PENDIDIKAN - REMAJA - KELUARGA: valentine day, kemaksiatan yang dikemas dengan cinta

14/02/2013

valentine day, kemaksiatan yang dikemas dengan cinta


VALENTINE DAY,
KEMAKSIATAN YANG DIKEMAS DENGAN CINTA
Oleh: Nanang M. Safa'

Dari tahun ke tahun antusiasme remaja dalam menyambut datangnya Valentine Day pada tiap bulan Pebruari semakin menggila. Kali ini Kampus215 sengaja mengangkat topik utama tentang Valentine Day tersebut sebagai pelurus informasi kepada para generasi muda Islam agar tidak sekedar menjadi buih (Jawa: unthuk) yang hanya ikut ke mana arus air mengalir alias tidak punya prinsip hidup sehingga kita mudah dipermainkan dan diombang-ambingkan keadaan yang semakin tidak menentu ini. Padahal jelas Islam sangat tidak mentolerir sikap taklid buta (ikut-ikutan), apalagi tentang sesuatu yang menyangkut keyakinan (aqidah) dan amalan (ibadah). Rasulululloh Muhammad SAW bersabda :"Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut" (HR. At Tirmidzi).

Ini Lo Latar Belakang Sejarahnya
Konon, orang-orang Romawi Kuno yang nota bene non muslim punya satu hari raya yang diberi nama Lupercalia. Upacara pada hari raya Lupercalia tersebut adalah untuk menghormati dewa cinta mereka yang disebut Cupit. Dewa ini di kalangan mereka sangat terkenal karena kemampuannya membuat orang jatuh cinta. Pada hari raya tersebut, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilahkan mengambil nama yang ada dalam kotak tersebut secara acak. Gadis yang namanya terambil harus mau menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan pemuda yang memilihnya. Keesokan harinya, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala.
Pada perkembangan selanjutnya, ketika Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara tersebut dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, diantaranya dengan mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Untuk lebih memberikan nuansa gereja, maka upacara tersebut dialihfungsikan sebagai "Valentine Day" untuk mengenang seorang pendeta Nasrani bernama Santo Valentine yang dihukum mati oleh Kaisar Claudius II (penguasa Romawi) karena telah berani menentang dan melanggar larangan kaisar. Hari ekskusi tersebut jatuh pada tanggal 14 Pebruari. Inilah sejarahnya mengapa ada istilah Valentine Day pada setiap tanggal 14 Pebruari tersebut. Nah, nggak islami banget khan…

Kemaksiatan yang Dikemas Lewat Cinta
Sudah menjadi trend di kalangan masyarakat (khususnya remaja) bahwa pada tanggal 14 Pebruari itu mereka saling tukar kado dengan nuansa warna pink sembari disertai ungkapan cinta dan kasih sayang. Belum lagi munculnya banyak iklan yang gencar di media massa yang sengaja mengekspos dan mempromosikan hari Valentine. Tempat-tempat hiburan dan tempat-tempat belanja, hotel, even organizer dan juga organisasi-organisasi remaja begitu getol memprovokasi para generasi muda untuk ikut hanyut dalam gegap gempitanya Valentine Day.
Makanya ada sebagian remaja yang dianggap kuper dan tidak modern ketika pada hari itu mereka tidak mendapatkan kado atau memberikan kado pada remaja lain dengan maksud agar bisa dikenang dan berkesan. Bahkan ada yang cenderung menggunakan kersempatan tersebut untuk pesta dan hura-hura dengan cara berpasang-pasangan muda-mudi yang akhirnya mengarah pada pesta sex dan narkoba. Naudzubillah!

Bagaimana Kita Menyikapinya
Jika ditilik dari akar sejarah dan fakta yang terjadi di lapangan, maka sudah sangat jelas bahwa sebagai generasi muslim kita mesti bersikap tegas dan berani mengatakan "TIDAK!" pada peringatan Valentine Day apapun nama dan kemasannya.
Pertanyaannya sekarang adalah "Apakah ungkapan kasih sayang itu hanya untuk orang-orang tertentu? Apakah untuk mengungkapkan kasih sayang itu harus menunggu 14 Pebruari? Bukankah berbagi kasih sayang itu untuk semua orang yang membutuhkan terutama anak-anak yatim dan anak-anak jalanan, fakir miskin serta orang-orang yang sedang tertimpa musibah?! Bukankah hidup ini memang harus saling menyayangi dan mengasihi, seperti yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasululloh Muhammad SAW; kapanpun, di manapun dan dengan siapapun, agar hidup ini terasa indah dan penuh kedamaian. Jadi mengapa mesthi menunggu tanggal 14 Pebruari?!
Semoga Allah Maha Rahman dan Rahim selalu melimpahkan kasih sayangNya kepada kita dalam segala waktu dan keadaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar ya...