masih akan dihantui Covid-19 biarpun popularitasnya sudah semakin tertinggal di belakang. Dan kita patut bersyukur atas nikmat Allah ini. Namun demikian, kita tak boleh kendor berikhtiar. Protokol kesehatan harus tetap dipatuhi semaksimal mungkin. Program vaksinasi bagi yang tidak ada uzur atau halangan tentu juga sebuah pilihan cerdas. Ini menjadi ikhtiar penting demi keselamatan dan kemaslahatan bersama. Tidak usah sok jago dengan melanggar protokol kesehatan. Kesombongan semacam itu hanya akan melahirkan penyesalan. Daripada membahayakan diri sendiri dan orang lain, bukankah lebih baik kita gunakan untuk bermuhasabah atau mengevaluasi diri sendiri. Lalu hasil muhasabah itu kita jadikan bahan refleksi untuk acuan langkah di 2022 yang akan datang. Apa yang sudah kita capai sejauh ini, apa yang harus diperbaiki dari setahun ke belakang, apa pula yang ingin kita capai setahun ke depan. Dengan semua ini, harapannya tentu kita semakin termovitasi untuk meninggalkan apa yang buruk di tahun lalu, dan berupaya meraih yang terbaik di tahun mendatang. Ayo, bersama SATUGURU kita sambut hadirnya tahun 2022 dengan penuh rasa optimis.

“10…9…8…7…6…5...4…3…2…1... SELAMAT TAHUN BARU 2022. Life must go on.” Semoga kita terhindar dari perbuatan sia-sia yang tidak disukai Allah SWT. Dan semoga kita dihindarkan dari bencana dan musibah, termasuk covid-19 atas perlindungan dan pertolongan Allah SWT. Aamiin....

 

#SATUGURU

07/12/2021

Jangan Gampang Terpukau dengan Bungkusnya

 

JANGAN GAMPANG TERPUKAU DENGAN BUNGKUSNYA

Oleh: Nanang M. Safa



Tulisan ini terinspirasi dengan curhatan seorang teman. Dengan wajah muram dia bercerita tentang peristiwa yang benar-benar telah membuatnya tersungkur. Ibarat seorang petinju dia benar-benar mendapatkan pukulan telak sehingga sulit baginya untuk bisa bangkit lagi.

“Tidak pernah saya duga sama sekali jika akhirnya akan jadi begini”. Begitu teman saya tersebut mengawali ceritanya.

Semua berawal dari kehadiran seorang lelaki yang memang masih kerabat dari istrinya. Maka wajarlah jika kehadiran laki-laki tersebut dia sambut dengan tangan terbuka dan penuh rasa kekeluargaan.

Dari hari ke hari semuanya berjalan wajar. Hingga sekian waktu berlalu mulailah muncul gelagat tidak beres yang dia rasakan. Namun buru-buru ditepisnya sakwasangka tak beralasan tersebut. Rasa-rasanya tidak ada sedikitpun alasan yang membenarkan rasa curiganya. Selain memang masih kerabat dekat istrinya, laki-laki itu juga cukup agamis. Kegiatan kesehariannya juga tak jauh dari kemasan berbau ibadah. Namun entahlah, semakin dia menepis rasa curiganya, justru semakin kuat pula rasa tidak nyaman menghantuinya. Hingga akhirnya dia terserang insomnia (gangguan sulit tidur) akibat rasa curiga yang mengendap dalam benaknya tersebut.

Hingga suatu hari ….

Iseng-iseng dia mengaktifkan WhatsApp Web di laptopnya. Ketika dia membuka pesan pada WhatsApp Web tersebut di kantornya, ternyata muncul satu kalimat pendek yang tidak biasa bagi seorang yang sudah berumah tangga. Apa maksud kalimat yang dia kirim ke WA istrinya tersebut? Ketika itulah kecurigaanya memuncak. Tak dapat lagi dia berpura-pura bersikap wajar. Sudah cukup menjadi bukti sebaris kalimat tersebut. Kedatangan laki-laki tersebut ke rumahnya ketika dia sedang kerja juga bisa menjadi bukti tambahan yang memperkuat kecurigaannya. Konon sudah seringkali laki-laki itu datang ke rumahnya ketika dia sedang tidak di rumah. Tentu dengan berbagai alasan. Dan sungguh di luar dugaannya, ternyata laki-laki tersebut memang menyimpan maksud buruk kepada istrinya. Namun yang sangat disayangkan juga, mengapa istrinya juga tidak berterus terang kepadanya sejak awal tentang sikap laki-laki tersebu, dan justru malah disembunyikannya kebusukan laki-laki tersebut. Dengan alasan apapun mestinya istrinya memberitahunya sejak awal agar bisa segera diselesaikan, bukan malah dibiarkan berlarut seakan memberikan kesempatan hingga laki-laki itu semakin berani berbuat semau-maunya. Ataukah …?

Na’udzubillah min dzalik …. Na’udzubillah min munafiq” Begitu ucap teman saya berkali-kali.

Inilah yang menggerakkan saya untuk menulis postingan ini.

Kebanyakan manusia seringkali terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang karakter seseorang. Seseorang seringkali dilabeli sebagai orang baik atau orang jahat hanya dari sisi penampilan luarnya saja. Cara ini mungkin merupakan cara praktis dan paling mudah dilakukan. Falsafah Jawa mengatakan, “Ajining raga dumunung ing busana.” –harga diri seseorang tergantung pada pakaian yang dikenakan-. Falsafah ini mungkin dimaksudkan agar kita juga selalu memperhatikan penampilan luar kita agar orang lain tidak memperlakukan kita semau-maunya.

Memang secara umum orang akan dianggap berwibawa dan terhormat ketika penampilan luarnya meyakinkan. Makanya seringkali penyamaran para artis YouTube dengan pendapatan ratusan juta rupiah yang sedang membuat content untuk chanel YouTubenya dengan melakukan penyamaran menjadi seorang gembel akan menangguk sukses besar, sebab jarang sekali penyamarannya terbongkar. Namun tidak lantas pula penampilan luar selalu selaras dengan kenyataan atau karakter asli manusianya. Maka jangan gampang tertipu oleh penampilan luar. Hati-hati dan waspada! Banyak musang berbulu domba. Banyak sekali orang-orang munafiq bertebaran di sekitar Anda, dan keberadaan mereka sangat sulit dideteksi. Terlena sedikit saja, Anda akan ditikam dari belakang.

Rasulullah Muhammad SAW telah memberikan sinyal tentang keberadaan orang-orang munafik dengan mengenali ciri-cirinya. Ada 3 penanda sebagai indikasi seseorang disebut munafik.

Tanda pertama: Orang yang seringkali bohong atau berdusta ketika berkata. Jika hanya sekali dua kali bohong, mungkin Anda masih bisa menoleransi. Apalagi jika kebohongannya menurut Anda masih “masuk akal”. Namun jika kebohongan yang dilakukan sudah berstatus “sering” maka ini sudah menjadi sinyal agar Anda lebih berhati-hati bergaul dengannya.

Tanda kedua: Orang yang suka berjanji namun juga suka mengingkarinya. Tidak menepati janji bagi orang munafik merupakan hal yang biasa. Bagi mereka, janji itu tak lebih sekedar selingan bicara saja atau sekedar pemanis pembicaraan. Padahal bukankah “janji sama dengan hutang?”. Maka fase kedua seseorang terindikasi mengidap penyakit munafik adalah seringkali mengingkari janji.

Tanda ketiga: Orang yang suka melakukan penghianatan. Ini merupakan level tertinggi sebagai penanda orang munafik. Ada orang berpenampilan culun dan innocent di depan Anda sehingga Anda terpukau dengan penampilannya tersebut. Lantas Anda memberinya kepercayaan lebih. Dan setelah kepercayaan itu dia dapatkan, ternyata dia menyalahgunakan kepercayaan yang Anda berikan tersebut. Akibatnya tentu fatal, bisa-bisa Anda kehilangan segalanya. Na’udzubillah min dzalik. Maka sekali lagi, janganlah Anda terlalu gampang terpukau dengan bungkusnya, namun cobalah kenali dulu isinya. Baru setelah itu Anda membuat kesimpulan.